Tuesday, April 5, 2022

Tip Mengajarkan Anak Puasa Penuh di Bulan Ramadan

Tip Mengajarkan Anak Puasa Penuh di Bulan Ramadan
Photo by Rauf Alvi on Unsplash


Kamu tim puasa di hari apa? Sabtu atau Minggu? Apa pun pilihanmu, yang penting jangan hanya sekadar asal ikut-ikutan, cari tahu juga alasan dan dalil-dalinya. Tak perlu meributkan perbedaan. Berbeda pendapat di antara para ulama itu adalah hal yang lumrah dan terjadi sejak zaman dulu. 


Tahun ini, bersyukur kita bisa menjalankan ibadah puasa dalam keadaan yang jauh lebih tenang. Kita bisa ke masjid tanpa khawatir Covid-19. Kita bisa bepergian dan juga mudik tanpa perlu khawatir berlebihan. Semoga pandemi benar-benar sudah berakhir, ya!


Tahun ini, si bungsu yang sudah enam tahun mulai belajar puasa penuh. Ternyata dia jauh lebih santai saat puasa tak seperti yang saya takutkan. Nggak banyak mengeluh apalagi uring-uringan, masya Allah. 


Di sini, anak-anak memang terbiasa puasa di usia TK. Nggak menunggu besar dulu untuk belajar berpuasa. Sedangkan di keluarga besar saya, anak-anak belajar puasa di usia SD. Itu pun kadang harus diberi uang sebagai reward dan masih banyak maunya pula...kwkwk.


Maka tidak heran ketika kami pulang kampung, orang tua saya nggak terima cucunya disuruh puasa di usia segini. Sampai rumah dikasih teh dan dipaksa berbuka…kwkwk. Akibatnya terjadi perpecahan pendapat yang tak terelakkan…huhu. 


Tahun ini mungkin ibu saya belum sepenuhnya ingat karena demensia. Mudik mungkin tak akan seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, mudik tetap jadi sesuatu yang menyenangkan bagi kami yang merantau. Ada capeknya, serunya, kangennya, dan takutnya ditanya macam-macam kalau sudah sampai di sana…kwkwk. 


Di postingan kali ini saya akan membagikan sedikit tip yang mungkin berguna bagi teman-teman yang ingin mengajarkan anak-anaknya berpuasa penuh untuk pertama kalinya.


1. Perkenalkan Puasa 

Jangan terburu-buru ingin anak puasa penuh. Mereka butuh waktu dan belajar terlebih dulu. Jangan terlalu antusias dan memaksa, bisa-bisa mereka nggak mau mencoba. 


Di awal, kita bisa mengajari mereka puasa sebisanya. Ajak mereka bangun untuk sahur, mereka akan belajar berpuasa misalnya setengah hari. Berbuka di waktu Dhuhur dan kembali berpuasa sampai Magrib.


2. Sahur dengan Gizi Seimbang

Saya nggak terbiasa makan sahur dengan menu lengkap. Di bulan Ramadan, saya lebih banyak sahur hanya dengan air rendaman kurma. Saya merasa kelaparan justru ketika sahurnya makan nasi…kwkwk.


Tapi, buat anak-anak, usahakan sahur dengan menu lengkap. Banyakin protein dan jangan lupa berikan susu. Meskipun malas karena masih ngantuk, tapi usahakan mereka makan sampai porsi yang cukup.


3. Usahakan Tidur Siang

Anak-anak di sini jarang tidur setelah salat Shubuh. Jadi, setelah Dhuhur, saya paksa mereka tidur siang supaya nggak teler dan nggak terasa laparnya. Tidur siang sangat baik buat mereka. Lumayan bisa nyelimur biar nggak ngerasa lapar dan haus banget.


Usahakan jangan main terlalu heboh juga biar nggak kehausan. Meskipun ini susah juga ya…kwkwk.


4. Puji Usahanya

Hadiah bukan satu-satunya yang anak-anak inginkan dari orang tua. Kadang, mereka nggak butuh itu. Mereka mau dihargai dan diakui usahanya. Jangan lupa, puji mereka jika sudah berhasil puasa penuh. Batal pun tak masalah, jika tak kuat, tak perlu dipaksa. Tetap puji usahanya untuk tetap berpuasa di saat anak-anak lain mungkin nggak berpuasa. Mereka hebat, lho!


Saya tidak menjanjikan hadiah pada anak-anak, tapi setelah mereka mulai berpuasa dan saya lihat mereka menjalankannya dengan baik tanpa banyak mengeluh, saya mau ngasih mereka hadiah buku kesukaan mereka.


Kadang, nggak perlu menunggu momen khusus untuk ngasih mereka sesuatu. Dan saya juga nggak pernah ngasih hal-hal yang luar biasa. Yang wajar-wajar saja. Akhir-akhir ini memang lebih banyak ngasih buku karena anak-anak sudah nggak suka beli mainan. Itu sudah happy banget mereka.


Ada banyak cara yang bisa kita lakukan supaya mereka mau belajar berpuasa. Setiap orang tua pasti punya cara masing-masing. Namun, jangan berharap terlalu besar kepada mereka supaya bisa puasa penuh di usia yang masih terbilang kecil. Fokus kita mengenalkan dan mengajarkannya dengan lebih menyenangkan, tanpa dipaksa dan tentu saja tanpa mereka merasa terpaksa karena takut pada kita. 


Jika mereka banyak mengeluh, terimalah dengan sabar. Namanya juga anak-anak. Kita pun merasa kelaparan dan haus saat puasa, kan? Jadi, maklumi. Jangan berharap mereka bisa menjalankan puasa pertama dengan sempurna.


Anak-Anak Belajar Puasa, Orang Tua Belajar Sabar

Tip Mengajarkan Anak Puasa Penuh di Bulan Ramadan


Waktu zaman si Kakak baru TK A dan mulai belajar puasa, agak lebih riweh rasanya. Dia banyak merengek, tapi tetap mau puasa. Dia mengeluh, tapi tak mau berbuka. Ini benar-benar bikin kepala pusing..kwkwk.


Anak-anak-anak belajar puasa, sedangkan kita mesti belajar sabar. Makin besar usianya, makin pandai ia berpuasa. Di usianya yang sekarang sudah 11 tahun, rasanya tak banyak mendengar ia mengeluh meskipun di awal puasa anak-anak semuanya sedang common cold dan kurang sehat. Alhamdulillah!


Jadi orang tua memang harus banyak sabarnya, ya. Semoga anak-anak kita makin semangat puasanya meskipun sahurnya sambil merem..kwkwk.


Salam hangat,


Saturday, April 2, 2022

Booster Jadi Syarat Mudik, Vaksin Dosis Tiga Diincar Masyarakat

Booster Jadi Syarat Mudik, Vaksin Dosis Tiga Diincar Masyarakat
Photo by Tomas Anton Escobar on Unsplash


Agak terkaget-kaget juga dengan syarat dibolehkannya mudik tahun ini. Yes! Mesti vaksin Booster. Awalnya nggak tertarik mau booster karena sudah merasa cukup dengan vaksin dosis dua, tapi ternyata booster dijadikan syarat wajib mudik. Hiks


Dan sejak saat itu, tempat vaksin Covid-19 selalu penuh bahkan pagi-pagi kuota vaksin yang jumlahnya ratusan sudah habis duluan. Dua hari nyari booster ke mana-mana dan selalu kehabisan, akhirnya sampailah di hari ketiga kami nyari dari jam enam pagi. Alhamdulillah, akhirnya dapat juga.


Tempat vaksin booster sebenarnya lumayan banyak, tapi saya juga butuh vaksin Sinovac untuk si bungsu yang kurang satu dosis lagi. Tempat khusus vaksin booster jelas nggak ada Sinovac untuk anak karena Sinovac nggak dijadikan booster. Alhasil, hanya ada satu tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Di tempat ini, benar-benar mengular antreannya. Ramai sekali walaupun dibuka setiap hari dengan kuota sebanyak 200 sampai 350.


Tahun ini, sudah dari jauh-jauh hari berencana mau mudik naik kereta. Selain karena anak-anak yang pengin banget naik kereta, saya juga kangen menikmati perjalanan pakai kereta yang nyaman terutama di bulan Ramadan nanti.


Pengalaman naik bus waktu pulang kemarin agak melelahkan dan cukup mengagetkan terutama jika ketiduran di malam hari. Terkaget-kaget dengan suara laju busnya yang cukup kencang dan bikin jantungan. Berasa kayak mau nyusruk…kwkwk. 


Booster Pakai Vaksin Jenis Apa?

Booster Jadi Syarat Mudik, Vaksin Dosis Tiga Diincar Masyarakat
Photo by Nick Fewings on Unsplash


Untuk dosis pertama dan kedua, saya menerima vaksin AstraZeneca. Begitu pula ketika booster, saya mendapatkan jenis vaksin Covid-19 yang sama. Kecuali untuk vaksin Sinovac, maka booster bisa mendapatkan Pfizer atau Moderna.


Untuk efek sampingnya hampir nggak ada kecuali ngilu dan nyeri di bekas suntikan. Sedangkan pengalaman vaksin dosis pertama cukup berat efek sampingnya. Sekitar 2 harian teler, meriang, pusing, sampai muntah-muntah.


Untuk vaksin booster peminatnya saat ini lumayan membludak karena semua orang pengin mudik setelah dua tahun nggak bisa mudik. Jadi, siap-siap mental dan harus sabar banget nungguinnya :D


Booster Diperuntukkan Bagi Usia Berapa Tahun?

Booster Jadi Syarat Mudik, Vaksin Dosis Tiga Diincar Masyarakat
Photo by Elena M on Unsplash


Saking takutnya nggak bisa mudik, seorang Ibu di sebelah saya sampai rela antre dua hari dan merayu suaminya supaya mau booster. Padahal, beliau sudah booster kemarin. Namun, hari ini kami bertemu dan beliau mengantre untuk suaminya :D


Khusus booster, nggak semua usia bisa mendapatkannya. Ibu ini sempat bertanya beberapa kali kepada petugas, booster untuk usia 14 tahun apakah sudah ada? Ternyata booster diperuntukkan hanya bagi usia 18 tahun ke atas. Anak-anak usia enam tahun lebih cukup divaksin lengkap saja.


Mungkin, si Ibu masih ragu sehingga beberapa kali bertanya pada petugas yang berbeda. Mungkin beliau khawatir tiba-tiba nggak dibolehin mudik karena anak atau cucunya belum booster.


Saya pun bertanya-tanya, apakah anak-anak yang sudah menerima vaksin lengkap dan belum bisa booster harus melakukan tes antigen? Melihat beberapa berita di media online, kebijakan mencabut hasil tes negatif Covid-19 bagi orang yang telah divaksin lengkap nggak akan berlaku saat mudik. Jadi, mereka yang tidak booster tetap harus melakukan swab antigen? Nggak tega dong kalau anak-anak mesti antigen segala. Bagi infonya jika teman-teman tahu kepastian aturannya seperti apa.


Saya nggak tahu aturan mana yang bakalan dipakai karena sering kali ada aturan yang serba mendadak diterapkan begitu saja. Seperti saat saya mau pulang akhir tahun lalu. Tiba-tiba ada aturan mesti swab antigen walaupun naik bus. Tiba-tiba petugasnya datang dan meminta kami swab, tapi nggak ada nakesnya juga. Bahkan dalam satu rombongan cukup yang swab satu orang saja. Akhirnya, nggak ada satu pun yang swab. Cuma membuang waktu menunggu sampai berjam-jam disebabkan aturan yang serba mendadak tanpa kesiapan.


Untuk mudik tahun ini, saya rasa hampir semua orang benar-benar berusaha memenuhi persyaratan karena kami nggak mau dihalangi di tengah jalan. Apalagi setelah memesan tiket dan menunggu dua tahun sampai pandemi benar-benar mereda. 


Cari Tiket Kereta di Traveloka

Booster Jadi Syarat Mudik, Vaksin Dosis Tiga Diincar Masyarakat
Photo by Gilles Lambert on Unsplash


Sudah sejak lama saya mencari tiket kereta di Traveloka. Sayangnya, sampai beberapa kali saya cek belum muncul juga. Mungkin saat itu masih ada varian Omicron dan belum ada keputusan memperbolehkan mudik dari pemerintah. Masih masa PPKM juga.


Alhamdulillah, setelah rajin cek, akhirnya tiket kereta dari Jakarta menuju Malang tersedia juga. Betapa bahagianya…kwkwk. Benar-benar kangen naik kereta.


Cepat-cepat cari tanggal berangkat dan segera pesan untuk berempat. Untuk harga tiket Ekskutif AA Brawijaya dari Stasiun Gambir sampai Malang Rp. 700.000. Berangkatnya sore hari dan sampai keesokan harinya. Untuk jenis kereta lain, teman-teman bisa melihat langsung di aplikasi Traveloka. Selisih harganya nggak jauh. Ini juga merupakan kali pertama kami naik kereta Brawijaya. Sebelumnya saya terbiasa naik Gajayana mulai dari zaman baru nikah! :D


Harganya lumayan dan nggak beda jauh dengan naik bus dan pesawat, lho. Selisihnya benar-benar sedikit. Jadi, tergantung teman-teman suka naik kendaraan apa karena harganya hampir sama semua...huhu. Buat saya, masih lebih nyaman naik kereta. Suasananya pun lebih menyenangkan buat anak-anak. Dibanding naik pesawat, mereka lebih antusias naik kereta. 


Sebelum mereka berusia lebih besar seperti sekarang, saya lebih suka naik pesawat karena maunya serba cepat. Walaupun tetap seharian prosesnya dari rumah sampai di kampung halaman. Mungkin berasa banget bawa bayi dan gandeng balita, ya. Maunya serba ringkes dan sat set...kwkwk.


Siapa sangka, sekarang anak-anak lebih menikmati perjalanan dengan naik kereta. Sebelum pandemi, untuk pertama kalinya kami mudik naik kereta. Dan mereka happy banget. Tahun berikutnya kami segera membeli tiket kereta, tapi ternyata pandemi dan nggak jadi pulang.


Lebaran kali ini, keinginan mereka terwujud. Semoga perjalanan kali ini menyenangkan dan nyaman. Semoga teman-teman yang berniat mudik untuk berkumpul bersama keluarga juga diberikan kemudahan dan kelancaran. Selamat menikmati riuh ramainya mudik seperti bertahun-tahun sebelumnya. Capek dan ribet, tapi senang bukan main. Anak rantau pasti tahu rasanya :)


Salam hangat,