Hidup Tanpa Ketergantungan dengan Sosial Media

Saturday, September 14, 2019

Hidup Tanpa Ketergantungan dengan Sosial Media



Sekadar ingin berbagi, selama masa menepi, memberi jarak antara diri dengan dunia maya atau sosial media, apa yang saya dapatkan ketika memutuskan menghapus sosial media (dari posnel) yang ternyata telah dilakukan lebih dulu oleh teman-teman sesama blogger yang lain?


Rasanya lega banget. Hidup nggak sibuk ngecek sosial media terus, bahkan untuk urusan nggak perlu kadang sering saya buka. Setelah saya hapus, malas buka sosial media terutama Facebook dan Instagram. Sekadar buka untuk cek notifikasi penting terutama grup yang sedang saya kelola, cek lomba-lomba, serta share postingan blog yang baru. Ternyata waktu jadi lebih efisien untuk menulis dan hal-hal lain.


Kata seorang teman, menepi itu memang perlu. Sebelumnya, saya juga pernah memutuskan tidak memakai internet sama sekali selama beberapa hari ketika liburan. Nggak ada yang berkurang kecuali nggak bisa update status…kwkwk. Dan semua berjalan baik-baik saja. Maka sejak saya menghapus akun sosial media dari ponsel, nggak ada hal aneh terjadi, karena nggak kecanduan juga, rasanya ya bukan beban tanpa melihat sosial media.


Saya katakan bahwa saya tetap butuh sosial media. Iya, kalau digunakan dengan bijak, sebenarnya nggak ada yang salah dengan ini. Benar, kan? Tapi, karena kitanya sendiri yang salah memanfaatkan, akhirnya sosial media justru menjadi korban disalahkan selama ini…kwkwk.


Hidup Tetap Berjalan Sebagaimana Mestinya


Hidup tetap berjalan sebagaimana mestinya. Nggak ada yang berubah kecuali waktu terasa lebih luang ketimbang biasanya yang sibuk mengomentari postingan teman dan membaca status yang lain.


Hidup saya tetap berjalan dengan baik. Justru dengan cara seperti ini, saya merasa nggak banyak mendapatkan energi negatif dari postingan-postingan ‘nyampah’ yang banyak muncul di beranda. Saya nggak menyalahkan kamu yang suka nyetatus, nggak. Saya menyalahkan diri sendiri yang suka terbawa emosi kalau ada orang curhat, kemudian ikut kesel…kwkwk. Baper ini bawaan lahir kali, ya? Atau postingan aneh yang sangat tidak berfaedah, yang justru bikin mood kita buruk. Apa pun itu, kayaknya hidup lebih enteng saja tanpa sosial media di ponsel.


Sesekali saya tetap membutuhkannya, dan seperti saya katakan, semoga saya bisa menggunakannya dengan bijak. Karena sudah bukan usianya lagi saya main-main sosial media apalagi posting-posting yang kurang perlu.


Mengurangi Selfie


Kalau ingat perjalanan dari dulu hingga sekarang, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Bagi seorang muslimah, jika tidak digunakan dengan baik, sosial media bisa jadi fitnah. Bukannya nggak sedikit akhirnya banyak ikhwan yang suka nyapa-nyapa kurang kerjaan di DM atau inbox…kwkwk. Jangan membantu setan katanya, bantu juga supaya para ikhwan nggak kena fitnah dengan mengurangi posting foto di sosial media.


Meski kamu bercadar, meski kamu berhijab syar’i, akan menjadi lebih baik jika kita nikmati foto-foto pribadi bersama orang-orang yang memang berhak melihatnya. Bukan bermaksud menggurui, tetapi pengalaman sebelum-sebelumnya, tidak sedikit juga yang akhirnya menimbulkan hal yang tidak diinginkan. Jika kamu merasa cantik, tutupilah karena wanita seluruhnya adalah aurat, simpanlah untuk dirimu sendiri :)


Mengurangi Berdebat dan Membuang Waktu

 
Masih ingat banget, ketika dulu baru-baru belajar menulis. Sempat ada CEO sebuah penerbit mayor yang nyeletuk kurang enak tentang para penulis pemula. Rasanya geram dan sakit banget. Saat itu memang akhirnya ramai banget yang nyetatus. Termasuk saya.


Akhirnya apa? Akhirnya nyesel sendiri pernah nyetatus seperti dulu. Status penuh rasa marah dan tidak terima. Ngapain? Buat apa? Berdebat hanya membuang waktu dan sebenarnya nggak berguna kecuali dengan ilmu. Tapi, faktanya yang kita lihat di lapangan (lapangan bola..kwkwk), kebanyakan debat itu hanya sekadar supaya bisa menang sendiri. Buat pembuktian aja supaya kita terlihat paling hebat dan menang.


Ujung-ujungnya, mau hoax atau bukan, tetap saja dibelain setengah mati. Seperti waktu pemilu kemarin. Bersyukur saya nggak ikut-ikutan hal semacam itu. Kalau dilihat, lucu dan memalukan…hiks.


Apa sih arti sosial media buat kamu? Sekadar camilan atau makanan pokok? Kalau camilan, kenapa justru menjadi dominan di dalam hidup kita mengalahkan hal lain yang sebenarnya jauh lebih penting? Kadang bingung sendiri ya menjawabnya. Pelan-pelan saya memang belajar agak menjauh dari keramaian di luar. Nggak mau sok dewasa juga, tetapi toh akhirnya saya juga berpikir bahwa saya tidak lagi layak kalau hanya sekadar main-main seperti itu terus. Keputusan terbaik ada di tangan kita, bukan orang lain.


Apa pun keputusanmu, main sosial media atau mengurangi, semoga selalu lebih banyak manfaat dan faedahnya ketimbang mudharatnya.


Salam,


Comments

  1. selfie masih suka sih mba apalagi anak zaman now...kalo saya jarang upload foto sendiri selain makanan hehehe.
    di zaman serba internet dan sosmed ini perlu self control supaya gak gila sosmed apa-apa dijadiin status. iwww.

    ReplyDelete