Tuesday, November 28, 2017
Roti Boy Homemade
Assalamualaikum…alhamdulillah, berjumpa lagi dengan resep roti, yaa..hihi. Memang blog ini gado-gado banget, kadang isinya ceramah, kadang isinya beberes dapur, kadang kegiatan memasak. Tapi, apa pun itu semoga bermanfaat, ya. Barangkali ada yang ingin membuat roti boy di rumah? Nah, saya bagikan resepnya di postingan kali ini, ya.
Sebenarnya, ini bukan pertama kali saya buat Mexican bun atau roti boy ini. Dulu pernah bikin, tapi hasilnya meleleh luber toppingnya, nggak bisa krispi dan tebal. Jadinya trauma mau bikin lagi. Padahal paksu suka sekali dengan roti ini dan sudah lama pesan minta dibuatkan.
Nah, kemarin sore tiba-tiba pengen banget bikin. Alhamdulillah, qadarallah semua bahan ada di rumah. Untuk adonan rotinya, saya pakai resep biasanya tapi dikurangi kuning telurnya. Tenang saja, tetap empuk tapi tetap kokoh. Sedangkan isiannya bisa memakai butter yang dicampur dengan gula halus atau keju parut saja juga enak. Tapi, kemarin saya sudah tidak sempat dan sudah riweh sama bocah yang nyamilin adonan roti mentah yang sudah diulen…he. Jadilah roti saya tanpa isian.
Bahan roti:
500gr terigu protein tinggi seperti Cakra
90gr gula pasir
2 kuning telur, beri putihnya sedikit saja
2sdt ragi instan
2 sachet susu bubuk
130ml air hangat
120ml air dingin atau suhu ruang
90gr butter
1/4sdt garam
Bahan topping:
100gr butter atau margarin
100gr terigu kunci biru
100gr gula halus
1/4sdt baking powder
25gr tepung maizena
1 butir putih telur
Sedikit vanila cair
1 sachet kopi instan, campur sedikit saja air panas
Cara membuat:
1. Untuk adonan roti: campur 130ml air hangat bersama 1sdm gula pasir dan 2sdt ragi instan. Aduk rata dan biarkan sampai berbusa. Sambil menunggu, kita siapkan bahan lainnya.
2. Campur semua bahan sisa kecuali butter dan garam. Masukkan juga campuran ragi yang telah berbusa. Uleni sampai rata. Masukkan butter dan garam. Uleni sampai kalis elastis.
3. Olesi tangan dengan sedikit minyak, bulatkan adonan dan diamkan sampai satu jam atau hingga adonan mengembang 2 kali lipat sesuai suhu ruangan. Jangan lupa selalu tutup dengan kain bersih setiap kali proses proofing berlangsung.
4. Tinju adonan untuk membuang udara. Bagi adonan seberat 40gr. Beri isian dan bulatkan. Diamkan lagi satu jam atau sampai mengembang 2 kali lipat, ya.
5. Bahan topping: mixer butter dan gula halus sampai lembut. Masukkan putih telur, mixer sampai mengembang dan rata.
6. Masukkan terigu, maizena serta baking powder sambil diayak. Masukkan juga kopi yang sudah dicampur air dan vanila cair. Mixer sampai rata. Masukkan dalam plastik segitiga. Lubangi ukuran sedang saja, ya. Semprotkan pada adonan ketika akan dipanggang. Setiap akan memanggang, semprotkan, lakukan sampai adonan habis.
7. Panaskan oven 10 menit sebelum digunakan. Saya pakai suhu 180’C atau sesuaikan dengan oven masing-masing. Panggang adonan selama kurang lebih 20 menit atau tergantung ovennya. Sajikan selagi hangat.
Hasilnya krispi dan rotinya lembut banget meskipun punya saya kelihatan abstrak gitu bentuknya, hehe. Jadi, kemarin saya tidak menimbang butter untuk topping sesuai takarannya. Jadinya terlalu padat. Kalau mau coba, ikutin resepnya, ya.
Mungkin sudah sering saya singgung di postingan sebelumnya bahwa roti empuk akan sangat bisa dihasilkan dari adonan yang kalis. Meskipun tanpa telur, roti juga bisa tetap empuk. Tapi, semua kembali lagi pada selera masing-masing, ya. Kalau saya pribadi sudah klik dengan resep roti ini. Kadang hanya main pada takaran air dan jumlah kuning telur saja. Selamat mencoba, semoga berhasil…
Thursday, November 23, 2017
Cerbung Tentang Kita Bag 15; Hujan
Raina merasa oksigen di sekitarnya tiba-tiba hilang. Sesak napas. Tidak bisa menyangkal rasa sakit hati dan cemburu yang dirasakannya saat ini. Hampir tidak bisa dipercaya, seorang Bagas Permadi yang dulu begitu ia kagumi, rupanya kini telah menggoreskan luka amat dalam. Apakah dia saja yang terlalu curiga?
Tapi, Bagas terlihat sangat akrab bicara, bahkan wajahnya yang beberapa hari terakhir terlihat mendung, kembali cerah dengan menampilkan deretan giginya yang bersih tanpa bekas nikotin.
Lelakinya tertawa, bahkan begitu gembira. Entah apa yang mereka bicarakan barusan, yang jelas, Raina merasa apa yang dilakukan Bagas merupakan sebuah kesalahan besar yang bisa mengancam hubungan mereka berdua. Tidakkah Bagas tahu, Raina amat benci dengan wanita itu?
Dia yang menggoyahkan keyakinan Raina ketika Bagas pertama kali berniat melamarnya. Dan sekarang, dia juga yang mengguncang ketenangan rumah tangga yang telah mereka bangun, bahkan anggota baru akan hadir melengkapi kegembiraan. Raina mengusap perutnya yang tak nampak berubah. Air matanya semakin deras.
Usia kandungannya sudah memasuki dua bulan. Dan Raina masih merahasiakan semuanya dari Bagas. Bahkan hingga sekarang, Raina tak pernah punya keinginan untuk bicara dengan lelaki itu. Entah sampai kapan dia akan memaafkan.
“Rai,” suara Bagas terdengar parau. Dia menyusul istrinya dengan perasaan tumpang tindih. Antara terkejut, takut dan menyesal.
Raina mengatakan dalam hati sekeras-kerasnya, percuma! Bicara tentang apa pun saat ini hanya akan membuat keadaan semakin sulit. Raina sedang marah, bahkan sedang amat marah. Dan Bagas datang menambah kemarahan itu.
“Mas bisa jelasin semua,” Bagas memilih membungkukkan badannya, mencari wajah Raina yang sudah basah oleh air mata.
“Mas tidak akan menikahi Sherly, tidak akan, Rai.”
Tapi, dia menjenguknya. Kenyataan yang akhirnya membuat Raina merasa muak bahkan tiba-tiba mual. Raina menarik napas, sulit sekali berdamai dengan masalah. Bahkan ketika Raina mencoba berpikir postif, hal buruk justru menusuknya dari belakang. Dia merasa kesakitan lagi.
“Mas hanya ingin memastikan kondisi Sherly membaik, itu saja. Tolong jangan berpikir buruk tentang mas. Mas nggak seperti itu,” Bagas memohon.
Tapi Raina tak ingin mendengar apa pun. Dia bahkan lebih suka mendengar tetesan hujan ketimbang penjelasan yang baginya tidak masuk akal. Tidakkah Allah begitu baik, hingga memperlihatkan semuanya secara gamblang?
Jika saja Raka tidak masuk rumah sakit, mungkin lelaki tampan di depannya juga tak akan menceritakan pertemuan mereka padanya. Jika bukan karena Raina yang memergokinya, mungkin Bagas akan menyimpannya rapat-rapat.
Sherly tiba-tiba menjadi sosok penting dalam hidup Bagas. lelaki itu dulu hanya ingin menjalin hubungan baik, tak terpikir akan menyukai pertemuan tanpa sengaja itu. Benar Raina bilang, jangan bermain api. Sebab api yang awalnya hanya berupa asap, bisa jadi akan membakarmu hidup-hidup.
Dan Bagas sudah terbakar tanpa pernah dia sadari.
Raina bergeming. Bagas masih mengelu dan memohon. Lelaki itu sekarang tidak lagi terlihat menyenangkan bagi Raina. Wajah tampannya bukan lagi kerinduan yang setiap malam membangunkan tidur lelapnya. Raina melihat wajah Bagas sekali lagi, hampir tak percaya lelaki yang dulunya begitu shaleh itu, kini mengkhianati pernikahan mereka.
Raina menutup matanya rapat-rapat. Sulit sekali memaafkan. Jika boleh memilih, Raina tidak ingin ada di tempat ini, dalam situasi yang amat menyakitkan.
Raina bangkit. Percuma. Tidak menyelesaikan masalah jika hanya bicara dengan amarah. Dia harus segera kembali ke kamar Raka. Sudah terlalu lama dia meninggalkan putranya sendiri.
“Rai, mau ke mana? Kita harus bicara, mas nggak mau kamu diamkan terus menerus. Mas mau kamu bicara!”
Bagi Raina, suara Bagas terdengar sedikit membentak. Lelaki itu bahkan menarik pergelangan tangannya, memaksa dia berhenti dan bicara.
“Raka dirawat. Raina harus segera kembali.”
Bagas sempat tak percaya, hingga sosok wanita berlesung pipit itu benar-benar pergi meninggalkannya sendiri. Bagas mengepalkan kedua tangan dan memukul udara. Dia benar-benar telah melakukan kesalahan besar. Lihat saja, gadis berlesung pipit yang dulu begitu dia kagumi, kini memilih pergi dan membawa lukanya sendiri. Tidakkah itu terdengar amat menyakitkan? Dan lebih buruknya, dia menangis karena perbuatan bodoh suaminya!
****
Wednesday, November 22, 2017
Cerbung Tentang Kita Bag 14; Menjenguk Masa Lalu
Raina mondar mandir di depan kamar. Menghubungi sebuah nomor yang selama sebulan hampir tidak pernah dilakukannya. Wajahnya terlihat gusar. Sebelah tangannya mengepal. Kesal! Di mana dia saat Raina begitu membutuhkannya?
Raina kembali ke kamar Raka. Bocah malang itu sedang merintih sambil setengah tertidur. Wajahnya memerah sebab suhu tubuh yang begitu tinggi. Entah sakit apa dia. Sejak semalam, demamnya belum juga turun. Raina ingin segera memberitahukan kondisi putranya pada Bagas, sayangnya, lelaki itu tidak juga menjawab telepon. Bahkan pesan singkat hingga puluhan belum juga dibalas.
Raina bimbang, dia tidak bisa membiarkan putranya menahan sakit terlalu lama. Raka mulai lemas, susah minum bahkan sesekali hanya bangun dan lebih banyak tidur. Raina khawatir kondisi Raka semakin memburuk. Takut dia dehidrasi, dan itu sangat berbahaya.
Tanpa pikir panjang, Raina segera membopong Raka ke dalam mobil. Perutnya sedikit nyeri ketika menyadari, tubuh Raka sudah mulai terasa berat. Tapi, Raina tidak sempat berpikir panjang. Segera tancap gas menuju rumah sakit terdekat.
Nanti Bagas juga akan tahu. Raina sudah berusaha menghubungi, tapi dia mungkin saja terlalu sibuk mengurus pasien-pasiennya. Sampai-sampai tidak mendengar telepon berdering. Sudahlah, Raina memutuskan fokus memikirkan kondisi Raka ketimbang memikirkan Bagas yang nyatanya pastilah baik-baik saja.
Jalanan cukup lengang, hanya ada beberapa kendaraan bermotor. Hujan rintik mulai turun. Raina memandang keluar kaca jendela mobilnya sambil menunggu lampu merah berganti hijau. Entah kenapa, tiba-tiba perasaannya sunyi. Ada yang hilang namun entah apa. Baginya, rumit sekali memikirkan kejadian kemarin, saat tiba-tiba Bagas meminta izin ingin menikahi Sherly. Bukan hal mudah mendengar kabar buruk itu meski nyatanya sampai saat ini dia juga tidak pernah lagi mendengar kelanjutan cerita antara Bagas dan Sherly. Mungkin saja Bagas sudah lupa dan benar-benar menyesali ide gilanya itu.
Sesekali Raka merintih, membuyarkan lamunan Raina. Dia bergegas menuju rumah sakit. Sepuluh menit kemudian, Raka sudah masuk UGD dan ditangani oleh beberapa dokter.
Raina tidak menyadari, wajahnya tampak lebih pucat. Bahkan tubuhnya terasa menggigil. Dia bersyukur Raka segera dibawa ke dokter. Putranya benar-benar kekurangan cairan, dan itu yang membuat Raka cukup lemas sejak pagi tadi.
Raina mengangguk saja ketika dokter menyarankan putranya segera dirawat. Biasanya dia selalu meminta izin tentang apa pun kepada Bagas, kali ini dia benar-benar lupa. Sebab kepalanya yang sudah berdenyut berkali-kali sampai rasa khawatir yang berlebihan kepada putra sulungnya. Dan yang tak disadarinya, rasa mual yang mulai muncul sejak Raka masuk ruang perawatan.
Raina berkali-kali masuk kamar mandi. Dia muntah-muntah hebat. Belum lagi tadi pagi tidak sempat makan apa pun, termasuk setangkup roti yang disajikan di meja makan, sisa Bagas sebelum berangkat ke rumah sakit.
Raina menyerah, dia harus makan. Tidak baik membuat kondisi tubuhnya semakin buruk. Setelah memastikan Raka membaik dan bisa tidur, Raina segera pergi menuju kantin rumah sakit.
Mungkin dia bisa membeli teh hangat dan camilan sambil menunggu Bagas menghubunginya. Raina menyusuri lorong-lorong rumah sakit. Betapa tidak mudah menghadapi semua ini hanya sendiri. Kondisinya yang sudah lemah, ditambah pertengkarannya dengan sang suami membuat semua energi dalam dirinya hilang seluruhnya. Raina mengusap sudut matanya yang tiba-tiba basah. Ingin sekali menukar cerita dengan yang lain, sayangnya, menyesali takdir merupakan kekufuran. Sama sekali tidak bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan.
Dia telah memiliki semuanya, kebahagiaan kemarin bahkan lebih mahal ketimbang tangisnya hari ini. Raina, bersyukurlah, bersyukur. Hanya itu yang dia ucapkan berkali-kali di dalam hati.
Pemandangan rumah sakit justru membuat hatinya semakin pahit. Selang-selang infus membelalai di mana-mana. Wajah-wajah semakin menyayat hati. Tapi tunggu, di antara beberapa bangsal yang terbuka sedikit pintunya, dia menangkap bayangan seseorang yang amat dikenalnya.
Raina menghentikan langkah. Kembali dengan rasa gugup yang membuncah. Dia mengintip dengan rasa takut yang amat sangat. Sekeping hatinya tiba-tiba patah. Terjatuh dan berantakan meninggalkan ngilu tak tertahan.
“Mas, Bagas,” desahnya.
Lelaki dengan kemeja rapi itu terlihat tertawa bersama seorang pasien yang entah siapa. Sebuah papan nama terbaca jelas oleh Raina. Pasien itu bukan hanya dia kenal, tapi juga menjadi bagian dari masa sulitnya saat ini. Raina mendekap hatinya sendiri. Terisak di lantai rumah sakit.
Entah Raina harus apa, bangun untuk berdiri saja rasanya teramat sulit. Sebelum dia berhasil berdiri dan berlari sekencang yang dia inginkan, sebuah suara menghentikan tangisnya.
“Rai, sedang apa di sini?”
Bagas tak sempat mendengar jawaban Raina. Gadis itu sudah berlari bersama seluruh kenangan manis yang kini telah luruh bersama derasnya guyuran hujan yang memekakkan telinga.
Monday, November 20, 2017
Resep Mudah Membuat Bakso Sendiri di Rumah
Assalamualaikum…alhamdulillah, musim hujan sudah mulai datang. Sebagian bahkan sudah ada yang kebajiran, sebagian lagi juga kena musibah lainnya. Semoga mereka selalu ditabahkan dan dikuatkan. Amiin.
Nah, postingan kali ini saya mau berbagi resep membuat bakso sapi. Sebelumnya juga sudah pernah posting, tapi kali ini resepnya sedikit berbeda karena tidak saya modifikasi sama sekali. Ini resep asli dari mbak Fitri Sasmaya yang sudah terkenal banget di recook oleh banyaak orang di cookpad.
Sedikit tentang mbak Fitri, ya. Saat baru masuk cookpad, dialah senior pertama yang mau follow anak baru seperti saya waktu itu. Dan resep-resepnya itu enak banget secara saya kan nggak bisa masak, hanya bisa nyontek resep orang aja..he. Dan resepnya mbak Fitri sering banget saya pakai. Termasuk resep bakso ini.
Tekstur baksonya ada sensasi ‘kres’ tapi nggak a lot. Kalau boleh bilang, ini mirip sama bakso lapangan tembak. Semakin lama, akan semakin keluar kaldu kuahnya dan semakin enak. Jadi, kalau buat hari ini, besok rasanya akan jauh lebih gurih. Dan resep ini merupakan resep dasar yang selalu saya pakai selama ini.
Kadang saya modifikasi sedikit, misalnya dicampur daging ayam, dirubah takaran dan lebih seringnya memang cuma dikira-kira..he. Saya sudah cocok sekali dengan resep ini. Nah, beberapa orang sempat bingung, bagaimana proses menggilingnya? Digiling ke pasarkah? Atau punya alat sendiri? Kebetulan saya punya chopper penghalus daging. Bukan benda mahal, bahkan termasuk murah banget. Coba deh cari di toko online, banyak banget dijual. Ada yang dijual hanya chopper aja, ada yang berpasangan dengan blender.
Nah, chopper ini menurut saya cocok buat kita yang hanya ingin membuat bakso di rumah. Kita bisa menggiling paling banyak 250gr daging sekali giling. Jadi, kalau saya membuat 500gr, tinggal dibagi dua saja prosesnya. Bailah, langsung saja, ini resepnya:
Bahan:
500gr daging sapi, pilih tanpa lemak
2500ml air, untuk merebus, boleh lebih
70gr tepung tapioka atau 7sdm
130gr es batu, hancurkan
2sdt garam
1sdt bawang merah goreng (saya lebihkan jadi 1sdm bawang merah dan 1sdm bawang putih goreng)
7-8 siung bawang putih, haluskan bersama merica
1 butir putih telur
1sdt baking powder
1-2sdt merica butir
Bahan kuah:
2000ml air sisa rebusan bakso, lebih enak jika pakai tulang sapi, atau biasa saya tambah tetelan berlemak
Secukupnya garam
Secukupnya merica bubuk
Secukupnya merica bubuk
10 siuang bawang putih, geprek
Cara membuat:
1. Didihkan air untuk merebus bakso, kemudian kecilkan apinya atau matikan. Sambil menunggu air mendidih, kita buat baksonya.
2. Potong daging lalu masukkan ke dalam food processor, proses hingga halus dan masukkan juga es batu. Haluskan sampai benar-benar halus, ya.
3. Tambahkan putih telur, tepung tapioka, garam, merica bubuk, baking powder, bawang putih bubuk, bawang merah goreng dan bawang putihnya juga. Haluskan sampai rata dan benar-benar halus.
4. Ambil adonan secukupnya, lalu bulatkan dengan menggenggam tangan dan keluarkan adonan bakso dari sela jari telunjuk dan ibu jari. Ambil adonan dengan sendok dan masukkan ke dalam air mendidih yang sudah dimatikan atau dikecilkan apinya. Kenapa harus begitu? Supaya hasil baksonya lebih halus.
5. Setelah mengapung masukkan bulatan bakso ke dalam air es. Nah, saya skip proses ini karena saya memang pemalas..he.
6. Untuk kuah baksonya, tumis bawang putih sampai harum, tuang ke dalam air rebusan bakso, beri merica dan garam serta daun bawang. Sajikan dengan pelengkap.
Ternyata mudah, ya? Saya suka makan bakso telur. Biasanya saya membuat beberapa bakso dengan isian telur. Belakangan orang semakin kreatif, baksonya diberi isian keju mozzarella yang meleleh atau bisa juga diisi potongan cabe rawit. Ukuran bakso pun sesuai selera saja. Bisa kecil-kecil seperti bakso kerikil, bisa besar seperti bako beranak. Tapi, jujur saja saya agak geli sama bakso beranak karena ukurannya terlalu besar…he.
Semoga resepnya bermanfaat, selamat mencoba!
Resep Seblak Aci
Assalamualaikum…masih semangat ya, hujan begini. Saya mau share resep seblak aci yang menurut saya enak banget. Aci atau cilok saja sudah enak, apalagi kalau dibuat seblak? Seingat saya sudah pernah posting resep seblak aci di sini, ternyata belum. Mungkin waktu itu saya hanya menulis di IG dan cookpad saja.
Siapa sangka ternyata aci atau cilok kalau di tempat saya disebutnya bisa dibuat menjadi berbagai macam jenis makanan yang super lezaat, Guys. Nggak hanya sekadar dicelup ke dalam saus sambal saja, tapi bisa diolah! Sekeren itu orang Indonesia...haha. Hebat aja ada resep macam-macam dari bahan yang hampir sama.
Di kampung saya, dulu belum ada seblak. Semakin banyak dikenal, seblak pun mulai muncul di mana-mana dna bahkan di kampung halaman saya sendiri.
Yang saya suka dari seblak ini adalah aroma kencurnya yang bisa sedaap. So, saya suka nambahin kencurnya yang banyaak biar semakin berasa enak gitu. Tapi, ada juga yang nggak terlalu suka pakai kencur, kasih aja lebih sedikit ya sesuai selera kamu.
Selain aci, sebenarnya ada banyak jenis makanan yang bisa diolah menjadi seblak. Misalnya makaroni, krupuk, bakso, sosis, mie, hingga pasta juga kali yaa *ngarang banget...haha.
Suka Pedas atau Nggak?
Saya tim yang suka banget makan pedas, tapi nggak kuat di lambung...huhu. Jadi, daripada magh kambuh, ya mending nggak asal makan cabai biar tetap sehat dan besoknya bisa makan seblak lagi *eaa. Kalau kamu suka makan pedas, bolehlah tambahkan jumlah cabainya, ya sesuai selera.
Terlalu pedas sebenarnya juga nggak bagus, lho. Iya, apa pun yang berlebihan memang selalu nggak baik efek sampingnya. Makanya secukupnya saja dan sesuaikan dengan kemampuan lambung kamu. Jangan sampai kita jadi celaka gara-gara sambal yang berlebihan.
Nah, bahan-bahan yang dibutuhkan mudah saja. Kalau saya pribadi lebih suka aci yang lembut dan tidak terlalu kenyal sampai susah ngunyah. Tipsnya adalah, jika ingin aci yang tidak terlalu kenyal, masukkan air mendidih dan segera diaduk. Kalau mau agak kenyal, airnya jangan terlalu panas. Setelah mendidih, diamkan sebentar, baru dicampur dengan tepungnya.
Karena keburu hujan, langsung saja, ya resepnya… :D
Bahan aci atau cilok:
10sdm tepung sagu atau tapioka
5sdm tepung terigu
Secukupnya air panas sampai adonan bisa dibentuk
1 siung bawang putih haluskan atau sedikit bubuk bawang putih
1/4sdt bubuk merica
1/2sdt garam (kurang lebih)
Bumbu haluskan:
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
2 ruas kencur
3 cabe rawit merah atau lebih
7 cabe merah keriting
Secukupnya garam
Sedikit gula
Sedikit kaldu bubuk (optional)
Bahan tambahan:
1 butir telur
2 batang sawi
1 batang daun bawang
Cara membuat:
1. Rebus air sampai mendidih.
2. Campur semua bahan aci, beri air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk. Hentikan ketika adonan sudah bisa dibentuk.
3. Didihkan air untuk merebus. Rebus cilok sampai mengapung dan matang. Tiriskan.
4. Haluskan bumbu, tumis sampai wangi. Masukkan telur, aduk rata bersama bumbu, masukkan juga daun bawang dan sawi yang sudah dipotong. Beris sedikit air.
5. Masukkan aci dan tes rasa. Aduk dan matikan.
Itulah cara sederhana membuat seblak aci. Kita juga bisa membuat cilok ini dan memberikan bumbu kacang atau dicocol dengan saus dan kecap. Kalau zaman sekolah waktu masih SD, bakso di sekolah tidak seperti layaknya bakso sapi, tapi lebih mirip sama cilok. Kasihan banget..he.
Selamat mencoba dan salam hangat,
Thursday, November 16, 2017
Ikan Pari Asap Masak Santan
Suka sekali dengan ikan pari. Entah karena saya memang pemakan segala atau memang saya suka dengan bau asap-asap dari ikan-ikan yang diasap. Baik itu ikan pari atau jenis lainnya. Aromanya itu justru menggugah selera.
Berbeda dengan paksu yang nggak doyan sama sekali..he. Jadilah ketika memasak ini saya selalu makan sendirian. Bukan masalah juga sih, saya juga bisa menghabiskannya sendiri..hoho.
Ikan pari asap jarang dijual di warung-warung. Alasannya sih pasti karena memang jarang ada yang suka. Saya harus ke pasar pagi-pagi sekali, atau akan kehabisan. Yang menjual biasanya orang Madura. Kebetulan saya juga orang Madura asli yang saat bertransaksi selalu menggunakan bahasa Indonesia..hehe. Nggak banget..kwkwk
Nah, ikan pari asap ini enak digoreng begitu saja lalu dipenyet di atas sambel. Boleh juga dibuat kuah santan seperti resep ini. Keduanya enak dan selalu butuh nasi sebakul buat melahapnya. Bagi yang sedang diet, dilarang membuatnya, ya. Bakalan gagal diet!
Bahan:
4 buah ikan pari asap ukuran sedang
1 buah tomat hijau ukuran sedang
5 buah belimbing wuluh, potong
5 buah belimbing wuluh, potong
2 batang daun bawang
1 bungkus santan instan
Secukupnya air
Bumbu, iris:
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
1 lembar daun salam (biarkan utuh)
5 buah cabe merah atau cabe hijau
5 buah cabe rawit atau sesuai selera
1cm lengkuas (memarkan)
Secukupnya garam
Sedikit kaldu bubuk
Sedikit minyak untuk menumis
Cara membuat:
1. Tumis semua bumbu dan irisan daun bawang sampai wangi.
2. Masukkan air dan santan. Bumbui garam dan kaldu bubuk.
3. Masukkan ikan pari asap. Biarkan mendidih dan meresap.
4. Masukkan potongan tomat dan belimbing. Biarkan sampai agak layu. Matikan.
5. Sajikan dengan nasi panas.
Aromanya Menggugah Selera
Yups! Aromanya ikan pari ini benar-benar menggugah selera apalagi setelah dimasak pakai santan. Jangan terharu kalau nanti kamu bisa menghabiskan banyak nasi gara-gara menu satu ini. Saya baru tahu resep ini setelah tinggal dan menetap di Jakarta. Dulunya sih kalau ketemu sama ikan asap sejenis ini hanya digoreng dan dipenyet saja.
Setelah tahu resep ini, auto pengen masak pari bersantan terus karena rasanya khas banget. Hanya saja untuk mendapatkan ikan ini nggak gampang. Mesti ke pasar dan nggak boleh kesiangan atau akan kehabisan *perjuangan banget ini mah...haha.
Ikan pari asap ini prosesnya nggak mudah dibuat. Untuk menghasilkan ikan pari seperti ini, butuh waktu lama untuk mengasapnya. Jadi, ikan kayak gini beda dengan ikan bakar. Kita nggak bisa bikin ikan asap dengan cara dibakar seperti ayam bakar atau ikan bakar itu, Guys. prosesnya sangat berbeda.
Daripada pusing membuat, ya mending beli aja :D *lagian siapa juga yang mau bikin sendiri, kan? hehe.
Buat sebagian orang, bau sangit atau akibat dari proses pengasapannya ini begitu mengganggu. Nggak enak katanya. Hiks. Padahal buat saya, justru itu enak banget gara-gara bau asapnya yang bikin kuliner satu ini jadi beda daripada yang lainnya.
Di rumah, suami nggak doyan dan nggak suka. Jadi, tiap bikin, nggak banyak yang mau nyobain apalagi anak-anak ya. Kira-kira, kalau di tempat kamu, siapa yang doyan makan menu kayak gini? Apakah kamu juga tertarik mencobanya di rumah?
Ini menu sederhana yang enak banget dinikmati ketika kumpul keluarga. Membuatnya pun nggak susah, bumbunya tinggal diiris. Hasilnya, hmm, jangan ditanya, yaa..langsung dicoba aja yuk siapa tahu keluarga menyukainya :)
Salam hangat,
Tuesday, November 14, 2017
Cerbung Tentang Kita Bag 13; Rindu
Raina melipat pakaian suaminya dengan air mata meleleh. Tidak sekali atau dua kali mereka bertengkar, tapi tidak pernah sesakit ini rasanya. Pernikahan mereka bukan terjadi dalam bilangan singkat, bahkan tahun demi tahun sejatinya menjadi alasan baginya untuk segera memaafkan kesalahan Bagas. Sayangnya sebab masalah satu itu, Raina enggan.
Dia ingat, betapa sulitnya dulu memercayai Bagas, terutama setelah dia melihat kedatangan Sherly dan Rara untuk pertama kali. Tanpa sengaja, Raina mendengar percakapan singkat di antara mereka. Bukan hal mudah memaafkan kesalahan masa lalu Bagas, yang sebenarnya jika diingat, lebih mirip seperti sinetron.
Tapi, sebab cinta dia memutuskan melupakan semua. Dan Bagas sudah berjanji tidak akan mengundang masa lalu masuk ke dalam pernikahan mereka. Tanpa kedatangan Sherly pun, bahtera rumah tangga sering goyah diterpa riak-riak kecil. Dan Sherly serupa badai yang siap menghantam dan mengoyak perahu mereka. Sakit.
Bagas bisa mudah mengatakan bahwa dia akan menikahi Sherly sebab kasihan, benarkah? Lalu bagaimana jika dia benar-benar menyukai wanita dalam masa lalunya itu? Dan Raina memutuskan segera menghilangkan semua pikiran buruk itu. Ingatannya kembali pada Sherly yang katanya sedang terbaring di rumah sakit sejak beberapa bulan lalu. Sakit apa dia? Bahkan Bagas tidak sempat menjelaskan.
Raina mengusap kemeja suaminya. Sepertinya beberapa hari tidak bertegur sapa dengannya, Raina merasa ada sesuatu yang hilang. Tapi rasa kesal mengalahkan semua. Raina rindu menyambut suaminya di depan pintu selepas Bagas bertugas dari rumah sakit. Belakangan bukan hanya itu, Raina memutuskan tidur di kamar Raka demi menghindari suaminya sendiri. Berdosakah dia? Tapi minta ampun dia kepada Allah, sungguh tidak mudah memaafkan kesalahan suaminya meskipun kenyataannya semua belum benar-benar terjadi.
Tapi, sampai kapan semua menjadi serenggang ini? Tidak nyaman mendiamkan Bagas, apalagi ketika laki-laki berhidung mancung itu tiba-tiba muncul di hadapannya. Sejujurnya, Raina rindu. Tapi, sungguh kecewanya belum sempurna menghilang. Maka kemarahan masih menjadi alasan kenapa dia menjaga jarak dari suaminya sendiri.
****
Bagas berlari menuju kamar mandi. Wajahnya diliputi kecemasan. Raina terlihat lebih kurus akhir-akhir ini. Lihat saja, kedua pipinya tampak lebih tirus. Bahkan kedua mata indahnya terlihat berkantung gelap. Semua tampak jelas setiap kali Bagas mencuri pandang ke arahnya.
Dan sekarang, Bagas gemetar berdiri di depan pintu kamar mandi setelah sebelumnya Raina menepis tangannya yang hendak memberikan bantuan. Raina memutuskan menahan mual yang membuatnya muntah-muntah tak wajar. Masuk anginkah istrinya? Tapi, Bagas tidak bisa menerka. Sepertinya Raina terlalu banyak pikiran sampai-sampai dia jadi sakit. Menyesallah Bagas sebab tentu saja dialah sebab utama atas terpuruknya Raina akhir-akhir ini.
“Kita ke dokter,” Bagas tegas bicara, tidak meminta persetujuan dari istrinya.
Setelah mencuci muka dan mengeringkan wajahnya dengan handuk, Raina justru segera pergi. Membiarkan Bagas semakin bingung. Bagas tahu Raina sedang kurang sehat. Jadi, dia sedikit membentak ketika mengatakannya barusan. Kadang perempuan tidak terlalu peka ketika ada seseorang yang benar-benar memerhatikan, atau mungkin Raina pura-pura tidak mengerti dengan ucapan Bagas barusan?
Bagas mengacak rambutnya. Kepalanya berdenyut. Sampai kapan badai dalam rumah tangganya berlalu? Tidakkah Raina mengerti, keadaan seperti ini amat menyita pikirannya. Bagas bahkan sulit berkonsentrasi ketika berada di rumah sakit. Dia jauh lebih murung ketimbang teman-temannya yang putus cinta. Dia jauh lebih buruk ketimbang pegawai yang dimarahi atasannya. Ini Raina, istrinya yang selama beberapa tahun menjadi belahan jiwa, kini memutuskan tidak lagi memercai dirinya sebagai suami yang baik. Mengecewakan sekali! Bagas berkali-kali merutuki nasibnya.
“Astaghfirullah,” desahnya. Sungguh lelah menghadapi kenyataan, di mana masih banyak wanita merasa begitu ketakutan ketika mendengar suaminya akan poligami, bahkan ketika dia menegaskan tidak akan pernah melakukannya. Apakah semenakutkan itu?
****
Bagas berdiri di depan cermin, menggosok giginya berulang kali. Berhenti ketika menyadari di atas gelas kaca berukuran sedang, tak lagi nampak sikat gigi berwarna merah milik Raina.
Bagas terpaku, tiba-tiba hatinya mencelos. Takut. Resah dan entahlah, dia bahkan tidak bisa menerjemahkan kata hatinya sendiri. Jika kemarin Raina tidak lagi tidur di kamar, sekarang sikat gigi milik istrinya pun sudah berpindah tempat, lalu besok apalagi yang harus ditakuti Bagas?
Tanpa merasa perlu membersihkan sisa pasta gigi di mulutnya, Bagas berlari keluar kamar, mencari Raina. Tidak, gadisnya tidak ada di kamar putra mereka. Bahkan di kamar mandi anaknya pun kosong. Raka terlihat masih pulas. Bagas segera melesat menuruni tangga. Dia benar-benar tidak punya banyak waktu. Ketakutan akan banyak hal tiba-tiba melintas dalam benaknya. Termasuk ketakutan akan perpisahan yang mungkin saja terjadi tanpa diduga.
Bagas berhenti di depan pintu dapur. Kedua kakinya masih gemetar. Napasnya tersengal, dan Raina tanpa sengaja sedang menatapnya heran, ada apa?
Belum sempat Bagas bicara, Raina sudah mendekati Bagas dan mengusap sisa pasta gigi di mulut suaminya. Hanya sepersekian detik waktu seolah berhenti ketika tatapan mereka saling beradu. Dengan langkah tergesa, Raina segera sibuk mengaduk sup panas di atas kompor yang masih menyala. sedangkan Bagas memilih diam dan bersorak dalam hati.
Coba kalian mengerti, tidak mudah menghilangkan kebiasaan yang sudah bertahun-tahun dibangun, termasuk ketika mereka saling peduli dan bicara. Dan kepedulian Raina barusan, sudah cukup mengaduk-aduk perasaan Bagas. Seperti perasaan ketika pertama kali mengetahui gadis itu menerima pinangannya. Bukan main gembiranya!
****
Sunday, November 12, 2017
Roti Sobek Isi Keju
Assalamualaikum…kemarin bikin roti sobek isi keju. Sebenarnya isian keju ini merupakan isian termalas yang pernah saya buat…he. Biasanya keju saya buat keju manis susu, masih diolah. Tapi, kemarin belum menyiapkan isian dan sudah membuat adonan. Ya sudahlah, waktunya tidak cukup karena harus mengerjakan yang lain.
Resep ini sudah sering saya gunakan untuk berbagai macam jenis roti. Bisa model roti pizza, roti sosis, roti isi, roti abon atau roti sobek seperti sekarang. Manisnya pun bisa disesuaikan, ya. Kalau nggak suka manis, cukup 80gr gulanya. Kalau suka manis, bisa sekitar 90-100gr. Ini sudah manis banget.
Untuk kuning telur, seperti biasa saya pakai 3 kuning telur saja. Boleh juga 4 kuning telur. Boleh juga hanya 2, hasilnya tetap empuk meskipun tak seempuk yang kuning telurnya lebih banyak.
Kemarin saya sempat juga memberikan tips sukses membuat roti ala bakery di UC news. Bisa baca-baca di sini, yaa.
Entah ini roti keberapa yang sudah saya buat. Yang jelas, kalau sudah berhasil sekali aja, berikutnya pastilah ketagihan pengen bikin lagi. Yuk, dicoba, ikuti step by step-nya yaa. Dulu saya juga belajarnya otodidak. Selain karena saya memang kurang pergaulan, ikutan kursus memasak memang harus membayar mahal, pakai banget malah. Sempat juga ditawari oleh salah satu aplikasi memasak, disuruh buka kelas, nanti mereka akan membantu segala kekurangannya. Tapi, bagi saya yang hanya berani di dunia maya, bertemu banyak orang itu bikin jantung kepleset…he. Jadi, saya urungkan untuk membuka kelas masak, saya kumpulin dulu deh keberanian sampai sebesar gunung..he.
Buat saya, berbagi resep dan membuat orang lain terbantu meskipun sedikit saja itu sudah sangat membahagiakan. Kalau ada yang recook dan berhasil, itu kepuasan sendiri buat saya yang sebenarnya masih pemula juga. Kadang ada juga yang sampai berjualan. Berbagilah apa pun yang kita mampu, mungkin buat orang lain itu nggak ada gunanya, gak bermanfaat, tapi buat sebagian orang itu sangat membantu bahkan bisa menambah penghasilan. Dulunya saya juga hanya mencoba resep orang, setelahnya saya merasa sangat berterima kasih kepada orang-orang yang mau berbagi resepnya, bahkan ada juga yang sudah berjualan dan masih mau membocorkan resepnya, ini sesuatu banget. Apa pun itu, jadi bermanfaat buat semua orang merupakan salah satu tujuan hidup (jadi ceramah :D).
Bahan:
500gr terigu protein tinggi (seperti Cakra)
3 kuning telur
85gr gula pasir
4sdm susu bubuk
120ml air hangat
120ml air es atau air suhu ruang
2sdt ragi instan
90gr butter atau margarin
1/4sdt garam
Bahan Isian:
Secukupnya keju parut
Cara membuat:
1. Campur ragi dan 1sdm gula pasir bersama 120ml air hangat. Aduk rata dan tunggu sampai berbusa.
2. Masukkan terigu, sisa gula pasir, susu bubuk, 120ml air dingin, kuning telur dan campuran ragi yang sudah berbusa. Uleni sampai rata.
3. Masukkan butter dan garam. Uleni sampai kalis elastis. Olesi tangan dengan minyak, lalu bulatkan adonan. Tutup dengan lap bersih. Diamkan selama 1 jam sampai mengembang 2x lipat.
4. Kempiskan adonan, uleni sebentar untuk membuang udaranya. Bagi seberat 30-35 gr untuk roti ukuran sedang. Diamkan 10 menit (boleh skip) dan langsung beri isian.
5. Setelah diberi isian, bulatkan dan tata di loyang, sedikit diberi jarak, ya karena nanti adonan akan mengembang. Diamkan 1 jam atau sampai mengembang 2x lipat, jangan lupa tutup dengan lap bersih.
6. Panaskan oven selama 10-15 menit sebelum digunakan. Saya pakai suhu 180’c panggang selama kurang lebih 20 menitan untuk roti sobek ini. Saya sarankan kenali oven masing-masing, ya. Karena setiap oven berbeda, bisa jadi 20 menit dengan merek oven lain justru gosong atau malah belum matang. Jadi, rajin coba-coba saja.
7. Keluarkan dari oven, olesi atasnya dengan margarin. Sajikan atau masukkan plastik supaya tetap empuk, ya.
Note: Kenapa saya pakai 120ml air hangat dan 120ml air dingin? Sebenarnya pakai air hangat semua pun bukan masalah. Jadi, ragi dicampur air hangat dan gula, akan hidup dan cepat bekerja. Kenapa saya pakai air dingin juga? Sebab air dingin membuat proses mengembang jadi lambat dan ini bisa membuat pori-pori rotinya jadi lebih halus (cmiiw), pernah nonton video seorang pastry chef saat itu. Bahkan pastry chef itu memakai full air es. Sesuai selera saja, ya.
500gr adonan menghasilkan 2 loyang berukuran besar dan 2 loyang berukuran kecil. Selamat mencoba!
Friday, November 10, 2017
Cerbung Tentang Kita Bag 12; Sunyi
Bagas mengetuk pintu rumah. Lengang. Tidak ada suara ribut anaknya. Begitu pun canda tawa Raina. Sejak kejadian kemarin, mereka berdua belum sempat membicarakan apa pun, termasuk keputusan Bagas untuk menikahi Sherly. Tapi, diamnya Bagas bukan karena dia tak ingin menyelesaikan masalah, dia hanya takut jika istrinya lebih terpuruk lagi mendengar apa pun tentang Sherly. Meskipun itu soal keputusan Bagas untuk tidak akan pernah menikahi wanita itu.
Masalah dalam rumah tangga, semakin berlarut, semakin berat. Dan itulah kenyataan yang harus dia jalani saat ini. Pagi tadi, Raina tak bicara sepatah kata pun. Bahkan mengatakan kecewa saja enggan. Menangis pun tak lagi dilakukannya. Gadisnya membisu. Seperti patung. Menatapnya dengan tatapan kosong. Bagas merasa ini bahkan terasa lebih menyakitkan ketimbang harus mendengar Raina memakinya.
Raina menyiapkan kemeja Bagas, menggantungnya di pintu lemari. Lalu meninggalkannya begitu saja. Padahal, biasanya gadis berlesung pipit itu selalu membantunya memasang kancing, bahkan tidak beranjak hingga dipastikannya penampilan Bagas sempurna. Dan pagi tadi, Bagas kehilangan semuanya.
Secangkir teh panas tersaji di meja makan, tidak ada yang berbeda. Tapi, wanita itu beranjak setelah mengoles satu sisi roti tawar dengan selai kesukaan Bagas. Bagas ingin sekali menarik pergelangan tangan istrinya dan memaksanya duduk di meja makan, bersama, seperti biasa, selama bertahun-tahun tanpa jeda. Nyatanya, dia bahkan tak mampu untuk sekadar mencegah Raina pergi. Pengecut!
Meskipun berkali-kali Bagas mengatakan tidak akan menikahi Sherly, tapi Raina tetaplah membisu. Perempuan yang belakangan terlihat lebih kurus itu tak menjawab ataupun membantah. Dia memperlakukan Bagas seolah tak ada. Dan itu jauh lebih menyakitkan baginya.
Bagas terpaku. Sesaat suara pintu berderit ketika Raina membukanya. Bagas berharap, istrinya sudah jauh lebih baik malam ini. Nyatanya, setelah mengambil tas milik Bagas, Raina pun segera berlalu meninggalkannya sendiri. Bagas menarik napas. Tidak ada yang mudah.
Bagas mulai lelah. Pikirannya kalut. Dia menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Berpikir keras, bagaimana cara melelehkan hati Raina. Dulu, dia pernah berusaha keras untuk mendapatkannya. Kini, wanita itu justru telah membangun benteng baru yang lebih tinggi. Hingga Bagas pun sulit sekali melewatinya. Harusnya, dia bisa menyelesaikan masalah ini. Harusnya begitu.
Bagas beranjak, masalah tidak selesai dengan diam. Dia bergegas menuju kamar, mencari Raina. Dia harus segera bicara. Menyelesaikan persoalan yang sebenarnya tidak akan sulit jika Raina mau mendengarkannya.
Sayangnya, ketika pintu kamar dibuka, Bagas tak menemukan siapa pun di sana. Hanya ranjang dengan bantal serta selimut yang tertata rapi. Di mana Raina? Bagas mengepalkan sebelah tangan dan melemparkannya ke udara. Kesal! Seharusnya perempuan itu mau mendengarkan, jangan terlalu sibuk larut dalam kesedihan yang sebenarnya bahkan belum terjadi. Sekarang, apalagi yang harus dilakukannya? Diam tak menyelesaikan masalah. Kalimat itu terngiang cukup keras, berkali-kali menyentuh gendang telinganya.
***
Pagi ini, Raina bangun seperti biasa. Menyiapkan kemeja Bagas dan menggantungnya di lemari. Tapi, saat masuk kamar, lelaki yang biasanya masih tertidur pulas itu justru tak ada di sana. Raina terhenyak. Ingin berteriak dan memanggil, sayangnya rasa sakit kemarin belum mengering. Raina mengurungkan niat, Bagas telah melukainya bahkan tidak memedulikan perasaannya. Lalu kenapa dia harus peduli? Suaminya bukan anak kecil, dia bisa mengurus dirinya sendiri. Ah, Raina ingin sekali mengatakan bahwa kejadian kemarin hanya mimpi. Perasaannya tak karuan. Tiba-tiba dia mual. Segera berlari ke kamar mandi. Menuntaskan rasa sakit di hati, dan melenyapkan segala himpitan perasaan yang tiba-tiba semakin menyakitkan saat perutnya tiba-tiba nyeri.
“Kamu sakit?”
Raina terperanjat ketika tiba-tiba Bagas telah muncul di balik pintu kamar mandi. Lekas-lekas Raina menggeleng. Dia baik-baik saja. Atau lebih tepatnya, dia harus terlihat baik-baik saja di depan suaminya. Raina tidak mau mengatakan apa pun. Sebab kemarin, yang membuatnya sakit juga Bagas sendiri. Begitu egoisnya lelaki behidung mancung itu hingga tak memedulikan perasaannya. Wanita mana yang mau berbagi cinta suaminya dengan wanita lain? Bahkan meski itu hanya sebuah permainan, Raina tak pernah rela melakukannya. Biarlah, Raina bisa mencari pintu surga lainnya, tidak harus dengan menjadi istri pertama.
“Masuk angin? Mau ke dokter?”
Ah, Bagas menepuk keningnya. Biasanya dia sendiri yang memeriksa istrinya, lalu kenapa dia menawarkan pergi ke dokter? Bodohnya!
Tapi Raina bergeming. Dia terlihat sibuk mengambil kemeja di dalam lemari, menggantungnya, seperti biasa.
“Istirahatlah, mas bisa melakukannya sendiri.”
Tapi, Raina tidak peduli. Dia tetap mempersiapkan keperluan Bagas seperti biasa. Seperti tak mendengar kalimat yang dilontarkan Bagas barusan. Bukan masalah, Bagas hanya perlu bersabar. Dia bahkan masih bersyukur, sebab Raina masih tetap di rumah. Bukan pergi ke rumah orang tuanya atau lebih buruknya meminta cerai. Tidak, kalimat itu semoga saja hanya mimpi yang mustahil terjadi dalam rumah tangga mereka.
Ah, rasanya bodoh sekali, kenapa Bagas bisa-bisanya melalukan perbuatan seburuk itu pada Raina. Meski istrinya penurut dan selalu baik, bukan berarti dia akan setuju ketika mendengar Bagas akan menikah lagi, apalagi jika wanita itu adalah Sherly.
“Rai!” Bagas memaksa Raina mendengarkannya, sebentar saja.
Raina mematung. Melihat kedua mata Bagas dengan tatapan tajam, penuh luka dan sakit hati. Raina tidak menangis, tapi kedua kelopak matanya tampak bengkak. Tidak menangis detik ini, tapi semalam dan kemarin, dia menghabiskan seluruh air matanya. Dan yang lebih menyesakkan, gadis itu menangis hanya karena kebodohan suaminya sendiri.
“Rai, mas minta maaf. Kita harus selesaikan semua ini. Tidak boleh berlarut-larut,” ucap Bagas memelas.
“Raka sudah bangun. Raina harus memandikannya.”
Raina berlalu. Bagas ingin mengejar, tapi takut masalah mereka terlihat oleh Raka, putra mereka. Mungkin bukan kabar baik hari ini, tapi Raina sudah mau bicara padanya meski nyatanya itu juga merupakan sebuah penolakan.
Bagas mengambil kemeja, mengenakannya sendiri. Dan detik itu, dia merasa semakin kehilangan sosok istrinya.
***
Wednesday, November 8, 2017
Resep Chewy Brownies
Assalamualaikum…Alhamdulillah sedang kena serangan flu berat. Kemarin belum sempat posting resep satu ini karena saya pergi seharian dan memilih istirahat nggak begadang atau kondisi tubuh semakin drop kalau memaksa menulis malam-malam setibanya di rumah.
Kalau kondisi tubuh sedang tidak sehat, mending banyakin istirahat daripada malah semakin parah. Apalagi jika memaksa begadang, kan? Nggak bisa dipaksain walaupun masih banyak hal yang ingin dikerjakan. Mesti mengalah pada fisik dan kondisi tubuh, iya, tubuh juga punya hak buat istirahat. Jangan diforsir.
Kadang, kita gampang sakit juga karena terlalu capek dan males menjaga kesehatan. Saking banyaknya kerjaan, sampai lupa istirahat. Minimal tidur malam harus cukup. Karena tidur atau istirahat di malam hari nggak bisa digantikan dengan tidur di pagi atau siang hari.
Dulu, saya pikir, kalau begadang, siangnya bisa sekalian istirahat mengganti tidur malam yang kurang. No, nyatanya nggak boleh begitu. Semua harus dikerjakan seimbang atau kita sendiri yang rugi karena jadi lebih gampang sakit. Walaupun hanya sakit flu ringa, tetap saja sangat mengganggu jiwa dan raga...haha.
Daripada lama-lama, yuk ah cerita lagi resep yang mau saya share kali ini. Nah, beberapa hari kemarin sempat ramai foto-foto brownies yang ada shiny crust-nya. Penasaran banget pengen gigit satu aja, he. Sayangnya belum sempat membuat karena saya tidak punya stok coklat di rumah.
Saat belanja bulanan, sengaja saya mengambil coklat batangan buat dibikin brownies. Nah, kemarin akhirnya saya buat juga dan hasilnya alhamdulillah keluar shiny crust-nya. Cantik dan enak banget dimakan.
Katanya sih, si shiny ini bakalan muncul jika perbandingan gula dan coklatnya lebih banyak ketimbang tepung yang dipakai. Resepnya saya pakai milik ci Erlina Lim yang dishare oleh mbak Indry Hapsari di Cookpad. Saya juga menambahkan coklat batangnya lebih banyak sekitar 200gr dari resep asal hanya 150gr.
Penting perhatikan tips supaya shiny crust-nya keluar, ya.
· Komposis DCC dan gula lebih banyak daripada tepung
· Saat mengocok telur dan gula, gulanya harus benar-benar larut, ya.
· Setelah adonan dituang ke dalam loyang, diamkan beberapa saat. Saya diamkan sekitar 5 menit sebelum dimasukkan oven.
Bahan:
150gr dark chocolate
50gr butter
40ml minyak goreng
2 butir telur
150gr gula halus
Campur rata:
100gr terigu serbaguna
35gr coklat bubuk
Cara membuat:
· Lelehkan DCC, butter dan minyak dengan cara ditim. Saya merebus air dan menaruh piring di atasnya atau bisa juga dengan menaruh panci lebih besar di atasnya dan digunakan sebagai tempat melelehkan DCC.
· Kocok telur dan gula sampai gula benar-benar larut dengan wisk. Kocok sampai lengan berotot..he.
· Masukkan campuran DCC yang telah meleleh ke dalam kocokan telur, aduk rata. Masukkan juga terigu dan coklat bubuk sambil diayak. Aduk rata dan hasil adonan menjadi berat. Jangan over ngaduknya, ya. Yang penting rata.
· Tuang adonan ke dalam loyang yang telah dioles margarin tipis kemudian diberi alas kertas roti di atasnya. Tuang adonan dan beri topping sesuai selera. Bisa memakai kacang panggang, almond slice, chocolate chip atau oreo. Diamkan sekitar lima menit sebelum dimasukkan ke dalam oven.
· Sebelum memanggang, panaskan oven minimal 10 menit sebelumnya. Panaskan oven dengan suhu 150’C. Panggang adonan selama kurang lebih 25 menit atau sesuaikan dengan oven masing-masing. Saya juga kemarin agak lama, sekitar 35 menit. Semua tergantung dari ovennya masing-masing, yaa.
Alhamdulillah, shiny crust-nya keluar cantik. Tunggu dingin dan potong-potong, yaa. Rasanya pas banget di lidah. Selamat mencoba, semoga bermanfaat…^^
Monday, November 6, 2017
Cerbung Tentang Kita Bag 11; Menikah Lagi
Tidak perlu menikahi seorang perempuan jika tujuannya ingin membantu. Sebab banyak lelaki yang katanya kasihan dengan nasib seorang janda, kemudian dia menikahinya, padahal sang lelaki sudah memiliki istri dan juga anak. Pernikahan pun harus dirahasiakan, kecuali memang pada akhirnya harus ketahuan. Jika memang tujuannya membantu, berikan saja mereka bantuan berupa uang dan dipenuhi kebutuhan hidupnya. Kecuali memang ada hal lain yang selalu dirahasiakan oleh banyak suami kepada istri pertamanya, termasuk yang saat ini dilakukan oleh Bagas kepada istrinya.
Raina tak mengerti dengan jalan pikiran suaminya. Baginya, membahagiakan orang tidak perlu dengan cara menikahinya apalagi jika dulunya Sherly pernah ada masalah dengan Bagas. Itu hal terbodoh yang akan membuat Raina benar-benar merasa sangat hancur.
Tidakkah Bagas mengerti, selama beberapa tahun sebelum pernikahan mereka digelar, dia telah memercayakan segalanya kepada Bagas. Masih lekat dalam ingatannya, ketika Bagas datang sore menjelang malam, bersama kedua orang tua yang jauh-jauh diajaknya dari Surabaya. Mereka, meminta maaf. Menceritakan semua kenyataan pahit yang pernah Bagas alami bersama Sherly. Meski awalnya ragu, tapi akhirnya Raina memilih percaya dan menikmati kehidupan mereka yang baru.
Tidak pantas bagi Raina mempermasalahkan masa lalu Bagas, sebab kenyataannya lelaki itu telah berjanji akan menyelesaikan semuanya. Dan hingga bertahun-tahun pernikahan itu tumbuh dan menua, sosok Sherly memang tak pernah lagi muncul di hadapan mereka. Lalu, ketika tiba-tiba Rara datang dan memintanya menikahi Sherly, apakah Bagas akan menerima begitu saja?
Di mana janji-janji masa lalu yang disulamnya demi memohon kepercayaan Raina? Tidakkah Bagas tahu, dengan cinta atau tanpa cinta, menikahi wanita lain tetap terlihat seperti sembilu yang menusuk tajam hingga ke ulu hatinya. Raina masih mengeja lagi, di mana kesadaran lelaki yang telah mengambil separuh dari hatinya? Tidak adakah jalan lain yang lebih mudah diterima oleh akal pikiran manusia selain memutuskan untuk berpoligami?
Raina hanya diam. Air matanya bicara lebih banyak. Setelah siuman, dia masih bergeming. Bagas terus meminta maaf. Menyetuh lembut pergelangan tangannya yang terasa jauh lebih dingin ketimbang es. Tiba-tiba Raina muak dengan wajah tampan itu. Selama bertahun-tahun menikah, tidak pernah dia merasa sebenci ini kepada suaminya. Meski pertengkaran di antara mereka kerap terjadi, tapi Raina tak pernah merasa sesulit ini untuk memaafkan.
“Maaf, Rai. Maafkan.”
Suara Bagas berkali-kali menyentuh gendang telinga. Lelaki itu sejatinya menyesal, bahkan amat menyesal. Air matanya kini bak aliran sungai yang tenang.
Raina tidak pernah melihat Bagas menangis hingga tampak kedua bahunya naik turun. Lelaki itu, meski pembawaannya tenang, tapi dia bukan lelaki cengeng. Raina tertegun, memerhatikan wajah suaminya yang basah. Menatapnya dengan tatapan kosong. Entah harus memaafkan atau membencinya, Raina hanya memikirkan satu hal, kabar baik yang belum disampaikannya kepada Bagas, yang kini telah berubah menjadi hujan air mata.
Tangan Raina mengusap perutnya pelan. Pernikahan? Benarkah suaminya akan menikah lagi? Tidakkah dia paham, Raina tengah berbahagia barusan, namun sayang, Bagas merusak semuanya. Membuat Raina enggan bicara. Bahkan mendiamkan lelaki itu terasa lebih menyenangkan. Dan Raina tahu, ini bukan dirinya.
***
Teman-teman bisa memaca cerita lainnya dengan memilih kategori Literasi dan pilih cerita yang disukai. Tetap semangat berlatih, tetap bahagia dan jangan lupa bersyukur. Semoga bermanfaat, dan selamat membaca, ya!
Salam hangat,
Subscribe to:
Posts (Atom)
Hey there!
Part of
Popular Posts
Contact Me
Archive
-
▼
2017
(75)
-
▼
November
(12)
- Roti Boy Homemade
- Cerbung Tentang Kita Bag 15; Hujan
- Cerbung Tentang Kita Bag 14; Menjenguk Masa Lalu
- Resep Mudah Membuat Bakso Sendiri di Rumah
- Resep Seblak Aci
- Ikan Pari Asap Masak Santan
- Cerbung Tentang Kita Bag 13; Rindu
- Roti Sobek Isi Keju
- Cerbung Tentang Kita Bag 12; Sunyi
- Resep Chewy Brownies
- Cerbung Tentang Kita Bag 11; Menikah Lagi
- Resep Bika Ambon Ekonomis 2 Telur
-
▼
November
(12)