Friday, July 30, 2021
Melepas Anak di Hari Pertama Sekolah
Kangen banget bisa antar anak masuk sekolah, ya :) |
Hari pertama sekolah merupakan hal yang ditunggu-tunggu, entah bagi anak-anak ataupun orang tua. Buat saya, hari pertama skeolah bukanlah hal yang menyenangkan karena saya mesti berpisah dari orang tua dan duduk di bangku kelas bersama orang-orang baru. Saya tidak suka melakukannya, makanya saya selalu menangis hingga akhirnya batal masuk TK…hehe.
Saya masih ingat betul, Bapaklah yang selalu mengantarkan saya ke sekolah dan menenami di dalam kelas. Sering saya tidak mau ditinggal dan lebih banyak mesti ditemani. Hal itu membuat Bapak akhirnya lelah dan memutuskan tidak lagi menyekolahkan saya.
Setelah menjadi orang tua, saya tidak mau punya anak yang seperti itu. Iya, yang seperti saya saat masih kecil, suka merengek di dalam kelas karena takut ditinggalkan. Perasaan takut ini menyiksa sekali dan tentu saja membuat hari-hari di sekolah menjadi tidak menyenangkan.
Waktu si sulung mau masuk TK, qadarallah saya sedang hamil besar dan akan melahirkan. Perhitungannya, saya melahirkan dan dia masuk sekolah dengan jarak hanya beberapa hari saja. Siapa yang akan menemani jika dia tidak mau ditinggalkan? Perjuangan pun dimulai.
Banyak cara bisa kita lakukan untuk meyakinkan anak-anak supaya bisa berani selama di sekolah dan mau bermain dengan teman-temannya. Minimal tidak menangis saat ditinggalkan. Anak saya, dua-duanya bukan termasuk yang saya lepas ketika bermain apalagi di luar rumah. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di rumah ketimbang bermain di luar bersama teman-temannya.
Sejujurnya, saya tidak yakin dia akan seberani itu saat masuk sekolah di hari pertama. Tapi, saya berhasil membuat dia merasa aman dan nyaman, sehingga mulai hari pertama hingga masuk SD kelas lima seperti sekarang, dia tidak pernah merepotkan sama sekali. Mau diajak kerja sama tanpa drama, mau ditinggal bahkan ketika bukan Ayah dan Bunda yang mengantarkannya ke sekolah.
Jangan Berbohong
Saya tidak mau berbohong apalagi mengancamnya. Sejak awal saya jujur pada dia sehingga dia percaya dan berani berangkat sekolah sendiri. Jangan sampai kita bilang akan menunggunya di luar, sementara kita pulang ke rumah. Jika dia tahu, pastilah sangat kecewa bahkan mungkin marah.
Saya selalu bilang,
“Kamu akan diantar oleh ojek yang sudah kamu kenal. Kamu akan diantar sampai ke sekolah dan belajar bersama ibu guru dan teman-temanmu. Ibu guru adalah orang yang bisa kamu percaya untuk dimintai pertolongan saat kamu merasa kesulitan. Jangan khawatir, kamu akan dijemput tepat waktu. Jika ojek atau Ayah Bunda belum datang menjemput, tetaplah bersama Ibu guru di kelas.”
Kalimat senada selalu saya ulang-ulang karena tidak mudah menanamkan rasa percaya diri pada anak terutama saat dia mesti masuk dalam lingkungannya yang baru. Saya tidak bercerita tentang orang lain, saya bercerita tentang diri saya yang sendiri yang selalu kesulitan beradaptasi di lingkungan baru. Sering membuat saya stres hingga sakit tanpa sebab. Hanya karena saya selalu merasa takut berlebihan setiap bersama orang yang baru saya kenal. Saya pun paham ketakutan yang dihadapi oleh anak saya nanti. Maka saya selalu mengatakan hal yang serupa hampir setiap hari, sampai akhirnya dia memahami dan sangat percaya bahwa semua akan baik-baik saja meski tanpa bundanya.
Sugesti Positif Secara Rutin
Komunikasi dengan anak tentu tidak sama seperti saat kita berbicara pada orang dewasa. Apa yang kita sampaikan bisa jadi sulit dipahami oleh mereka. Saya selalu berusaha sesering mungkin menjelaskan bagaimana nanti dia akan berangkat ke sekolah, bersama siapa, di sana akan ngapain aja, dan siapa saja orang yang akan menemaninya.
Ide mudahnya, saya lakukan sesering mungkin dengan bercerita sambil menggambar. Ini sekolah. Kamu akan berangkat bersama ojek. Kamu akan bertemu guru-guru dan teman-teman. Kamu akan belajar di sini sampai siang hari. Jika kamu ingin ke kamar mandi, kamu bisa meminta bantuan kepada ibu guru. Nanti, ojek akan menjemput dan mengantarkanmu pulang ke rumah. Kira-kira seperti itu ceritanya.
Saat hendak tidur, saya selalu berbisik di telinganya, Kakak anak baik, kakak hebat, kakak berani ke sekolah sendiri. Dan seterusnya. Semua itu dilakukan tidak hanya seklai dua kali, tapi sampai berminggu-minggu hingga hitungan bulan. Dan, voila! Semua berhasil sesuai yang saya harapkan, masyaallah.
Komunikasi dengan Guru
Saya yakin, semua orang tua pasti akan berkomunikasi dengan guru dari anak-anaknya. Dan itulah yang saya lakukan ketika anak saya akan masuk sekolah. Dari awal saya telah menjelaskan bagaimana kondisi saya. Saya menitipkan si sulung kepada guru kelasnya sekaligus memperkenalkannya lebih awal sebelum dia masuk sekolah.
Jadi, saat dia sudah masuk sekolah, sudah ada orang yang dikenalnya dengan baik dan pastilah sudah amat dia percaya. Ini benar-benar membantu. Semua guru berusaha membantu anak-anak supaya bisa lepas dari orang tuanya saat sekolah terutama di hari-hari pertama. Jadi, sebaiknya orang tua jangan terlalu khawatir. Sudah, titipkan saja dan lepaskan anak-anak. Andai pun ditemani, sekolah biasanya hanya memberikan waktu tidak lebih dari seminggu.
Percayalah, walaupun anak menangis, dia akan belajar mengatasi ketakutannya. Guru-guru pun akan menemani dan menghibur. Karena karakter setiap anak berbeda, maka tidak semuanya bisa lepas dari pelukan kita dengan mudah terutama saat pertama sekolah.
Kalau orang tua tidak berani melepaskan anak-anak, maka anak-anak pun akan merasa berat untuk ditinggal pergi. So, bekerja samalah dengan baik.
Sekolah Adalah Tempat Belajar dan Bermain
Sekolah bukan penjara. Jadi, jangan sampai anak merasa takut saat mau sekolah. Masih zaman nggak sih ada anak takut ditinggal sendirian saat sekolah di minggu-minggu pertama? Karena rasa-rasanya di zaman sekarang anak-anak tumbuh dengan rasa percaya diri yang lebih tinggi. Nggak sama dengan dulu.
Jangan suka mengancam, misalnya dengan berkata, jangan nangis, ya. Nanti Ibu nggak akan jemput kamu, lho. Jangan nakal, ya. Nanti Ibu akan tinggalkan kamu di sekolah.
Jangan jadikan sekolah sebagai ancaman apalagi tempat belajar rasa penjara. Sekolah adalah tempat bermain dan belajar. Mereka akan senang di sana. Dan itulah yang mesti ditanamkan. Berhati-hatilah dengan ucapan sendiri, meski sedang lelah dan kesal, jangan sampai mengancam anak-anak sehingga membuat mereka trauma. Nanti, kita sendiri yang menyesal karena kurang berhati-hati saat bicara.
BTW, tahun kemarin harusnya jadi tahun pertama untuk si bungsu masuk sekolah. Qadarallah bertepatan dengan pandemi sehingga dia batal saya sekolahkan. Baru tahun ini dia masuk sekolah dan langsung TK B. Kangen banget melihat anak-anak bisa belajar maksimal bersama guru dan teman-temannya tanpa harus capek-capek menatap layar.
Buat anak TK, sekolah online sangat melelahkan. Namun, masuk sekolah bukan tanpa risiko. Saya belum ada niatan memasukkan anak sekolah walaupun di sekolah sudah sesuai protokol kesehatan. Masih parno banget pokoknya.
Sekolah sekarang, benar-benar tergantung sama kita sebagai orang tua. Mendampingi belajar di rumah harus, ngajarin semuanya mulai dari membaca, menulis, dan mengaji. Pintar-pintar orang tuanya ngajarin supaya anaknya nggak bosan.
Semoga pandemi lekas usai dan anak-anak bisa segera kembali ke sekolah dengan aman. Paling terasa untuk anak usia TK karena waktunya sedikit dan kasihan sekali kalau mesti nge-zoom terus. Tetap semangat, ya. Semoga kita semua sehat.
Salam hangat,
Friday, July 23, 2021
Resep Bolu Kukus Super Lembut dan Nyokelat Banget
Bolu kukus cokelat super lembut |
Sudah sekian purnama saya nggak posting resep. Sempat foto-foto beberapa camilan yang saya buat di rumah, tapi sampai sekarang belum di-post juga di blog. Akhirnya sampai menumpuk di handphone dan makin lupa mau posting :(
Kali ini saya mau sharing resep bolu kukus super lembut dari Ci Tintin Rayner. Anak-anak suka banget makan bolu kukus. Mungkin karena teksturnya yang super lembut, begitu masuk mulut udah nggak bisa berkata apa-apa lagi…kwkwk.
Kebetulan saya bikin bolu kukusnya yang versi cokelat. Selain dikasih cokelat bubuk, saya tambahkan juga mesis di dalam adonan. Jadinya nyokelat banget. Resep aslinya pakai chocochips, tapi saya sedang nggak punya, akhirnya masukin mesis aja. Hasilnya, tetap enaknya.
Aneka Jenis Bolu Khas Indonesia
Apa kamu pernah menghitung ada berapa jenis bolu khas Indonesia? Selain yang dikukus, kebanyakan bolu juga dipanggang. Jenisnya beragam banget, lho. Saya pun nggak hapal satu per satu jenisnya. Dilansir dari idntimes, kita ulas, yuk beberapa jenis bolu khas Indonesia yang menjadi idola!
- Bolu Klemben
Bolu Klemben berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Tekstur luarnya agak garing gitu, lho. Kalau saya menyebutnya bolu jadul. Waktu kecil, saya sering makan bolu ini ketika berkunjung ke rumah saudara saat hari raya. Ibu saya nggak pernah bikin atau membelinya. Jadi, saya hanya bisa makan ketika bertamu ke rumah orang. Asli ini enak banget, lho :D
- Bolu Peca
Sampai saya menulis postingan ini, sekalipun saya nggak pernah makan kue bernama bolu Peca yang katanya berasal dari Sulawesi Selatan. Dari penampilannya pun baru banget saya tahu ada kue semacam ini di Indonesia :(
Bolu Peca disajikan bersama kuah gula merah yang manis dan legit. Kayaknya cocok banget, ya disantap bersama teh panas yang agak tawar supaya seimbang rasanya.
- Bolu Kemojo
Sudah tahu bolu ini? Saya juga belum pernah makan. Namun, melihat bentuknya, sudah sering saya lihat walau hanya dari mbah Google…kwkwk. Bolu Kemojo berasal dari Riau. Bolu Kemojo identik dengan bentuknya yang menyerupai bunga dengan warna hijau yang cantik. Kemojo berarti kamboja, ya. Makanya kayak bunga gitu bentuknya.
- Bolu Macan
Bentuknya cantik banget dengan teksturnya yang lembut, bikin nagih di setiap gigitannya. Ngaku deh kalau kalian juga baru tahu kalau bolu ini berasal dari Bangka Belitung. Kirain dari luar negeri gitu :(
Kalau kamu mau coba, bisa banget mengunjungi pusat oleh-oleh di Bangka Belitung saat berkunjung ke sana. Mungkin setelah pandemi kita bisa traveling lagi, ya.
- Bolu Bhoi
Bolu Bhoi hampir mirip dengan bolu Klemben. Teksturnya pun sama, garing di luar dan empuk di dalam. Yang membedakan adalah bentuknya. Bolu Bhoi biasanya berbentuk ikan atau hewan jenis lainnya. Lucu banget sih bentuk ikan, apalagi kalau rasanya enak. Hmm, mana bisa nolak, yaa :)
- Bolu Suri
Sekilas mirip banget dengan bika ambon. Hanya saja serat bika ambon lebih banyak, ya daripada bolu Suri. Bikin bolu Suri pun sama seperti bolu panggang lainnya. Bolu Suri berasal dari Palembang dan teskturnya lebih lembut daripada bika ambon. Jadi, penasaran, kan?
Resep Bolu Kukus Cokelat ala Tintin Rayner
Kamu kenal Ci Tintin? Saya juga nggak, sih…kwkwk. Tapi, ngefans melihat dia nge-baking sejago itu sampai-sampai saya beli bukunya juga. Dan beneran, semua resep yang saya coba enak banget. Memang, bikin camilan sendiri biasanya bahannya premium, tapi kalau nggak ada di rumah, saya biasa ganti dengan bahan sejenis yang rasa dan manfaatnya hampir sama.
Karena kalau bahan-bahannya kemahalan semua, kayaknya agak berat juga di kantong, ya…hihi. Saya juga memilih resep-resep dengan bahan yang mudah dicari dan cara buatnya simple. Mungkin karena fokus saya bukan nge-baking, jadi nggak mau habis waktu buat masak aja di dapur, sedangkan pekerjaan lain melambai-lambai di belakang. So, disesuaikan saja dengan kondisi kita di rumah.
Kalau lagi mau cepat dan nggak repot, saya pilih bikin kue cubit aja karena bisa pakai takaran sendok dan tanpa mixer. Bikinnya sebentar dengan rasa yang nggak kalah enak dengan camilan lainnya.
Kalau sedang punya waktu luang, bisalah bikin yang lebih ribet kayak bolu-boluan atau roti yang butuh waktu nggak sebentar. Walau kelihatannya sederhana, tetap saja makan waktu lumayan. Nah, kalau sudah kayak gini, otomatis nggak bisa dipake ngerjain yang lain. Harus kelar dulu urusan perkueannya.
Buat teman-teman yang mau coba resep ini, sebaiknya pakai cokelat bubuk kualitas bagus. Karena rasanya bakalan ngaruh banget dari si cokelat bubuknya. Saya pakai setengah resep dari resep asli karena hasilnya lumayan banyak. Di bawah ini saya tulis resep aslinya, ya.
Bahan A:
200 gram gula tepung
2 butir telur
160 ml air
Bahan B:
200 gram tepung terigu
25 gram cokelat bubuk
½ sdt garam
1 sdt baking powder
Bahan C:
10 gram cake emulsifier
Bahan D:
25 gram chocochips (saya pakai mesis)
½ sdt cokelat essens (saya skip)
Cara membuat:
- Mixer bahan A selama 5 menit dengan kecepatan tinggi.
- Masukkan bahan B, mixer lagi dengan kecepatan rendah selama 1 menit.
- Masukkan bahan C, mixer kembali selama 5 menit dengan kecepatan tinggi.
- Tambahkan pasta cokelat ke dalam adonan dan masukkan juga chocochips. Aduk rata.
- Siapkan cetakan bolu kukus yang telah dialasi dengan kertas. Tuang adonan sampai penuh.
- Kukus selama 15 menit dan jangan lupa bungkus tutup dandangnya dengan kain bersih supaya tidak ada sisa uap air yang menetes.
Voila! Bolu kukus lembut dan nyokelat ini pun siap disajikan. Tip yang perlu teman-teman ingat, panaskan dandang sebelum mengukus bolu dan jangan diintip-intip selama proses mengukus. Perhatikan juga jarak antara tiap cup bolunya. Jangan terlalu rapat supaya hasilnya bagus.
Kalau dandang yang kita pakai tidak terlalu tinggi ukurannya, sebaiknya pakai cup ukuran kecil supaya mekarnya nggak penyok kena tutup dandang. Gampang banget, kan?
Bolu ini beneran lembut banget dan nggak eneg sama sekali. Kayak bikin nagih gitu. Makan satu nggak akan cukup :D
Lumayan banget kalau bisa bikin-bikin camilan sendiri, terutama di masa pandemi seperti sekarang. Orang jualan makanan pun jarang dan hampir nggak ada. Kelebihan lainnya kalau bikin sendiri juga jadi lebih hemat dan bahannya bisa kita sesuaikan. Makin premium bahannya pasti makin enak…hihi.
Yuk, di coba dan ajak anak-anak juga untuk membuatnya sendiri. Seru banget walau agak belepotan gitu kalau bareng anak-anak. Tinggal minta mereka membantu beres-beres setelah membuat bolunya. Kotor itu baik :D
Salam hangat,
Saturday, July 17, 2021
Resepsi Hingga Liburan Tetap Nyaman di Jayakarta Hotel Bandung
Hotel Jayakarta, Bandung |
Awal bulan Juni lalu, saya sempat pergi dan menginap di Bandung selama beberapa hari. Jujur, ini pertama kalinya pergi agak jauhan dan menginap pula di tengah pandemi. Saya tidak sedang pergi berlibur tanpa keperluan, kok. Karena selama pandemi, saya betah banget jaga diri di rumah dan hampir nggak pernah berani pergi jauh tanpa keperluan. Jadi, ini pertama kalinya dan deg-degan karena selama ini saya agak parno-an juga.
Namun, Juni kemarin, ada keluarga dekat yang melangsungkan akad nikah di Bandung. Resepsinya sederhana dan hanya dihadiri keluarga dekat. Bersyukurnya, kondisi bulan Juni lalu nggak seburuk hari ini. Orang-orang liburan juga banyak, pun dengan yang menikah dan mengadakan resepsi di sana.
Saya tiba di Bandung tanggal 04 Juni. Berangkat setelah Subuh dan siangnya langsung check in di hotel Jayakarta. Ini adalah pengalaman pertama saya menginap di hotel Jayakarta. Alhamdulillah, sejauh ini cukup nyaman. Pelayanannya baik dan ramah. Namun, mungkin karena pandemi, kondisi hotel pasti nggak akan sebaik dulu. Yang berasa banget kondisi kamar ada beberapa bagian yang kelihatan nggak terawat. Misalnya, kulkas dan lemari kecil yang kurang terawat bahkan kulkasnya juga mati :(
Pengalaman berikutnya yang kurang nyaman banget di tengah pandemi adalah kondisi gelas yang disediakan tampak belum diganti saat kami check in di sana. Nggak banget di tengah pandemi seperti ini pula. Jujur, agak kecewa. Mungkin petugas hotelnya lupa mengganti baru karena memang ketika dilihat dari jauh seperti bersih dan tertata, tapi kalau kita ambil dan diperhatikan, kelihatan banget bekas dipakai minum teh. Besoknya, saat kamar dibersihkan, cangkir-cangkir pun diganti. Kayaknya memang terlewat untuk hari pertama ketika saya baru masuk.
Protokol Kesehatan di Hotel Jayakarta
Hotel Jayakarta ini telah menerapkan protokol kesehatan selama pandemi. Contohnya, kamar disemprot dengan disinfektan saat dibersihkan dan kita juga dicek suhu serta harus membersihkan tangan dengan handsanitizer saat masuk ke hotel ataupun ketika hendak makan. Namun, tidak ada pemeriksaan khusus lainnya. So, memang kitanya sendiri yang perlu berhati-hati terutama ketika pandemi memburuk seperti sekarang.
Kemarin, akad nikah diadakan di dalam ruangan dengan jumlah undangan terbatas. Kalau nggak salah nggak sampai 30 orang. Setelah akad selesai, semua tamu undangan serta pengantinnya pindah ke luar ruangan. Ini jauh lebih nyaman dan bisa banget dijadikan solusi bagi para calon pengantin yang pengin tetap mengadakan resepsi sederhana di tengah pandemi.
Sebisa mungkin, terutama bagi yang dari luar kota, tetap melakukan swab antigen sebelum mengikuti acara. Jadi, kitanya bisa lebih tenang dan nggak terlalu parno.
Waktu menginap di Jayakarta, karena saya agak parno-an, pas masuk kamar tetap semprat semprot sana sini. Kenapa? Karena hampir dua tahun saya nggak pernah ke mana-mana. Sekadar mudik ke rumah orang tua pun tidak, lho. Ketika sampai di tempat orang apalagi namanya hotel, bawaan pengin semprot mulu atau malah nggak bisa bobok nanti :D
Kok, segitunya? Karena saya nyaman seperti itu, jadi saya melakukannya. Kalau teman-teman gimana?
Kamar Luas dan Nyaman
Kamar di Jayakarta luas, lho. Dengan harga nggak sampai 600 ribu sudah termasuk sarapan, kita bisa bobok dengan nyaman. Teman-teman bisa lihat seperti apa isi kamar yang kemarin saya tempati dari foto-foto yang saya unggah. Kebetulan, saya ambil fotonya telat setelah kamar berantakan, jadi kurang jelas kalau dari sisi tempat tidur. Nggak kepikiran mau review kemarin :D
Teman-teman bisa lihat, kondisinya nyaman dengan harga yang menurut saya lumayan terjangkau. Andai nggak sedang pandemi, saya pengin nginep lebih lama sekalian liburan.
Pandemi aja, orang-orang ramai sekali yang datang. Waktu Jumat siang hingga Sabtu pagi, kondisi masih sepi-sepi aja. Saya pikir, suasana sepi itu bakalan bertahan sampai besoknya lagi. Nggak tahunya, sorean dikit sudah ramai. Waktu saya pergi keluar sebentar dan kembali sekitar pukul 10an, parkiran aja penuh, lho.
Entah itu isinya orang liburan atau keluarga-keluarga yang besoknya mau mengadakan resepsi juga. Yang jelas, saya lihat orang-orang hidupnya jauh lebih santai ketimbang saya…kwkwk. Saya yang benar-benar di rumah dan nggak berkeinginan untuk liburan, saya yang benar-benar keluar hanya ketika butuh seperti saat belanja bulanan dan belanja sayuran, saya yang nggak pengin apa-apa waktu pandemi, dan melihat kenyataan di luar nggak semenyeramkan seperti yang saya bayangkan. Kaget dong...hihi.
Namun, itu kemarin ketika pandemi belum memasuki gelombang Delta seperti sekarang. Bagaimana dengan saat ini? Bahkan untuk beli kebutuhan pokok saja saya memilih online. Tukang sayur langganan pun sekarang jadi antar-antar belanjaan orang karena nggak banyak yang berani keluar meski sekadar untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari.
Menu Sarapan yang Enak dan Bervariasi
Sarapannya gimana? Hmm, lumayan banyak jenisnya dan enak. Buat anak-anak misalnya, mereka bisa sarapan kentang dan sosis. Ada juga nasi goreng, sereal atau roti. Mereka bebas mau sarapan apa di pagi hari. Usahakan datang lebih pagi biar nggak terlalu ramai aja.
Kebanyakan tamu hotel turun dari kamar agak siangan. Biar nyaman, enaknya memang lebih pagi dari yang lain. Bisa lebih santai dan nyaman saat makan karena nggak banyak orang.
Anak-anak happy bisa menginap di sini. Karena selama ini hanya di rumah dan jarang banget keluar. Suasana tempat makannya pun enak dan adem. Dekat dengan kolam renang dan berasa bangetlah lagi di Bandung.
Kolam renang pun cukup ramai, lho meski sedang pandemi. Anak-anak nggak mau berenang katanya ngeri lagi ada Corona :D
Emaknya pun meriang kalau sampai mereka minta berenang…kwkwk. Nggak dulu, deh kalau berenang karena bakalan berbaur dengan orang-orang yang entah siapa aja. Sehat itu mahal banget harganya.
Insiden Terkunci dan Nggak Bisa Masuk Kamar
Ada kejadian lucu dan cukup bikin panik juga. Sore di hari Sabtu saya kopdaran dengan teman sesama blogger dari Bandung. Dia rela nyamperin panas-panas pula ke hotel hanya demi bertemu saya. Anak-anak saya biarkan di kamar karena mereka mau istirahat dan sudah mandi setelah makan siang.
Saya pergi hanya sebentar, tapi anak-anak yang sudah kenyang dan keenakan di kamar malah ketiduran dan susah banget dibangunkan. Masalahnya, mereka ngunci kamar dari dalam sehingga saya kesulitan untuk masuk.
Teriak-teriak beberapa kali sambil dibantu oleh petugas pun nggak berhasil. Sampai saudara di kamar sebelah ikut kebangun dan keluar…kwkwk. Malah anak saya tetap tidur dengan pulasnya :(
Setelah berjuang lumayan lama, akhirnya si bungsu bangun. Namun, dia nggak bisa buka kunci dan kesulitan membangunkan kakaknya. Pelajaran bangetlah sebagai orang tua…hiks. Akhirnya si bungsu mencet hidung si Kakak dan bangunlah dia dengan bete…kwkwk.
Kenapa bisa tidur sampai kayak gitu? Kami pun kesal dan terheran-heran. Sampai-sampai petugas hotel curiga dikira itu bukan kamar kami…kwkwk.
Itulah pengalaman saya selama menginap di hotel Jayakarta Bandung. Next, kalau pandemi sudah pergi, kita liburan, ya. Saat ini, lebih aman tetap di rumah demi kebaikan bersama kecuali bagi yang mendesak. Karena tidak semua orang bisa tetap di rumah. So, buat yang memungkinkan, tetaplah di rumah dan jangan lupa bantu kanan kirimu. Siapa tahu ada yang membutuhkan bantuan.
Salam hangat,
Thursday, July 8, 2021
Curhatan di Masa Pandemi
Indonesia, lekas pulih, ya :) |
Akhir-akhir ini, kondisi Jakarta dan daerah lain bisa dikatakan dalam keadaan ‘nggak baik-baik aja’. Kasus positif Covid-19 bukan lagi tentang orang di bumi belahan lain. Bukan tentang mereka yang ada di India apalagi Cina. Tapi, makin ke sini makin dekat dengan lingkungan kita. Entah teman-teman sesama wali murid di sekolah sulung, teman kajian, hingga keluarga.
Mulai parno banget dan panik, tapi berusaha menenangkan diri dengan banyak melakukan hal baru yang bikin sibuk. Contohnya beres-beres rumah yang biasanya nggak pernah dikerjain sampai berjam-jam. Namun, kali ini, dari pagi sampai sore baru kelar. Atau banyakin belanja buku dan baca-baca sebanyak mungkin. Semata-mata biar nggak kebanyakan pikiran.
Makin kaget waktu dengar keluarga mau ngadain acara rame-rame di kampung. Jujur kecewa banget, di saat saya yang merantau nggak bisa pulang sampai dua tahun, di sana malah mau ngadain acara dengan ngundang orang yang nggak sedikit? Please, semoga semua sehat-sehat.
Kalau edukasi dari saya sudah banyak banget, tiap telepon pasti mewanti-wanti supaya lebih banyak di rumah ketimbang keluar apalagi kalau nggak penting. Masalahnya, kondisi di sana berbeda. Pakai masker aja diketawain seolah aib. Akhirnya semua ikut-ikutan. Misal ada yang kena pun rame-rame nggak percaya. Padahal, kena Covid-19 itu bukan aib. Makin jujur kita, makin banyak yang bisa diselamatkan.
Urut kening dulu. Itulah salah satu alasan kenapa saya masih belum berani pulang, karena prokes di sana masih kurang banget. Dan alasan yang lebih penting, pengin jagain orang tua dan mertua jangan sampai kena virus. Meskipun naik kendaraan pribadi, bukan berarti kami aman seratus persen. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Untuk saat ini, di kampung pun nggak bisa dikatakan aman. Kalau dulu, kota-kota besar saja yang genting. Sekarang, di sana pun berbahaya dan rumah sakit mulai kewalahan. Apa yang terjadi dengan Indonesia? Kenapa bisa sampai seperti ini? Sini, yuk, cerita :(
Baca Berita di Sosial Media Bikin Parno Nggak Habis-habis
Saat ini, informasi tersebar begitu mudah. Untungnya, kita memang jadi tahu lebih cepat tentang kabar paling baru. Namun, jangan salah. Karena informasi seolah nggak bisa disaring mana hoax, mana bukan, mana yang mesti dibaca dan lihat, dan mana bukan, akhirnya penuh isi kepala gara-gara berita yang berseliweran.
Informasi tentang situasi saat ini benar-benar bikin mewek. Kalau lihat-lihat foto entah di UGD atau di pemakaman Covid-19, pasti meleleh air mata. Mulai cemas banget dengan kondisi sekarang yang satu per satu mulai kena dan nggak sedikit juga yang meninggal.
Mau kena Covid-19 atau nggak, kenapa rata-rata meninggalnya sekarang? Siaran berita kematian masa iya hampir tiap hari? Ya, Allah. Jujur ini makin bikin parno selain lihat berita di sosial media.
Saya mulai belajar buat banyakin skip lihat berita-berita, tapi tetap menjaga diri dan berhati-hati banget selama di rumah. Saya hanya keluar rumah seminggu sekali untuk belanja sayur dan kebutuhan pokok di dekat rumah. Biasanya sudah pesan sehari sebelumnya. Sekarang, saya juga sudah nggak berani belanja ke supermarket. Memilih belanja online kayaknya lebih bijak meskipun mesti keluar uang lebih untuk ojeknya.
Penting banget menjaga kewarasan jangan sampai stres. Beberapa hari ini lumayan banget kepikiran dan stres juga. Sampai susah tidur, deg-degan mulu, mau bercanda kok susah dan kayak gimana, ya. Kamu mungkin tahu rasanya kayak apa.
Kematian Sudah Pasti Waktunya
Kemarin, nggak sengaja dengerin ceramah Ustadz Adiwarman Azwar Karim tentang kematian. Kenapa mesti takut dan khawatir? Kalau belum waktunya, nggak akan dijemput, kok. Dan lagi, hidup itu mesti rida. Mau enak atau nggak, ya harus rida karena semua adalah pemberian dari Allah.
Salah satu hal yang ditakutkan dalam kondisi seperti ini adalah kematian. Kayak kematian dimajuin gitu lho jadwalnya. Padahal, kematian sudah ditentukan, nggak akan lebih maju waktunya ataupun bisa dimundurkan.
Ketakutan berlebihan akan kematian ya memang nggak perlu. Disiapin aja dalam kondisi apa pun. Entah kita duluan atau mereka. Nyesek banget nggak, sih bahas kematian dalam keadaan pandemi yang makin memburuk gini? :(
Kesedihan Nggak Selalu Harus Diperlihatkan
Kamu pasti tahu, ada orang-orang yang sengaja menyimpan kesedihannya supaya tetap waras aja. Itu cara dia supaya tetap tenang. Jadi, bukan berarti yang statusnya 'haha hihi' nggak berduka atas keadaan saat ini. Ada kalanya mereka hanya ingin mengimbangi berita-berita duka yang makin banyak setiap hari.
Saya pun sedih kalau kebanyakan baca berita duka. Memang akan merasa lebih terhibur dan lupa kalau ada status receh di sosial media. Karena makin ke sini beritanya makin nggak karuan. Kematian makin banyak, kasus positif pun meningkat.
Kita harus apa? Semua orang punya cara masing-masing untuk melewati masa sulitnya sendiri. Setiap dari kita pasti akan merasakan susah senang secara bergiliran. Nggak mungkin ada orang yang hidupnya bahagia doang, sempurna sekali hidupnya kalau begitu.
Untuk mendapatkan kebahagiaan, kita mesti menyelesaikan suatu masalah atau ujian dulu. Kalau hidupnya datar tanpa ujian dan cobaan, justru bahagia itu susah didapat. Karena bakalan hambar aja. Kalau kamu mau bahagia, selesaikan dulu kesulitanmu. Begitu kata Mark Manson, ya :D
Sehat itu Sangat Berharga
Makin ke sini makin sadar diri, bahwa bukan liburan yang paling diinginkan apalagi uang banyak. Karena punya uang banyak sekalipun nggak akan berguna jika kitanya nggak sehat. Karena bisa liburan juga nggak ada bahagianya jika kitanya sakit.
Sehat itu mahal. Kita pun makin sadar, betapa berharganya kesehatan itu. Bernapas yang dulunya semudah menarik dan mengembuskan, sekarang mesti tergantung pada tabung-tabung oksigen. Betapa karunia Allah itu luar biasa banget, tapi sering luput kita sadari.
Berapa banyak orang yang akhirnya meregang nyawa akibat sesak dan kesulitan bernapas? Banyak sekali terutama di masa pandemi ini. Tabung oksigen makin dibutuhkan. Makin dicari di sana sini. Berat ya menghadapi pandemi? :(
Kapan pandemi berakhir? Sangat berharap kita bisa segera hidup normal seperti dulu. Nggak masalah tetap pakai masker dan lebih banyak di rumah asal kondisinya nggak semencekam sekarang. Hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran seperti ini sangat tidak nyaman. Belum lagi anak nggak bisa sekolah dan kehilangan waktu emas bersama teman-temannya.
Mungkin kita bisa berjuang bareng-bareng untuk lebih taat prokes sehingga kasus positif segera menurun dan ICU segera lengang. Harapan akan selalu ada karena kita punya Allah. Sedih, cemas, takut, dan panik itu wajar. Namun, jangan sampai kita melakukan hal-hal aneh seperti menimbun susu beruang, padahal masih ada susu cap singa…kwkwk. Stay safe, teman-teman. Kita berdoa semoga pandemi lekas berakhir dan Indonesia bisa segera pulih. Kita bisa melewati semua ini, insyaallah kita bisa!
Salam hangat,