Pengalaman Menurunkan Berat Badan dengan Jurus Sehat Rasulullah (JSR)

Wednesday, September 4, 2019

Pengalaman Menurunkan Berat Badan dengan Jurus Sehat Rasulullah (JSR)



Apa kabar para pejuang diet yang sedang mati-matian menghindari gorengan, soft drink, cilok, dan cimol? Bagaimana pengalaman kalian selama menjalankan Jurus Sehat Rasulullah atau JSR? Kali ini saya mau berbagi cerita tentang proses menurunkan berat badan dengan mengubah pola makan ala JSR yang saya jalankan mulai bulan Mei hingga Agustus 2019. Bagaimana sih hasilnya? Biasa aja? Jadi kurusan, tirusan, atau malah jadi gendut?


Semua orang yang jarang bertemu sebagian besar kaget melihat perubahan drastis yang terjadi pada saya. Iya, yang dulunya berisi, sekarang jadi kuyus…hiks. Entah mau happy atau malah nyesek. Di satu sisi saya suka dengan berat badan yang sekarang telah menyentuh angka 40 kg, di sisi lain saya takut badan ini tinggal tulang dan kulit, Guys…haha. Angka 40 kg itu bukan angka ideal, tetapi lebih mirip nomor sepatu buat saya. Iya, kan? Herannya, kenapa dr. Zaidul Akbar justru gemuk aja, ya? Apa karena saya nggak mengonsumsi nasi sama sekali? Soalnya JSR masih membolehkan makan nasi merah, kan? Sedangkan saya kalau ingin makan nasi, lebih memilih makan nasi jagung murni dan itu tidak setiap hari. Bukan karena takut gemuk lagi, tapi perasaan perut jadi begah karena selama ini terbiasa hanya konsumsi buah, sayur, dan protein hewani. Kemudian diisi nasi, jadi nggak nyaman aja.


Cerita tentang JSR ini sudah sering saya share sebelumnya. Memang, kembali ke real food bikin diet kita berhasil dengan mudah. Tapi, nggak tahu juga, apakah di luar sana masih ada yang gagal karena tidak sanggup meninggalkan pantangannya?



Kegagalan saat diet memang terjadi akibat kurang adanya niat. Baru menghindari gorengan sehari, besoknya malah makan sepiring. Nggak masuk akal banget, kan? Andai kita bisa membatasi diri dengan tidak terlalu banyak mengonsumsi yang dilarang, meskipun tetap makan (dengan porsi sedikit), insya Allah berat badan nggak akan melar, kok. Contohnya saya. Saya kadang suka comot-comot gorengan dll tapi dalam jumlah sedikit. Tetap yang dominan adalah buah dan sayur.


Turunkan Berat Badan Hampir 10 kg dengan JSR


Kok, bisa turun sampai sebanyak itu? Padahal makan tetap kenyang, nggak banyak menahan lapar, bahkan meski tengah malam, saya sering ngemil. Tapi, catatan pentingnya adalah, makanan yang masuk tetap harus makanan alami dan diolah dengan benar. Contoh, kalau ngemilnya kacang tanah sangrai, insya Allah nggak bakalan bikin kamu genduts meskipun tengah malam tetap mengunyah.


Saya menjalankan JSR sejak bulan Mei sampai Agustus. Dari berat badan 49 kg lebih, sekarang sudah menyentuh angka 40 kg. Ini sebenarnya bukan prestasi berarti mengingat di luar sana masih banyak orang yang mampu menurunkan lebih banyak lagi daripada yang saya capai. Dulu target awal saya hanya sampai 43 kg, nggak tahunya malah sampai 40 kg. Saya khawatir juga kalau terus begini, nanti berat badan nggak beda jauh dengan nomor sepatu saya…kwkwk.


Tapi, dengan berat badan seperti sekarang, saya merasa lebih ringan melakukan banyak aktivitas sehari-hari, termasuk ibadah. Mood jadi jauh lebih bagus ketimbang biasanya. Solusinya, saya berusaha lebih banyak mengonsumsi karbo kompleks biar nggak tambah kuyus…hihi. Faktanya, saya malas makan karbo, Guys :D


Diet Tidak Boleh Mendzalimi Diri Sendiri


Pernah mendengar ada orang yang menjalankan diet sampai menyiksa diri sendiri? Di dalam Islam memang tidak ada istilah diet. Tapi, Rasulullah saw telah jauh-jauh mengajarkan kita tentang pola makan yang baik yang sayangnya justru sering umatnya abaikan, nggak diikuti, nggak dijalankan.


Contohnya, Rasulullah saw selama hidupnya bahkan tidak pernah sekalipun merasa kenyang. Makan secukupnya, bahkan lebih sering menahan lapar hingga dikisahkan bahwa beliau pernah mengganjal perutnya dengan batu demi menahan lapar. Beda banget dengan kita, Guys. Setiap hari kita makan berlebihan, dari pagi hingga malam kerjanya ngunyah terus nggak pernah berhenti. Dari lontong sayur sampai martabak telur spesial, jarang sekali tubuh kita belajar menahan lapar, bahkan saat Ramadhan kita justru makan berlebihan.


Salahnya sih dari kita yang nggak mau belajar menerapkan pola makan seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Makan itu harusnya secukupnya sebatas kita mampu beraktivitas, bukan semuat perutnya…hiks. Belum lagi kita minum berlebihan, mengandung banyak gula, dan dengan cara yang salah pula. Yang salah memang kita, ya!


Diet nggak perlu sampai menyiksa diri. Cukup perlakukan tubuh kita dengan benar, insya Allah berat badan akan kembali normal. Memperlakukan tubuh dengan baik itu seperti apa? Makan dikunyah sampai benar-benar lumat, pilih makanan yang sehat dan layak masuk ke dalam tubuh, jangan hanya enak saja. Konsumsi secukupnya, jangan membebani tubuh dengan makan berlebihan. Sering-sering puasa sunah karena itu tidak hanya berpahala, tetapi mampu menyehatkan tubuh kita.


Benar-benar Berhenti Makan Nasi


Di atas saya jelaskan bahwa saya tidak melarang diri sendiri untuk tidak makan gorengan dll sampai sekaku apa. Iya, kalau pengen makan saja sedikit dan sebisa mungkin tidak sering. Meskipun di rumah saya memasak bakwan jagung dan bakwan sayur, saya tidak setiap saat mengonsumsinya juga. Masakin ya hanya sekadar masakin aja. Tapi, kalau suatu saat saya ingin, nggak akan segan makan dan mencobanya, kok. Asal tahu diri aja, ya.


Hanya saja, kalau soal nasi putih, saya memang benar-benar berhenti total. Nggak pernah makan nasi putih sama sekali. Nggak pengen juga. Anggaplah dia mantan terindah yang sudah layak dilupakan…hihi.


Sebenarnya bahaya nggak sih kalau kita nggak makan nasi putih? Kalau merasa memang perlu, silakan dikonsumsi dengan porsi secukupnya. Soalnya, orang yang tetap makan nasi putih dengan porsi yang pas nyatanya tetap bisa langsing, kok. Selama nggak berlebihan harusnya nggak masalah, kan? Islam tidak melarang kita mengonsumsi makanan tertentu selama itu halal dan baik. Dan dengan catatan nggak boleh juga berlebihan, ya. Itu poin pentingnya.


Kalau kamu masih baru menjalankan JSR, bertahap saja jauhi nasi atau ganti dengan nasi merah. Jangan menyiksa diri sendiri demi mendapatkan tubuh langsing ideal. Santai saja supaya pola makan sekarang bisa jadi kebiasaan sampai seterusnya. Kalau sudah terbiasa, ingin makan yang dilarang tetap bisa jaga diri, nggak kalap juga. Dan itu penting banget kayaknya, ya.


Bosan Nggak, sih, Makan Begini Terus?


Ada saatnya saya sangat bosan dengan gaya hidup seperti ini. Iya, bukan karena bosan makan menu yang hampir sama, tetapi bosan masak terpisah karena itu memakan waktu juga. Capek, males itu kadang muncul.


Kalau soal menu begini-begini aja sebenarnya bisa divariasikan, kok, sesuai keinginan. Kalau kita rajin, makanan bisa bermacam-macam jenisnya, nggak harus selalu sayur rebus dan lalapan. Bisa makan menu lain. Dan saya juga termasuk yang tidak membatasi diri dengan mengonsumsi protein hewani. Saya masih makan ayam, telur, daging sapi, dan daging kambing. Buat saya itu tetap perlu dan tetap nggak usah berlebihan juga.


Jangan Salah Niat Ketika Menjalankan Ibadah Puasa Sunah


Puasa bisa jadi sah meski harapan kita tidak semata-mata untuk ibadah, tetapi untuk meniruskan pipi juga. Tapi, masa iya kita puasa hanya dengan harapan untuk menurunkan berat badan saja? Puasanya tetap jalan, tapi pahalanya gimana?


Mulai sekarang yang ikhlas kalau puasa sunah, ya. Ini juga nasihat buat diri saya sendiri, kok. Anggap saja langsing itu bonusnya. Puasa memang memiliki banyak manfaat baik bagi kesehatan tubuh kita. Kalau kita rajin, manfaatnya akan kembali kepada kita, bukan kepada orang lain.


Puasa sunah adalah jalan menuju ketaatan. Memang tanpa alasan kuat kadang kita malas menjalankan. Tapi, semata-mata buat melangsingkan tubuh kok rasanya jahat, ya. Semoga ke depannya kita bisa memurnikan niat, jangan sampai salah niat ketika beribadah. Apa bedanya kita sama anak kecil yang rajin puasa dengan iming-iming uang? Hihi.


Tetap Konsumsi Makanan yang Ada di Sekitar Kita


Jangan mempersulit diri sendiri. Diet itu yang mudah saja, kalau bisa sekaligus berpahala. Konsumsilah makanan yang ada di sekitar kita, nggak perlu susah nyarinya. Saya pernah membaca kisah mengenai Rasulullah saw yang senantiasa mengonsumsi makanan di daerahnya, makan buah hasil panen saat itu, beragam, semakin dekat dengan tempat kita, semakin baik juga manfaatnya karena sudah pasti masih segar dan bagus kandungan vitaminnya.


Selama menjalankan JSR saya juga nggak pernah mempersulit diri. Saya hanya mencari kurma di luar daerah saya…hihi. Selain itu makan makanan yang ada di sekitar saya. Simpel saja, kok.


Menunya pun disesuaikan saja dengan keinginan, dibuat sesuai selera. Kalau memaksa seperti yang lain, kadang justru jadi ribet dan malas. Maunya simpel saja. Jika sedang malas membuat menu tertentu, saya hanya memotong buah dan mengonsumsinya. Kayaknya ini menu paling simpel selama menjalankan JSR.


Jus Buah dan Sayur Tak Pernah Ketinggalan



Sekarang, jus menjadi menu wajib di rumah setiap pagi sebelum sarapan. Saya selalu membuat banyak untuk Mas dan anak-anak. Saya juga tidak pernah ketinggalan minum jus terlebih di musim tak menentu seperti sekarang. Badan rasanya kurang sehat, solusinya banyakin makan buah dan sayur biar lebih sehat.


Jusnya apa saja? Sekali lagi cari yang paling mudah didapat. Tomat, belimbing, apel, mentimun, jeruk nipis, wortel, sawi hijau dan bayam adalah yang paling sering saya buat di rumah. Jika mau manis, tambahkan saja madu dan sedikit garam Himalaya biar lebih sehat. Bagi yang kurang terbiasa dengan jus sayur, kurangi dulu sayuran hijaunya biar enak, ya. Dan tanamkan dalam pikiran bawah sadarmu bahwa jus itu nggak buruk, kok, rasanya…hihi.


Sampai Kapan Mau Menjalankan JSR? 


Sampai kapan, ya? Sepertinya ini sudah menjadi kebiasaan yang lekat dengan diri saya. Saya merasa nyaman dengan tubuh sekurus ini, tetapi semoga nggak turun lagi…hihi. Saya juga tidak menyiksa diri dengan menghindari makanan lain secara berlebihan. Ketika saya dan suami pergi jalan, saya akan makan bersama dia dan anak-anak asalkan bukan nasi, minum tetap air putih, dan masih real food gitu, ya. Contohnya saya masih makan soto tanpa nasi, ayam dan sup, cap cay sayuran. Lama-lama saya memahami harus seperti apa dan bagaimana.


Kalau kamu masih bingung seharusnya bagaimana, pertama ketika memang benar-benar ingin menurunkan berat badan, berhentilah makan nasi putih total deh, jauhi gula, dan tepung. Kayaknya itu paling berpengaruh. Setelah berat badanmu mencapai ideal dan sesuai yang kamu inginkan, cobalah lebih longgar karena jujur saja terlalu kaku sama diri sendiri bikin bosan dan akhirnya malah meninggalkan dan gagal.


Menurut saya, nanti kita sendiri akan menemukan ‘gaya’ sendiri saat menjalankan diet. Saya nyaman seperti ini, belum tentu yang lain nyaman juga, kan? Harus cari tahu sendiri seperti apa pola makan terbaik bagi dirinya.


Gemuk itu bukan kutukan. Bukan juga genetik. Meskipun kamu gemuk dari lahir, tetap bisa langsing di masa sekarang, kok. Pikirkan bahwa gemuk identik dengan badan kurang sehat. Tidak ada yang salah dengan orang gemuk, tetapi menjadi lebih sehat tentu jauh lebih baik, kan? Yuk, sadari betapa pentingnya menjaga kesehatan di masa sekarang, demi tabungan kesehatan kita di masa mendatang.


Salam,


Comments