Kangen banget mengisi blog yang
sebulan kemarin bisa hampir setiap hari, minggu-minggu ini sedikit agak
berkurang karena saya memilih fokus mengerjakan naskah buku yang outline-nya
kemarin baru saja di-acc. Karena jumlahnya lumayan, sekaligus 3 outline, jadi
agak menyita waktu. Sebisa mungkin nggak saya bikin santai selama saya bisa.
Alhamdulillah, tinggal satu naskah lagi yang harus dirampungkan.
Sebelum menulis ini, saya kerjakan
dulu beberapa bagian dari naskah saya, menulis di blog adalah bonusnya…haha. Ya,
itu cara saya supaya nggak melulu menunda pekerjaan yang sebenarnya jadi
prioritas. Jika saya telah menyelesaikan naskah, biasanya saya akan memberikan
hadiah kepada diri sendiri dengan jalan-jalan ke toko buku dan membeli beberapa
yang saya suka. Sederhana banget tapi itu yang saya kerjakan setahun terakhir.
Perjuangan selama
hampir 5 tahun akhirnya berbuah manis
Beberapa hari yang lalu, seorang
berdiri di depan pintu pagar rumah sambil membawa paket. Bukan ojol atau kurir
lain yang biasa mangantar barang ke rumah. Dia juga tidak membuka helm dan
maskernya. Pakai kacamata hitam pula, jadi agak ngeri nyemperin dan ragu mau
buka gembok…kwkwk.
“Paket, Mbak.”
Owh, ternyata paket. Tapi, dari siapa
ya? Kayaknya saya nggak merasa pesan buku selama beberapa hari ini. Kemudian
saya menanyakan, dari mana? Gramedia. Nah, lho. Sejak kapan saya belanja buku
di sana? Kwkwk, semakin misterius saja. Semoga itu bukan bom *lebay..kwkwk.
- Dari Ngeblog Hingga Menulis Buku
- Ikutan Tagar 10 years Challenge, Antara Impian dan Kerja Keras
- 7 Kesalahan Blogger Pemula yang Harus Kamu Hindari Jika Ingin Naik Kelas
Saat dia mengambil pulpen, barulah
saya paham itu paket dari penerbit Elex Media. Yess! Ternyata itu buku bukti terbit. Masya Allah. Rasanya pengen
lompat-lompat kalau saja nggak ingat ada masnya masih mematung melihat saya
kebingungan plus pakai kacamata pinky yang nggak banget…kwkwk.
Buru-buru saya masuk rumah setelah
menerima paket dan membukanya. Allahu Akbar. Itu naskah pertama saya. Itu buku
yang saya tulis tahun 2014 silam kini sudah menjelma menjadi buku yang cantik
dan manis sekali. Saya menangis sambil memeluk si bungsu dan nggak tahu mau
berkata apa.
Sempat menyerah dan
mencoba ikhlas
Bahkan dua tahun kemarin, saya
menyerah dan tidak mengharapkan buku itu terbit lagi. Saya ikhlaskan itu di
penerbit pertama yang menurut saya sangat tidak amanah karena tidak memberikan
kabar sejak 2014-2017. Terakhir buku itu saya dengar sudah antre cetak, bahkan
saya cek sendiri sudah terdaftar ISBN-nya. Saya tanyakan berulang kali, tapi
jawabannya sama. Hingga 2017 saya kembali memastikan kabarnya yang ternyata qadarallah gagal terbit tanpa alasan jelas. Ya, menurut mereka itu adalah hal biasa. Banyak buku penulis yang akhirnya gagal terbit. Owh, mungkin itu tidak biasa buat saya, terutama jika tidak diberikan kabar. Kami penulis tidak sekadar mengejar royalti, tapi ketika kami kirimkan naskah, kami sangat berharap buku bisa terbit.
Gimana rasanya? Sedih, kesel, tapi
nggak bisa ngapa-ngapain. Tapi, Gusti
Allah mboten sare. Apa yang sudah menjadi rezeki saya tidak akan ke
mana-mana, tidak akan pula tertukar. Apa yang telah menjadi hak saya, Insya Allah akan kembali pada saya.
Saya tanamkan itu dalam hati meski saya tidak tahu bagaimana caranya supaya
buku itu terbit.
Hingga suatu hari, seorang teman
menganjurkan saya menarik naskah itu dan mengirimkannya ke salah satu penerbit
mayor. Dan saya melakukannya. Sekitar bulan Juli 2018, naskah itu saya kirimkan
dengan catatan telah memiliki ISBN dan gagal terbit. Alhamdulillah, sekitar dua
bulanan, naskah saya mendapatkan kabar baik dan diterima di Quanta, lini dari
Elex Media.
Masya Allah, bahagia banget rasanya
saat itu. Saya bilang siap merivisi jika ada yang perlu diperbaiki.
Alhamdulillah, tidak ada revisi. Kontak sama editor sangat jarang. Beliau hanya
menghubungi ketika meminta sinopsis dan data diri. Saya pun tak mau cerewet
sehingga tidak pernah menanyakan bagaimana kabar naskah saya. Ya, itu 'kan baru
beberapa bulan lewat, sedangkan sebelumnya saya sudah melewati waktu bertahun-tahun…hihi.
Sekitar Januari lalu, editor kembali
menghubungi saya dan memberikan contoh cover.
Itu artinya buku saya siap terbit. Tapi, saya nggak cocok dengan cover pertama dan memutuskan meminta
revisi atau ganti dengan beberapa contoh seperti yang saya inginkan.
Alhamdulillah, hasilnya sesuai keinginan, lebih menjual, terlihat manis, dan
islami. Dan editor bilang buku itu akan segera terbit.
Waktu kayaknya berlalu lambat banget.
Nungguin beberapa minggu aja kayaknya lama banget. Saya tidak sabar menunggu
buku itu terbit. Dan Alhamdulillah, beberapa hari lalu, buku ini sudah terbit
dan saya bisa memeluknya *lebay nggak sih…haha.
Buku ini terdiri dari 400 halaman. Berisi
kisah fiksi inspiratif di setiap bab serta ulasan disertai dalil. Di setiap
bab, kamu juga bisa membaca quote yang Insya Allah bikin sadar diri…haha.
Judulnya memang bikin deg-degan kata orang…haha. Tapi, ini bukan berarti kami
para perempuan menentang poligami, ya. Buku ini lebih fokus menjelaskan lebih
detail kewajiban dan peran seorang istri kepada pasangannya.
Tadi sempat baca-baca lagi sekilas dan merasa ada cerita yang lucu tapi
manis, serta ulasan yang mak jleb. Jadi, berkaca-kaca lagi, ini buku
pertama saya yang harusnya terbit beberapa tahun lalu, tapi Allah Mahabaik. Dan
saya percaya, Allah tahu yang terbaik buat saya meski dulu saya merasa ini
nggak adil banget!
Buku ini saya tulis selama dua
minggu. Dan kini sudah bisa kamu dapatkan di toko buku seperti Gramedia dan
kawan-kawannya. Jika kamu malas atau jarang keluar, kamu bisa pesan langsung di
Gramedia online. Kemarin saya cek
sudah masuk dan tersedia.
Kalau kamu ketemu buku ini, jangan
lupa foto dan tag saya. Suatu kebahagiaan tersendiri bagi penulis jika ada
bukunya yang dibeli dan dibaca sehingga bisa lebih bermanfaat. Dan sekadar
info, penulis itu nggak punya stok banyak buku karena kami memang bukan toko
buku *yaiyalah…haha. Kami hanya mendapatkan 6 pcs buku sebagai bukti terbit
dengan syarat satu buku dikembalikan lagi pada penerbit bersama surat
perjanjian.
Kadang kaget juga ketika ada yang
sampai inbox minta dikirimkan buku. Bukannya kami pelit,
terutama seperti kami yang pemula, royalti belum seberapa, kebayang kalau harus
membagikan buku kepada semua orang? Haha. But,
it’s oke. Mungkin mereka belum memahami dunia penerbitan, saya memaklumi.
Jika saya ingin punya lebih, saya pun harus membelinya sama seperti pembaca
lain. Tapi, yang istimewa tentu saja tentang apa yang kita tulis, yang kemudian
dicetak dan berharap bisa jadi lebih bermanfaat bagi banyak orang sehingga
bernilai pahala. Ustadz saya bilang, ini dakwah lewat buku. Masya Allah semoga
demikian adanya.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada keluarga terutama ibu yang tak pernah lepas mendoakan, kepada teman, serta mentor saya yang telah mendoakan dan mendukung saya selama ini. Alhamdulillah,
perjuangan panjang berbuah manis. Sebab yang namanya rezeki tidak akan berlalu
dan berpaling. Apa yang sudah jadi hak kita akan kembali juga pada kita.
Istri itu ibarat sebuah rumah. Tempat berteduh dari panas, tempat berlabuh saat lelah, dan tempat yang damai saat gelisah. Meski kita semua tak bisa menyajikan kehidupan yang sempurna bagi suami, tetap berusaha menjadi istri yang selalu ada saat suami butuhkan, itu sebaik-baiknya seorang istri. Buku ini membuat degup jantung saya berdebar kencang, sudahkah saya menjadi perempuan istimewa di mata suami? Bismillah, semoga bukan hanya saya, tapi kita semua, para perempuan sholehah pembaca buku ini. (Indari Mastuti, CEO INDSCRIPT Corp)
Salam,