Saturday, August 11, 2018
Tips Traveling Bersama Si Kecil, Dibikin Asyik Aja!
Gimana ceritanya traveling ke destinasi yang cukup jauh, enggak pernah disinggahi pula, dan yang pasti bawa dua anak cowok yang kadang mood-nya aja berganti-ganti tiap menit, berebut hal sepele setiap detik, dan owh itu bikin kepala migrain…hihi.
Saya termasuk ibu yang suka panik. Ya, kadang suka dibikin ribet sendiri. Padahal sebenarnya masalah itu tergantung seperti apa kita menanggapinya. Kalau dibawa santai, insya Allah semua akan berjalan dengan mudah kok. Tapi, buat menjadi sesantai itu enggak mudah buat saya.
Ketika hari itu benar-benar tiba, mau enggak mau saya harus santai sesantai-santainya. Nah, kali ini saya mau berbagi tips untuk itu. Siapa tahu berguna bagi teman-teman yang ingin melakukan perjalanan jauh dan membawa balita. Btw, saya seorang ibu dengan dua putra. Sulung saya berusia 7 tahun, dan bungsu berusia 3 tahun. Dan inilah beberapa tips yang bisa teman-teman coba terapkan ketika ingin traveling bersama balita.
Ketahui kondisi anak-anak
Kita yang paling tahu seperti apa kondisi anak-anak terutama jika diajak melakukan perjalanan. Misalnya saja, anak saya keduanya suka mabuk kendaraan. Ini riwayat dari saya banget yang sampai usia 28 tahun ini masih juga mabuk kalau naik mobil … hihi. Memang tidak setiap naik kendaraan roda empat saya mabuk, tetapi lebih sering terjadi ketika pagi hari.
Karena itulah saya selalu sedia banyak kantong kresek di ransel yang selalu saya bawa. Selain itu, kita juga perlu memerhatikan kondisi kesehatannya, dan mood mereka. Kalau anak-anak mudah bosan, ada baiknya siapkan mainan di ransel yang mudah dijangkau supaya ketika berada di perjalanan, kita bisa dengan mudah mengalihkan perhatiannya.
Siapkan pakaian ganti yang cukup
Namanya perjalanan jauh, pastilah kita akan membawa banyak baju di koper. Tapi, jangan lupa juga bawa baju di ransel yang selalu kita pakai, ya. Supaya tidak panik dan gelagapan saat membutuhkannya sewaktu-waktu.
Buat anak-anak, saya selalu bawa ganti lebih banyak karena kondisi mereka yang tidak bisa dipastikan. Berbeda dengan kita yang dewasa. Daripada nanti harus bingung mencari baju baru, mending bawa stok lebih, ya.
Siapkan obat-obatan
Minimal bawa penurun panas seperti paracetamol. Bawa juga obat-obatan yang paling dibutuhkan lainnya, misalnya minyak telon, krim anti ruam, pelembab, dan sebagainya.
Jika teman-teman punya anak dengan riwayat penyakit tertentu, misalnya saja sulung saya yang punya riwayat kejang demam, sebaiknya bawa obatnya, ya. Apalagi obat kejang itu enggak mudah dibeli bebas di apotek. Jadi, saya selalu bawa itu sampai kakak berusia enam tahun.
Jangan lupa bawa makan berat dan camilan
Kita aja suka bosan kalau menunggu terlalu lama, apalagi mereka, ya? Perjalanan menuju Turki dan umrah kemarin menjadi perjalanan paling panjang buat kami sekeluarga. Ini pertama kalinya saya harus pede melakukan perjalanan jauh dan membawa anak-anak. Meskipun sejak awal memang saya sendiri yang selalu menginginkannya, tetapi ketika itu terjadi, saya jadi bingung harus ngapain … hihi.
Dan salah satu hal yang perlu diingat adalah selalu bawa bekal makanan berat seperti nasi dan lauk kering serta camilan yang kita letakkan di dalam ransel. Itu wajib banget. Kalau mereka lapar sewaktu-waktu, tinggal ambil dari ransel karena biasanya ketika baru sampai, tentu saja kita enggak mudah membeli makanan di tempat yang jarang dikunjungi.
Plis, bawa gendongan
Ya Allah, ini adalah hal sepele, namun sungguh sangat berarti … hihi. Saya sedikit cerita, ketika umrah, suami pede sekali bahwa si bungsu akan dia gendong sendirian tanpa bantuan saya. But, kamu tahu realnya kayak apa? Ternyata si bungsu sejak masuk di pelataran masjidil Haram enggak mau pindah gendongan dari saya. Dia menangis kalau digendong ayahnya apalagi orang lain. Sedangkan saya yang awalnya mau membawa gendongan akhirnya urung karena suami nolak.
Masya Allah, saya thawaf sambil menggendong si bungsu tanpa gendongan. Beruntung itu terjadi tengah malam. Jadi, masih adem gitu. Selesai thawaf, lanjut sa’i. Saya sempat bilang bahwa saya enggak bakalan sanggup. Tapi, suami mengingatkan jangan bicara seperti itu. Dan waktu rasanya berjalan lambat banget. Antara menikmati prosesi ibadah umrah dan menahan pegal pinggang dan punggung yang kadang rasanya mau patah..hihi.
Ajaibnya, ada satu lagi rekan saya mengalami hal serupa. Entah kenapa anaknya juga enggak mau digendong bapaknya. Sampai banyak ibu-ibu bilang nggak tega sama kami berdua, mau menggantikan, tapi anak enggak mau. So, jangan tinggalkan gendonganmu di hotel … hihi.
Dibawa asyik aja!
Tidak ada cara lain, teman-teman harus santai sesantai-santainya ketika harus traveling membawa anak-anak. Jangan dibawa ribet, jangan dibawa pusing, jangan dibawa berat. Nikmati perjalanan dan kebersamaan dengan keluarga, kapan lagi bisa pergi bareng?
Saya yang awalnya suka ribet mau enggak mau harus santai juga. Bawa anak-anak di musim dingin ke Turki pastilah jadi cobaan berat buat saya yang jarang banget traveling. Kami jarang banget pergi jauh. Saat di Turki, bisa jadi karena capek juga karena enggak berhenti mengunjungi tempat-tempat wisata selama 3 hari di sana, akhirnya si bungsu flu. Kasihan banget, meskipun udah pakai jacket super tebal khusus musim dingin, tetap saja ketika pergi dia seperti beku. Ingat banget deh waktu di Topkapi Palace, dia jalan kaku banget, tangannya dingin pula. Tapi, harus santai, sudah tiba, masa mau dikeluhkan?
Saat tiba di Madinah, adik udah lumayan enak kondisinya, tetapi sampai di Mekah, kami bergiliran sakit. Saya demam, adik demam bahkan sampai perjalanan pulang. Suami juga sempat meriang, bahkan hampir semua rombongan ikutan sakit waktu itu.
Kalau sudah enakan setelah minum obat penurun demam, saya paksa ikutan thawaf sambil gendong adik bareng suami. Alhamdulillah setiap dibawa thawaf adik tidur nyenyak banget. Selesai thawaf barulah ia bangun dan saya bisa salat duha bergantian sama suami. Kalau si sulung karena sudah lebih besar jadi lebih santai. Dan mau enggak mau semua memang harus dibawa santai, kan?
Apalagi bungsu saat itu susah banget minum penurun demam dan itu berlanjut sampai sekarang. Waktu perjalanan pulang dari Turki ke Indonesia, adik saya paksa minum obat penurun demam susahnya bukan main. Akhirnya saya minumkan waktu dia agak tertidur. Barakallah selama di pesawat dia enggak ada masalah, suhu tubuhnya normal selama perjalanan sekitar 13 jaman.
Sampai bandara dia diare. Kami pulang ke rumah dan drama itu dimulai. Adik muntah-muntah enggak berhenti dan lanjut diare. Kalau dipikir, misalnya saja Allah takdirkan dia sakit pas dalam perjalanan pulang, minimal pas di taksi aja menuju rumah, paniknya saya pasti lebih dan lebih banget. Tapi, Allah tentukan beda. Alhamdulillah, enggak lama dia pun pulih.
Saya pikir, memang enggak ada jalan lain selain berusaha santai ketika harus membawa balita bepergian jauh. Pastikan saja semua kebutuhannya siap di ransel yang selalu kita bawa ke mana-mana.
Ketahui kondisi cuaca di lokasi tujuan
Mungkin yang paling berat ketika saya melakukan perjalanan ke Turki adalah musim dingin yang menusuk tulang dan hidung. Hidung enggak berhenti berdarah setiap hari. Mana pernah merasakan musim salju. Baru pertama kali dan harus membawa anak-anak juga.
Sejak di rumah udah siap-siap membawa jacket musim dingin. Tapi, kenyataannya masih belum bisa mengatasi sepenuhnya. Tapi, setidaknya kita udah lebih siap jika sudah tahu kondisi cuaca dan acara apa aja di lokasi tujuan.
Waktu di Turki kami seperti tidak terlalu menikmati karena terlalu dingin. Terlebih ketika menaiki kapal melewati selat Bosphorus, saljunya dikit turunnya tapi ademnya kebangetan. Malah justru lebih enak main salju di Uludag, rasanya enggak sedingin ketika di selat Bosphorus. Dan semua berjalan baik meskipun sedikit menyiksa, ya ... hihi.
Dan tidak ada resep paling mujarab untuk traveling bersama anak-anak kecuali dibawa santai aja. Semoga ulasan sederhana berdasarkan pengalaman ini bisa bermanfaat, ya. Sesuaikan dengan kebutuhan dan semoga perjalanannya menyenangkan!
Subscribe to:
Posts (Atom)