Tuesday, May 17, 2022

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!
Photo by micheile dot com on Unsplash


Sejak anak-anak masih baru lahir, hampir sebagian besar mereka sudah memiliki uang. Entah diberi oleh kakek dan neneknya atau diberi teman-teman orang tuanya. Begitu juga dengan anak-anak saya.


Meskipun mereka belum paham apa itu uang, saya dan suami tak pernah seenaknya menghabiskan uang mereka apalagi hanya demi kepentingan kami sendiri. Saya lebih senang meminjam untuk kemudian mengembalikannya. Jika saya butuh dan harus memakai uang anak-anak, tanpa mereka minta sekalipun, saya tetap akan mengembalikannya. Kenapa? Karena itu hak mereka. Walaupun mereka bilang pakai saja, ambil saja, saya nggak akan setega itu melakukannya. Sama seperti saya, mereka juga butuh waktu untuk mengumpulkan uang sampai jumlahnya jutaan. 


Terlebih, anak-anak saya nggak suka menghabiskan uang. Lebih senang menabung dan disimpan. Kalaupun mau dipakai untuk membeli buku dan mainan, jumlahnya sangat kecil dibanding uang yang ditabung.


Sejak kecil, saya juga sudah membiasakan anak-anak menabung. Dari uang recehan bisa jadi jutaan rupiah. Sampai kapok nabung uang recehan karena sampai anak saya usia 11 tahun belum juga beres kami tukar…kwkwk. 


Di sekolah, si kakak juga sudah terbiasa menabung sejak TK. Sekali pun saya nggak pernah pakai untuk membayar SPP atau keperluan sekolahnya. Ketika uangnya sudah terkumpul, saya ambil dan dimasukkan tabungannya sendiri. Padahal, nggak sedikit orang tua yang menabung di sekolah buat bayar SPP dan yang lainnya. Menurut saya juga nggak masalah.


Lebaran tahun ini, saya meminta anak-anak memecahkan celengannya masing-masing karena kondisinya sudah penuh banget. Celengannya memang kecil dan sudah lama tidak dibuka. Sudah nggak mungkin diisi lagi, khawatir uangnya malah sobek.


Inilah momen paling seru yang dinanti ketika kita menabung. Apalagi kalau celengannya dipecahkan setelah penuh. Kira-kira berapa, ya isinya?


Uang tabungan ditambah angpau lebaran jumlahnya sangat lumayan. Masing-masing dari mereka mendapatkan 3 juta lebih. Selisihnya hanya sedikit. Dari uang itu, nantinya akan dimasukkan rekening tabungan yang saya pegang. Jumlah uang masing-masing anak saya catat baik-baik. Begitu juga dengan pengeluarannya, misalnya saat mereka mau membeli buku bacaan dan yang lainnya. Mereka yang sudah besar juga tahu berapa jumlah uang mereka.


Dari uang tabungan tersebut, anak-anak saya tawarkan untuk jajan atau membeli mainan. Mereka memilih membeli lego yang harganya hanya 50an ribu saja. Kenapa harus ditawarkan membeli sesuatu yang mereka inginkan? Karena mereka benar-benar 'datar' soal beginian. Nggak seperti anak-anak kebanyakan yang heboh kalau pegang uang banyak. Nggak ada rasa pengin beli apa gitu? Kan, jadi aneh dan nggak menikmati nanti…kwkwk.


Bukan hanya karena uangnya sendiri, mereka memang terbiasa apa-apa ‘biasa aja’. Bahkan ketika ditawari belanja oleh kakeknya atau bersama saya. Mereka sering menolak. Kalaupun mau, mereka sangat tahu batas. Satu pun sudah cukup.


Belanja Secukupnya dan Sebutuhnya

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!
Photo by Sasun Bughdaryan on Unsplash


Waktu si Kakak masih kecil, pernah ada drama dia suka minta mainan sampai mau nangis. Namun, saya sebisa mungkin memang nggak pernah mengikuti kemauannya. Kalau sejak awal bilang mau beli pakai uang tabungannya sendiri, sedangkan uangnya belum cukup, dia nggak boleh memaksa. Nangis-nangis di pasar pun tak akan menggoyahkan keputusan saya…kwkwk.


Inilah yang saya pelajari dulu. Anak-anak itu pintarnya bukan main. Nangisnya dijadikan senjata sehingga ketika kemauannya tak dipenuhi, ia akan merengek sampai mempermalukan kita di depan semua orang. Kalau kitanya kuat, mereka akan berhenti. Namun, kalau kita kalah dan menuruti maunya mereka, besoknya mereka akan mengulangi hal yang sama.


Itulah kenapa, untuk saat ini, baik si kakak ataupun adik sama-sama nggak suka drama kalau belanja. Karena dari kecil sudah terbiasa seperti itu. Kalau dari rumah niatnya mau beli makanan, jangan minta mainan ketika tiba di tempat tujuan. Nggak akan saya kasih…hihi. Kenapa saya bisa sekonsisten itu juga sama anak-anak? Karena mereka juga nggak punya tempat pelarian yang bakalan belain seperti nenek atau kakeknya. Saya hidup jauh dari orang tua, sehingga pengasuhan benar-benar dipegang oleh saya dan suami saja.


Sampai mereka besar, ternyata jadi terbiasa main ke mall nggak harus beli pun nggak masalah, melihat mainan nggak harus dibawa pulang, melihat-lihat saja sudah cukup, dan lagi harus tahu mana yang dibutuhkan atau tidak. Saya benar-benar terbantu dengan sikap mereka yang seperti ini. Masya Allah.


Kelola Uang Angpau Anak-Anak dengan Lebih Bijak

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!
Photo by Towfiqu Bharbuiya on Unsplash


Ketika anak sudah berusia lebih besar, mereka sudah tahu mau apa dan pengin apa dengan uangnya sendiri. Sebagai orang tua, nggak masalah mengarahkan mereka supaya uangnya bisa dibelanjakan untuk benda-benda yang berguna. Jika mereka mulai berlebihan saat belanja mainan dan yang lainnya, cobalah diingatkan.


Anak-anak di rumah sudah tahu bagaimana cara saya mendapatkan uang. Tidak semudah saat mereka mendapatkan uang angpau lebaran setiap tahun. Hal ini memudahkan mereka memahami nilai uang. Ternyata, mengumpulkan uang itu tak semudah saat mendapatkan angpau lebaran. Dengan begitu, mereka akan jauh lebih berhati-hati dan tak seenaknya menghabiskan uang angpau.


Ajari Anak Menabung Sejak Dini

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!
Photo by Andre Taissin on Unsplash


Uang angpau lebaran bisa ditabung di celengan atau dimasukkan dalam rekening bank. Jika celengan sudah penuh, saya lebih suka menyimpannya di bank karena memang jumlahnya tak sedikit. Lebih aman dan tak repot saat menyimpan.


Selain anak-anak, saya juga ikut menabung. Celengan kami sama, lho. Warnanya saja yang berbeda…hehe. Selain dapat uang dari angpau lebaran, anak-anak juga dapat dari kami. Jumlahnya nggak besar. Misal 5 ribu karena habis memijat punggung ayahnya. Kadang juga nggak dibayar. Seikhlasnya…kwkwk. Atau juga dapat dari lomba. Seperti si kakak dan adek, sejak kecil sering ikut lomba. Mereka bisa dapat uang dengan jumlah yang lumayan. Bisa ratusan ribu yang akhirnya langsung masuk celengan nggak pakai nego :D


Namun, kadang ada anak yang kurang paham konsep menabung. Seperti keponakan saya yang pengin nabung, tapi masih boros suka jajan dan maunya dikasih uang terus biar celengannya penuh. Lucunya, kadang ambil-ambil sendiri dari dompet ibunya. Ini agak bahaya, ya konsepnya…hihi. Jadi, nabungnya bukan dari ngumpulin pelan-pelan, melainkan mau langsung banyak.


Berbagi Kepada Orang Lain

Yuk, Kelola Uang Angpau Lebaran Anak-Anak dengan Lebih Bijak!
Photo by Annie Spratt on Unsplash


Pernah kepikiran nggak sih minta anak-anak sedekah dengan uangnya sendiri? Sedekah juga mesti diajarkan kepada anak-anak sejak dini. Ajarkan mereka bagaimana cara berbagi kepada orang yang membutuhkan. Contoh kecil aja, mau nggak si kakak ngasih ke adeknya? Nggak usah semua, sedikit saja.


Lebih enak kalau kita punya celengan sedekah. Jadi, uang-uang yang dikumpulkan di celengan tersebut nantinya akan disumbangkan setelah nilainya terpenuhi.


Gimana, masih ragu mengelola uang angpau anak-anak saat lebaran? Jangan lupa, ajak anak-anak terlibat saat menghitung dan mencatat uang. Biarkan mereka tahu jumlah uang mereka dan jangan lupa, mereka juga berhak membelanjakan uangnya dan menyimpannya.


Salam hangat,


Wednesday, May 11, 2022

Pengalaman Naik KA Brawijaya Saat Mudik Lebaran

Photo: Dok. pribadi


Lebaran tahun ini merupakan lebaran pertama dibolehkannya kita mudik oleh pemerintah setelah beberapa tahun harus lebaran di rumah karena pandemi. Bersyukur, kita telah melewati masa pandemi yang cukup mengerikan serta memakan banyak korban jiwa, termasuk orang terdekat kita. Semoga setelah ini, Corona benar-benar pergi, ya.


Sejak awal, kami memang berencana mudik naik kereta api. Anak-anak sangat antusias mau naik kereta api setelah mereka mencobanya pada lebaran terakhir beberapa tahun lalu sebelum pandemi. Bagi mereka, perjalanan naik kereta itu menyenangkan, meskipun butuh waktu lebih lama daripada naik pesawat. Entah kenapa, mereka benar-benar nggak suka lagi naik pesawat setelah mencoba naik kereta api, lho. Padahal, mudik berkali-kali selama ini selalu naik pesawat. Alasan mereka nggak mau naik pesawat lagi karena takut jatuh…kwkwk. Mungkin benar, tapi alasan lainnya pasti karena pengalaman naik kereta api ternyata seru dan menyenangkan :)


Waktu mendekati lebaran, saya rajin cek aplikasi Traveloka. Beberapa kali saya lihat belum juga tersedia. Tepatnya kapan saya lupa, akhirnya ada juga tiket kereta api dari Jakarta menuju Malang. Yeay! Senangnya karena merasa nggak terlambat dan nggak kehabisan tiket!


Untuk pertama kalinya, saya mencoba memesan tiket KA Brawijaya. KA Brawijaya merupakan layanan kereta api kelas eksekutif yang dioperasikan oleh KAI yang menghubungkan Stasiun Gambir yang ada di Jakarta dan Stasiun Malang. KA Brawijaya yang beroperasi di segmen lintas Jakarta-Malang baru diluncurkan pada 10 Maret 2021 lalu.


Naik KA Brawijaya dari Stasiun Gambir Menuju Stasiun Kota Baru di Malang memakan waktu sekitar 13 jam 13 menit. Dan menakjubkannya, mereka benar-benar tepat waktu. Saya tiba di Stasiun Malang sekitar pukul 5 pagi. Begitu juga saat tiba di Stasiun Jatinegara-Jakarta tepat pukul setengah 5 pagi di mana saya nggak pernah sampai sepagi itu saat mudik naik kereta :D


Harga Tiket KA Brawijaya Mudik 2022

Harga tiket KA Brawijaya dari Stasiun Gambir menuju Stasiun Malang adalah Rp. 700.000 saat mudik tahun ini, ya. Harganya tidak berbeda jauh dengan KA Gajayana yang biasa saya naiki pada mudik sebelumnya. Selisihnya hanya 50k saja.


Karena pengin mencoba KA Brawijaya yang baru dioperasikan tahun lalu, akhirnya saya dan keluarga memilih KA Brawijaya untuk transportasi mudik tahun ini.


Harga tersebut tidak termasuk makan, ya. Teman-teman dapat memesan makanan di kereta untuk berbuka puasa serta santap sahur. Harganya berkisar di atas Rp. 30.000 per porsinya. Ada juga teh panas serta cokelat panas. Kalau nggak sempat bawa bekal dari rumah, beli makanan di kereta sudah lumayan cukup meskipun rasanya menurut saya masih kurang sesuai, sih.


Persyaratan Naik KA pada Mudik 2022

Karena pandemi baru berakhir, di mana saat mudik lebaran tahun ini kita masih diimbau supaya tetap taat prokes dan berhati-hati, maka persyaratan naik KA pun cukup ketat. Salah satunya mesti booster bagi usia 18 tahun ke atas dan vaksin lengkap bagi usia di bawah 18 tahun. Sedangkan bagi orang yang belum memenuhi syarat tersebut, maka harus menyertakan hasil negatif antigen atau PCR.


Awalnya, syarat bagi anak usia di bawah 18 tahun yang belum bisa booster mesti tes antigen. Syarat ini menurut saya agak kurang masuk akal karena usia 6 tahun ke bawah yang belum bisa vaksin malah nggak diharuskan menyertakan hasil tes apa pun. Aneh saja, yang sudah vaksin mestinya sudah lebih aman, kan? Bersyukurnya, syarat ini akhirnya diganti dengan peraturan yang baru di mana untuk usia 18 tahun ke bawah yang sudah vaksin lengkap tidak diharuskan melakukan tes apa pun. Alhamdulillah!


Pengalaman Naik KA Brawijaya dari Jakarta Sampai Malang

Pengalaman Naik KA Brawijaya Saat Mudik Lebaran
Photo on Unsplash


Beberapa hal yang saya rasakan saat naik KA Brawijaya dari Jakarta sampai Malang, juga sebaliknya,


1. Disiplin waktu. KA Brawijaya benar-benar tepat waktu seperti yang saya sampaikan di awal. Sampainya benar-benar sesuai jadwal. Kalaupun telat, paling hanya hitungan menit saja. Datangnya pun lebih cepat. Untuk keberangkatan dari Jakarta, kereta sudah datang jam 3 dengan jadwal keberangkatan sekitar pukul 3 lewat 40 menit. Sebaiknya tidak datang mepet waktu karena kita juga mesti print tiket di stasiun. Nggak enak kalau buru-buru, kan?


2. Tempat duduknya nyaman dan lega! Benar-benar bisa selonjoran dan bersandar dengan nyaman, sih. Tidur pun nggak terlalu pegal. Dengan perjalanan malam, rasanya singkat aja karena tiba-tiba sudah sampai tujuan. 


3. Diberi masker dan tisu basah gratis bagi setiap penumpang. 


4. Disediakan plastik di depan tempat duduk untuk tempat sampah atau kebutuhan lainnya.


5. Anak-anak diberi hadiah. Menurut informasi, hal ini dilakukan supaya anak-anak senang naik kereta. Saya ikut happy juga meskipun bukan hal spesial, tapi siapa sih yang nggak suka dikasih hadiah? Untuk perjalanan pertama, anak-anak dapat kantong berisi buku mewarnai bergambar kereta, gantungan kunci kereta, dan pensil warna. Sedangkan untuk perjalanan pulang dari Malang menuju Jakarta, anak-anak dapat puzzle bergambar kereta. Seru! Berasa naik Turkish Airlines yang suka ngasih hadiah banyak banget buat anak-anak…kwkwk.


6. Bagasinya luas. Cukup banget untuk menaruh koper ukuran sedang seperti yang kami bawa. Untuk perjalanan seminggu lebih kemarin, saya hanya membawa 1 koper saja dengan ukuran sedang untuk pakaian berempat.


7. Dapat selimut yang sudah disterilisasi dan wangi tentunya. Karena KA Brawijaya terbilang baru, AC-nya memang adeeem. Adanya selimut dapat mengurangi rasa dingin selama di kereta. 


8. Nggak diberikan free makan untuk buka puasa seperti halnya kereta Gajayana sebelum pandemi beberapa tahun lalu, tapi kita bisa membeli makanan di kereta dengan menu yang cukup bervariasi seperti nasi goreng, nasi sapi lada hitam, dan juga ada minuman seperti air mineral serta minuman panas.


9. Kamar mandi bersih dan airnya lancar. Meskipun seperti pada umumnya, toilet di kereta memang nggak bisa lega, tapi sudah sangat cukup nyaman buat perjalanan. Disediakan juga tisu dan sabun cair di dalam toilet.


10. Petugas kebersihan berkeliling mengumpulkan sampah dan memeriksa toilet. Kondisi keretanya memang bersih dan nyaman.


11. Petugas menegur penumpang yang nggak disiplin prokes. Sempat ada yang lepas masker dan akhirnya ditegur. Meskipun kondisi sekarang sudah cukup bebas, di kereta tetap ketat prokesnya. Dan bagi saya, ini jauh lebih nyaman, sih.


Perjalanan mudik tahun ini memang cukup melelahkan karena saya mesti ke Jogja beberapa hari kemudian disambung kembali ke Jakarta. Namun, rasanya tetap nyaman meskipun pulangnya harus naik kereta lagi dan menikmati perjalanan selama 13 jam lebih. Capek pasti, tapi memang nggak terlalu dirasakan terutama karena waktu perjalanannya dari sore sampai pagi. Saking capeknya, saya memang lebih banyak tidur dari selepas Magrib sampai tengah malam.terbangun sebentar, tidur lagi. Begitu terus hingga sampai di stasiun Jakarta :D


Semoga tahun depan kita bisa mudik lagi, ya? 


Salam hangat,