Saturday, October 30, 2021

Perjalanan Menjadi Penulis Buku Best Seller dari Achi TM

Perjalanan Menjadi Penulis Best Seller dari Achi TM
Photo by Road Trip with Raj on Unsplash


Beberapa hari ini lumayan heboh sendiri sama sharing kepenulisan yang diadakan oleh KBM App. Mengenal KBM sudah sekian lama, bahkan pernah ikutan workshop Bunda Asma Nadia bareng teman-teman KBM juga. Namun, seiring berjalannya waktu, saya memang mulai meninggalkan KBM, terutama karena saya sudah tidak lagi menulis cerita fiksi. Kalau teman-teman mengikuti blog ini dari awal, justru isinya cerpen semua. Dari dulu saya memang senang menulis fiksi.


Sejak ada KBM App, saya sudah bergabung dan pernah menulis satu bab nonfiksi. Iya, hanya satu bab, setelah itu saya kabur karena KBM App belum seramai sekarang. Saya pun akhirnya lebih sibuk menulis buku motivasi dan seperti sekarang, saya bahkan nggak ingat pernah pengin nulis di KBM App, lho saking sudah lamanya…hihi.


Dua hari berturut-turut ikutan Indonesia Literacy Fest bersama KBM App, saya jadi pengin mulai lagi menulis di KBM App. Apalagi setelah mendengar sharing para pemateri, ampun jadi lupa capek lelahnya ngerjain ilustrasi buku dan masih ada energi buat nulis yang lain.


Bagi saya, siapa pun pematerinya, akan selalu menarik karena selalu ada ilmu yang bisa didapat. Saya pembaca buku-buku Tere Liye, buku-buku Asma Nadia, Ahmad Fuadi, dan sama sekali nggak tahu bukunya Mba Achi TM. Nggak mengenal juga karena makin ke sini saya memang jadi jarang baca-baca novel. Namun, setelah dengar sharing-nya saya benar-benar merasa termotivasi sekali. Plus momennya tepat banget setelah paginya ada kejadian kurang menyenangkan buat saya…kwkwk.


Kapan Bisa Jadi Penulis Best Seller?

Bagi saya, mungkin inilah impian yang belum bisa diraih sampai saat ini, jadi penulis buku-buku laris atau best seller. Takut bermimpi? Nggak juga. Malah sering menjadi doa. Namun, takdirnya memang belum kesampean.


Pagi itu, seorang marketing dari buku saya yang akan segera terbit menghubungi dan bilang kalau jumlah buku terjual nggak sebanyak apa. Dia nggak pernah memasang target, tapi pernah bilang semoga bisa laku 500 sampai 3000 buku misalnya. Saya merasa ucapan itu jadi doa, sekaligus lumayan jadi beban juga karena saya sadar betul, buku saya nggak mungkin laku segitu banyaknya dalam waktu sekitar sebulan pertama.


Entah karena saya masih suka menyimpan perasaan nggak enakan, akhirnya saya meminta maaf. Perasaan nggak nyaman itu terus muncul sampai sore harinya. Kayak mau udahan saja nulis buku. Ngerasa bersalah karena mungkin nggak bisa memenuhi ekspektasi mereka.


Malam harinya, saya dengar sharing dari mba Achi TM. Untuk pertama kalinya saya tahu beliau. Poin penting yang bikin saya akhirnya nggak mau nyerah adalah ketika Mba Achi bilang pengin udahan nulis setelah 21 novel terbit dan nggak pernah ada yang jadi best seller. Tulisannya laku, tapi bukan yang laku-laku banget. Dia punya pembaca, tapi nggak best seller juga sampai buku ke-21. Mba Achi seperti sedang menasihati saya. Saya nggak percaya kebetulan. Ini bukan kebetulan :D


Waktu dia berniat berhenti menulis, laptopnya hilang. Kejadian itu benar-benar bikin Mba Achi sadar bahwa niatnya sudah salah. Sudah dikasih kemampuan menulis sama Allah, malah mau berhenti. Akhirnya beliau bernadzar bakalan nulis lagi jika laptopnya ketemu. Dan benar, laptoptnya ketemu…kwkwk.


Naskah pertama yang ditulis setelah laptopnya ketemu adalah novel berjudul Insya Allah, Sah! Buku itu bahkan belum cetak, tapi sudah dipinang untuk difilmkan dan best seller. Gimana rasanya, ya? Waktu sudah pasrah, sudah nggak berharap yang muluk, tiba-tiba sama Allah dikasih best seller dan lebih dari itu?


Menulislah dan Cobalah Terus

“Nggak ada yang salah, nggak perlu minta maaf, mungkin ada rasa nggak enak, I feel you, tapi Mbak sudah berusaha, nanti bisa diusahakan lagi.”


Itulah kalimat yang saya dengar dari seorang sahabat setelah saya bercerita tentang kejadian pagi itu. Ngerasa bersalah, ngerasa nggak bisa seperti yang lain, ngerasa nggak bisa apa-apa, kemudian jadi sadar, ya sudah, nggak masalah ngerasa nggak baik-baik saja. Mungkin ada kurangnya saya juga di sini, tapi bukan berarti saya boleh menyalahkan diri sendiri terus menerus.


Menurut Mba Achi TM, buku best seller itu keajaiban yang Allah kasih ke kita. Iya, setelah kita usaha, setelah kita capek-capek, tapi ya kita nggak bisa menentukan kapan waktunya. Jadi, kenapa mesti jadi beban yang akhirnya bikin kita jadi berhenti menulis? Kadang, yang muluk-muluk tanpa tangga pancapaian yang masuk akal bikin kita down.


Saya sudah menerbitkan banyak buku, itu sudah pencapaian luar biasa buat saya yang sebelumnya sama sekali nggak punya buku terbit. Bisa masuk Gramedia dan terbit di luar negeri? Bahkan dulu pengin saja malu-malu saking ngerasa itu nggak mungkin.


Saya jadi lebih bersyukur dengan pencapaian saya saat ini dan juga bersyukur karena saya masih mau berjuang hingga sejauh ini. Meski capek, meski pengin berhenti, meski kadang ngerasa kerjaan rumah saja nggak beres-beres, tapi masih menulis plus ngerjain ilustrasi, ‘Thank you banget sudah berjuang terus!’


Setiap orang punya perjalanannya masing-masing. Kita sering nggak melihat berdarah-darahnya dia sebelum berhasil, pun kadang kita kurang menghargai itu. Sekecil apa pun hasilnya sekarang, jangan pernah menyalahkan diri sendiri, ya. Sudah bilang terima kasih sama diri sendiri karena sudah mau berusaha sampai sejauh ini? Kalau bukan karena keberanian, keinginan yang kuat, disiplin dan, pantang menyerah, pastilah dari dulu kita sudah berhenti menulis. Iya, kan? Namun, lihat kita sekarang, masih mau usaha lagi walaupun perjuangannya nggak semudah sebulan, setahun jadi. Please, jangan nyerah dan hargai kerja kerasmu juga :)


Salam hangat,


Tuesday, October 26, 2021

Cara Menemukan Ide dan Mengembangkannya Menjadi Tulisan

Cara Menemukan Ide dan Mengembangkannya Menjadi Tulisan


Sering kehabisan ide untuk menulis? Padahal, keinginan menulis sedang menggebu-gebu, tapi saat menghadap layar, tiba-tiba idenya lenyap dan buntu, nggak tahu harus menulis apa. Bagaimana, dong?


Sebagai penulis, kita dituntut untuk lebih peka terhadap permasalahan hidup sehari-hari. Kebanyakan ide tulisan yang baik justru muncul dari hal-hal sederhana yang diolah menjadi tulisan yang unik dan menarik. Nggak perlu jauh-jauh mencari ide, karena di sekitar kita, ada banyak hal bisa ditulis dan dikembangkan menjadi naskah.


Merasa masih kesulitan menemukan ide tulisan? Mungkin kamu bisa melakukan beberapa hal ini,


1. Banyak Membaca 

Menulis dan membaca akan selalu berkaitan satu sama lain. Nggak mungkin seorang penulis bisa menuliskan idenya dengan lancar jika dia jarang membaca. Bagi penulis, membaca adalah kunci kemudahan mengalirnya ide-ide dalam tulisan. Jika kamu merasa kesulitan mencari ide dan mengembangkannya menjadi tulisan, bisa jadi kamu kurang membaca.


Membaca akan memperkaya wawasan serta kosa kata. Dengan membaca, kita akan lebih mudah mengekspresikan gagasan. 


2. Mencari Ide dari Pengalaman Pribadi

Ada banyak penulis yang berhasil menuangkan pengalaman pribadinya menjadi sebuah buku yang menarik. Kebanyakan orang senang menulis buku berbekal dari pengalaman pribadi karena merasa ia lebih paham dan lebih tahu, sehingga tulisannya bisa dibuat lebih detail. 


Kenapa harus jauh-jauh mencari ide kalau dari pengalaman sendiri saja bisa dijadikan tulisan? Coba wawancarai diri sendiri dan temukan ide terbaik yang bisa dijadikan tulisan. Bisa jadi, ide sederhana justru bisa menginspirasi banyak orang. Misalnya saja tentang sulitnya kamu mewujudkan impian, menemukan jodoh, atau membina rumah tangga sakinah bersama pasangan. Coba diulik lagi, kira-kira pengalaman seperti apa yang layak kamu tulis?


3. Bertemu Banyak Orang dan Berdiskusi

Pernahkah kamu membaca buku yang isinya ditulis dari pengalaman saat berjumpa dengan orang lain? Penulis pandai sekali mengambil hikmah dari setiap pertemuan sehingga dia mampu menghasilkan tulisan hanya dari diskusi singkat. Tidak harus selalu dengan orang yang dikenal, kadang juga dengan orang yang baru dijumpainya. Tulisannya menjadi ringan, tapi sarat dengan hikmah. 


4. Nonton Film

Kalau sudah penat, jangan dipaksakan terus menulis. Cobalah mencari hiburan sekaligus mencari ide. Salah satunya dengan nonton film. Ada banyak jenis film yang layak kita tonton sekaligus mencari inspirasi. Namun, jangan asal nonton film dan menghabiskan waktu, ya. Kebanyakan orang yang senang nonton film seringkali sampai lupa waktu, lupa dengan impian dan juga targetnya. Penulis yang baik tentu saja akan memanfaatkan waktunya dengan maksimal supaya impiannya tidak sekadar menjadi impian, tapi juga dapat diwujudkan.


5. Cari Tahu Hal-Hal yang Paling Disukai

Menulis tema-tema yang sedang kita minati tentu saja sangat membantu supaya kita tidak mudah kehabisan ide. Kalau kita sudah suka, pastinya kita tidak akan malas membaca dan mencari referensi. Misalnya ketika kita sedang senang-senangnya memulai gaya hidup sehat, tidak ada salahnya menulis tema serupa karena dari sini, sebenarnya kita sudah punya banya referensi dan juga pengetahuan.


6. Rajin Berlatih

Jika tidak mau kehabisan ide, cobalah lebih rajin berlatih menulis. Menulislah setiap hari saat kamu punya waktu dan usahakan luangkan waktu, bukan menunggu waktu luang. Jika kita terbiasa menulis, ide sederhana saja bisa kita kembangkan menjadi tulisan panjang yang menarik dan layak dibaca semua orang. Berbeda dengan orang-orang yang ngakunya pengin jadi penulis, tapi jarang berlatih dan praktik. Bisa ditebak, tulisannya tidak pernah selesai.


Setelah menemukan ide, bagaimana cara mengembangkannya?

1. Carilah referensi yang cukup. Karena tanpa referensi, kita akan kesulitan menuliskan ide-ide tersebut menjadi sebuah naskah. Paling mentok di halaman pertama dan kedua, sisanya entah mau diisi apa.


2. Buatlah rancangan naskah. Kembangkan dari ide yang sudah kita dapatkan. Jangan malas membuat outline dengan detail karena nantinya kita akan dimudahkan ketika mulai menulis, terutama ketika menulis buku. Tuliskan daftar isi dan judul dari buku yang akan kita tulis. Jika semua sudah dikerjakan, seterusnya kita tidak akan kebingungan mau menulis apa atau malah lupa dengan ide yang akan ditulis.


3. Tuangkan apa yang ada di pikiran kita. Tulislah seolah kamu sedang bercerita kepada orang lain dan ajak pembaca mengikuti alur ceritamu. Jangan terlalu banyak memikirkan benar atau salah, jangan dulu memusingkan typo dan lainnya, selesaikan dulu, editing kemudian.


4. Sampaikan kepada pembaca dengan bahasa sederhana. Jangan berbelit-belit supaya terkesan keren, tapi akhirnya menyulitkan pembaca untuk memahami. Jika bisa dipermudah, jangan mempersulit. Apalagi demi mengejar target jumlah halaman supaya terlihat tebal. Tebal saja tidak cukup jika isinya sulit dipahami dan hanya sengaja dipanjang-panjangkan. Usahakan memakai kalimat efektif saja saat menulis.


5. Mulailah menulis dengan konsisten setiap hari dan tentukan target kapan naskah akan selesai. Tanpa target waktu, kita akan bermalas-malasan mengerjakan naskah. Lantas kapan impianmu terwujud?


Kemampuan menulis setiap orang akan berbeda-beda. Ada yang mampu menulis sepuluh halaman per hari, ada yang satu sampai dua halaman saja. Berapa pun jumlahnya, asalkan konsisten, kita pasti bisa menyelesaikannya.


Jika target naskahmu 120 halaman, kamu bisa mengerjakan dua halaman saja per hari. Dua bulan kemudian, naskahmu mestinya sudah beres. Jika sehari kamu tidak mengerjakannya, artinya kamu berutang di hari berikutnya. Utang dua halaman kemarin mesti kamu bayar jika ingin naskah selesai tepat waktu. Kira-kira, seperti itulah yang saya terapkan selama ini.


Itulah beberapa poin yang bisa kita lakukan saat hendak mencari ide dan mengembangkannya menjadi tulisan, juga belajar menyelesaikan tulisan kita supaya menjadi buku. Semoga bermanfaat dan selamat menulis!


Salam hangat,

Thursday, October 21, 2021

Seberapa Pentingkah Mengikuti Kelas Menulis Online?

Seberapa Pentingkah Mengikuti Kelas Menulis Online?


Akhir-akhir ini saya lumayan sering ikut kelas menulis lagi. Alasannya, pengin nyoba-nyoba lagi menulis cerita anak yang sudah lama saya tinggalkan. Biasanya, saya lebih aktif menulis buku-buku motivasi remaja. Namun, sejak saya menjadi ilustrator, keinginan untuk menulis sekaligus membuat ilustrasi sendiri tumbuh lagi. Sudah seperti rumput yang disirami hujan, jadi lebat dan begitulah…Intinya masih pengin banget mewujudkan keinginan saya yang satu ini.


Kelas-kelas online yang saya ikuti harganya beragam. Mulai dari angka puluhan ribu hingga jutaan rupiah. Memang, mesti menyisihkan uang khusus untuk ikutan kelas. Namun, ilmu yang akan kita dapatkan saya rasa nggak bisa diukur dari harga yang sudah kita bayar. Lebih besar dari itu apalagi kita benar-benar memanfaatkannya dengan baik.


Kelas menulis online itu waktunya lebih fleksibel. Bulan ini, saya sedang ikut kelas menulis bersama Pak Joko dari Elex Kidz. Kelas menulis buku antologi bertema motivasi yang nantinya akan diterbitkan di sana juga. Menulis cerpen anak sudah lama tidak saya lakukan. Ibaratnya, kalau jarang nulis tema-tema serupa, seperti balik lagi dari nol. Itulah pentingnya tetap istikamah menulis. Dan saya sering gagal di sini…kwkwk.


Lumayan berat memulainya lagi. Bahkan mesti revisi karena tema yang saya ambil terlalu menyedihkan…kwkwk. Tapi, nggak masalah, belajar menulis katanya memang seumur hidup. Sudah kayak pernikahan saja, ya? Hihi. Mesti dikerjakan sesering mungkin walaupun nggak harus setiap hari. Seperti kata Bu Arleen A, beliau nggak setiap hari menulis buku. Namun, bukan berarti beliau meninggalkan dunia menulis. 


Apa saja manfaat mengikuti kelas menulis online? Apakah sepadan dengan biaya yang dikeluarkan? 


Memotivasi Diri

Ikut kelas menulis online pasti bisa memotivasi diri kita supaya tetap bersemangat melanjutkan naskah. Apalagi jika ada target mesti menyelesaikan sekian cerita. Tanpa itu, orang-orang yang masih belum istikamah menulis akan kesulitan sekali menemukan semangatnya. 


Contohnya saya, karena kelamaan membuat ilustrasi, waktu menulis saya jadi berkurang. Inilah salah satu alasan kenapa saya masih ikutan kelas menulis. Walaupun sudah punya buku solo, saya tetap bukanlah penulis sempurna yang bisa nulis sambil merem…kwkwk. Saya merasa masih harus lebih banyak lagi belajarnya. Dan itu bisa saya mulai kembali dengan ikut kelas menulis. 


Belajar Itu Tidak Ada Habisnya

Jangan mudah berpuas diri atas semua pencapaian yang sudah diraih. Karena bagi yang mau belajar, makin banyak belajar, makin terasa bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui. 


Sebenarnya, saya malu kalau mau daftar kelas menulis karena adminnya selalu menertawakan saya sambil bercanda. Ngapain ikutan kelas? Nggak salah? Kan, sudah punya buku?


Jangan terlalu tinggi menilai saya. Saya juga sama seperti yang lain, masih butuh belajar lagi dan lagi. Meskipun buku saya sudah lumayan banyak, saya masih tetap senang ikut kelas-kelas menulis apalagi untuk genre yang masih belum sepenuhnya saya kuasai. Dan saya bersyukur karena masih mau belajar sampai usia setua ini…kwkwk. masyaallah.


Kembali Menulis

Saya merasa, kesibukan saya membuat ilustrasi benar-benar menyita waktu saya untuk menulis naskah. Saya yang dulunya hanya mengerjakan naskah buku, kini harus terpecah fokusnya dengan membuat ilustrasi. Adanya kelas menulis membuat saya kembali ke jalan yang benar…kwkwk. 


Sampai sekarang, saya masih berpikir bahwa mengikuti kelas menulis nggak akan merugikan. Meskipun keluar biaya yang lumayan banyak, tapi ilmunya akan tetap kita pakai selamanya. Awet. Nggak seperti ketika kita jajan bakso yang setelah selesai dikunyah akan lenyap…kwkwk.


Menulis dan membuat ilustrasi memang akan terus saya kerjakan. Butuh waktu yang lumayan panjang untuk membuat gambar, tapi juga butuh fokus ketika menulis naskah. Semoga dua hal ini bisa terus saya kerjakan. Memilih salah satunya mungkin akan meringankan, tapi keinginan saya bukan itu. Penginnya ya bisa ngerjain dua-duanya dan itulah yang saya harapkan sampai sekarang.


Yuk, ah lebih semangat lagi ngerjain naskah dan ngerjain ilustrasinya. Usaha yang sungguh-sungguh tentu tidak akan mengkhianati hasil. Apa yang kita perjuangkan, tentunya akan berbuah manis di kemudian hari. Terus berpikir positif dan tetap fokus dengan impian serta target. 


Salam hangat,


Tuesday, October 19, 2021

Kesalahan Ilustrator Pemula Saat Menghadapi Klien

Kesalahan Ilustrator Pemula Saat Menghadapi Klien


Pengalaman menjadi ilustrator masih seumur jagung, sudah bisa ditebak, lebih banyak salahnya saat menghadapi klien dibanding benarnya…haha. Kesalahan yang merugikan diri kita sendiri tak jarang memang disebabkan oleh kita yang minim pengalaman. Akhirnya jadi lebih banyak waktu dihabiskan untuk menyelesaikan pekerjaan yang sama.


Sebagai ilustrator, kita akan bertemu dengan klien yang punya bermacam-macam karakter. Ada yang sabar, neriman, dan tak jarang kita juga dapat klien yang rewel. Permintaan mereka yang bermacam-macam bagi saya sangat manusiawi sekali karena mereka memang membayar kita. Kita bekerja bukan tanpa dibayar. Jadi, wajar banget kalau klien suka banyak maunya.


Namun, kita juga mesti ngasih batasan kepada mereka. Nggak mungkin juga dengan harga yang sama kita harus mengerjakan banyak sekali revisi. Kebanyakan ilustrator yang sudah berpengalaman akan ngasih batasan revisi maksimal berapa kali untuk harga tertentu. Jika ada revisi yang nggak sesuai perjanjian alias sudah terlalu banyak, ilustrator bisa meminta tambahan biaya dan itu nggak masalah. Penting keduanya sama-sama profesional dan saling menghargai saja. Karena kita sama-sama saling membutuhkan.


Saya pernah mengalami hal-hal yang kurang menyenangkan ketika menjadi ilustrator. Paling nggak enak itu kalau ada klien yang kabur tanpa kabar setelah kita mengerjakan gambar…kwkwk. Benar-benar menguji kesabaran. Ada juga klien yang minta revisi secara total alias idenya berubah yang awalnya maunya begini, tiba-tiba jadi begitu. Kebanyakan memang orang luar negeri.


Kalau sudah kelewat batas, saya menolak untuk merevisi secara keseluruhan apalagi jika gambar sebelumnya sebenarnya sudah sesuai, tapi dianya mau ganti model lain…hiks. Sejujurnya ini kesel banget, tapi sebisa mungkin kita juga nggak marah-marah, ya. 


Nah, dari pengalaman selama setahun terakhir ini, saya akan mencoba mengulas kesalahan-kesalahan yang pernah saya alami saat mengerjakan ilustrasi. Semoga bisa membuat kita jadi lebih siap menghadapi klien tanpa marah-marah, ya :)


Beri Batas Revisi

Teman sesama ilustrator pernah cerita juga soal ini. Kita pasti sama-sama pernah mengerjakan revisi yang nggak manusiawi. Kesalahannya adalah karena kita nggak ngasih batas revisi yang jelas sejak awal. Mestinya kita bilang, harga sekian, revisi maksimal sekian. Jangan sampai kita lupa bilang batas revisi karena nanti kitalah yang akan kelelahan sendiri.


Dulu, saya pun nggak pernah kepikiran soal ini. Memang, tidak semua klien itu rewel. Kebanyakan baik dan sangat pengertian. Namun, satu atau beberapa kali kita pasti akan bertemu dengan orang yang berbeda. Ngasih batas revisi akan sangat membantu kita ketika berhadapan dengan klien yang suka rewel begini.


Minta Informasi yang Lebih Detail

Misalnya soal ukuran, berwarna atau tidak, style, dan juga yang lainnya. Jangan sungkan bertanya lebih banyak pada klien karena ini akan sangat membantu kita ketika mengerjakan ilustrasi. Supaya nggak ada ceritanya salah ukuran, salah gambar, atau salah style. Kalau semua sudah jelas dari awal, revisi pun bisa diminimalkan.


Kita juga mesti mengerti siapa klien yang sedang dihadapi. Nggak semua orang paham soal dunia ilustrasi. Jika kita bertemu dengan klien yang awam, baru banget pesan gambar atau baru pertama kali, nggak ada salahnya kita ngasih informasi lebih detail kepada mereka. 


Intinya, jangan pelit-pelit ngobrolnya. Bangun hubungan yang baik dan nyaman. Klien yang merasa puas dengan pekerjaan kita tentu akan kembali kepada kita lagi.


Buat Sketsa Kasar dan Mintalah Persetujuan 

Sebelum memutuskan coloring , kita mesti menerima persetujuan dari klien. Jangan karena terburu-buru, kita main coloring saja. Kalau klien nggak setuju, kita bakalan capek revisinya :D


Sebaiknya, kerjakan sketsa dulu, tunjukkan pada klien, jika sudah setuju dan tidak ada perubahan, kita bisa lanjut coloring. Bukan salah klien jika akhirnya dia minta revisi hanya karena sejak awal kita kurang komunikasi. Rugi di kita, kan? Akhirnya kita jadi lebih capek lagi ngerjainnya


Takut Menentukan Harga

Kebanyakan ilustrator pemula takut banget menentukan harga karena merasa gambarnya nggak pantas dihargai…kwkwk. Untuk kasus seperti ini, kita bisa melihat harga pada umumnya dan lihat juga kualitas ilustrasi yang kita buat. Kalau merasa gambar kita makin baik, nggak ada salahnya menaikkan harga.


Buat pemula, dapat klien ibaratnya bisa belajar sambil dibayar. Penting kita nggak ketinggian ngasih harga karena kita memang masih pemula. Tapi, bukan berarti selalu gratisan juga :(


Hmm, kira-kira kesalahan apalagi yang paling sering kita lakukan sebagai pemula? Minim pengalaman nggak masalah, yang penting kita tetap mau belajar. Seiring berjalannya waktu, kita akan paham dengan sendirinya. Jangan malu-malu saat diskusi dengan klien dan juga jangan minder dengan ilustrasi yang kita buat. Tetap semangat, ya :)


Salam hangat, 


Sunday, October 17, 2021

Resep Roti Tawar Lembut Ekonomis Ala Re-Bread

Resep Roti Tawar Lembut Ekonomis Ala Re-Bread
Roti tawar lembut ala Re-Bread


Sudah dua kali bikin roti tawar pakai Rebread dan hasilnya sangat bagus. Sebelumnya, saya pernah review Re-Bread di sini. Teman-teman bisa membaca ulasannya dan setelah beberapa kali saya coba resep-resepnya, nggak pernah ada yang memuaskan. Akhirnya, saya selalu memakai Rebread hanya untuk menguleni adonannya saja. Resep-resepnya pun nggak pernah saya pakai lagi. Balik pakai resep-resep lama dari NCC.


Nah, kebetulan kemarin lagi pengin banget bikin roti tawar, hanya malas sekali mau ngoven pakai oven listrik. Akhirnya iseng-iseng nyari di Cookpad dan ketemulah resep ini di akun Ceria Endut. Sebenarnya ini resep dari Re-Bread juga sepertinya (saya belum cek di buku resep), tapi hasilnya lebih lembut daripada yang sebelumnya pernah saya buat. Apalagi kalau dimakan hangat, nggak pakai olesan apa pun rasanya tetap enak.


Kalau biasanya kita pakai terigu protein tinggi untuk membuat roti, kali ini saya terpaksa pakai terigu protein sedang atau serbaguna seperti Segitiga. Karena stok di rumah sedang kosong. Hasilnya tetap bagus, kok.


Satu lagi, saya juga nggak langsung mengulen adonan sekaligus memanggang. Di awal-awal, saya pilih tombol mengulen saja. Tujuannya supaya adonan lebih kalis. Karena sesuai pengalaman yang sudah-sudah, proses mengulen adonan sekaligus dipanggang waktunya memang kurang dan hasilnya kurang kalis. Akhirnya saya coba trik seperti ini dan hasilnya benar-benar bagus, menul-menul pula.


Proses mengulen hingga memanggang sendiri memakan waktu cukup lama sekitar 3 jam lebih. Kita bisa atur waktunya sendiri, lho. Misalnya kita mau makan roti tawar hangat di pagi hari, kita bisa atur waktu dan memasukkan bahan-bahannya sejak malam sebelumnya. Besok pagi, di jam yang sudah kita tentukan, roti tawarnya sudah bisa disantap selagi hangat. Namun, jika memakai trik saya yang mesti mengulen dulu sebelum memilih tombol mengulen hingga panggang, cara mengatur waktu ini sudah nggak bisa dipakai, ya :D


Pakai Air Dingin atau Air Hangat?

Resep Roti Tawar Lembut Ekonomis Ala Re-Bread


Dulu, saya sering pakai air hangat yang dicampur dengan ragi instan plus gula. Jadi, raginya diaktifin dulu. Hasilnya pun lembut.


Namun, setelah nyoba-nyoba beberapa resep NCC, saya jadi terbiasa pakai air es atau susu cair dingin. Hasilnya pun tetap bagus. Kalau teman-teman bingung, tinggal sesuaikan saja dengan resep yang dipilih karena tidak semua resep memakai air hangat, ya. Ikuti juga step by step-nya supaya hasilnya memuaskan. Sekali dua kali gagal nggak masalah. Saya juga sering banget gagal…huhu. Sampai pernah satu loyang dibuang karena sudah capek dan ternyata gagal…kwkwk.


Setelah berkali-kali nyoba, kita akan terbiasa dan tahu triknya seperti apa. Akhirnya berhasil dan antigagal. 


Resep Roti Tawar Ala Re-Bread

Resep Roti Tawar Lembut Ekonomis Ala Re-Bread


Resep-resep dari Re-Bread sebenarnya sangat menarik. Banyak sekali resep roti unik seperti pakai ubi, dan yang lainnya. Hanya saja, saya belum mencoba semua resepnya dan lebih sering bikin roti tawar lembutnya seperti yang sekarang saya share ini. 


Kenapa saya bilang ekonomis? Karena bahan-bahannya nggak banyak dan tersedia di dapur kita. Telurnya pun hanya pakai satu. Gimana, siap mencoba?


Bahan:

  • Terigu protein tinggi atau sedang 300 gram
  • Gula pasir 4 sendok besar (pakai sendok bawaan Re-Bread)
  • Ragi instan 1 sendok kecil (pakai sendok bawaan Re-Bread)
  • Susu bubuk (saya pakai 1 atau 2 sachet kecil)
  • Air dan 1 butir telur total 180 gram
  • Margarin 25 gram
  • Garam sedikit


Cara membuat:

  • Masukkan garam dan bahan basah seperti air, telur, dan margarin ke dalam loyang Re-Bread. Tambahkan susu, terigu dan letakkan ragi di paling atas. Tekan tombol mengulen (jika mengikuti cara saya) atau langsung pilih tombol nomor 4 (Roti Lembut), pilih berat adonan 300 gram, dan warna muda untuk tingkat kematangan rotinya.
  • Proses mengulen saja hanya memakan waktu beberapa menit, kemudian kita lanjutkan memilih tombol nomor 4 dengan pilihan berat adonan dan tingkat kematangan yang saya sebutkan di atas. Kita tunggu sampai selesai sekitar 3 jam lebih sedikit (lupa tepatnya…kwkwk)
  • Setelah matang, segera keluarkan roti dari mesin roti dan olesi atasnya dengan margarin supaya lembab. Iris-iris dengan pisau roti setelah agak dingin, ya.


Resep Roti Tawar Lembut Ekonomis Ala Re-Bread
Hasilnya sebagus ini :)


Voila! Roti tawa lembut ekonomis ala Rebread sudah siap disantap. Bisa oleskan margarin dan taburi gula pasir atau bisa juga pakai selai favorit kamu. Asli, resep yang ini enak dan berhasil banget. Nggak perlu repot-repot juga membentuk dan memasukkan ke loyang lain karena prosesnya hanya sekali klik.


Sejauh ini, Re-Bread sangat berguna untuk saya setelah sebelumnya saya hanya memakai mixer tangan untuk mengulen adonan dan itu melelahkan banget. Mesti selalu pegang mixer sampai beberapa jam supaya adonan bisa kalis. Jadi, nggak hemat waktu banget karena nggak bisa ngerjain pekerjaan apa pun sampai rotinya matang.


Namun, setelah pakai Re-Bread, hidup saya berubah jadi lebih santai. Bikin roti bukan hal melelahkan lagi dan pastinya bisa kita tinggal untuk mencuci, setrika, dan yang lain…hihi. Kegunaan Re-Bread juga nggak sebatas membuat roti. Beberapa kali saya pakai untuk membuat serundeng kelapa dan hasilnya baguuus sekali…haha. Selain percobaan serundeng, kita bisa lihat di buku resep, ada selai, bubur kacang hijau, bubur ayam, tape, hingga yogurt.


Gimana, jadi beli Re-Bread juga? hihi. Yuk, ah bikin roti sendiri supaya lebih sehat *maksudnya ngurangin beban kerja ibu rumah tangga…kwkwk. Selamat mencoba.


Salam hangat,


Thursday, October 14, 2021

Review Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++

Review Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++
Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++ kemasan 40 ml


Sudah lama sekali pengin review jujur beberapa produk perawatan kulit yang telah saya pakai sekian tahun. Karena saya tipe orang yang nggak gampang-gampang pakai produk kecantikan. Kulit saya termasuk yang sensitif sekali. Beda jenis dari merek yang sama saja bisa menimbulkan jerawat yang menyiksa, apalagi kalau sampai pindah merek. 


Setelah pencarian sekian lama, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada produk Wardah. Itu pun nggak semua jenis bisa saya pakai. Kemarin pun sempat nyoba produk baru dari Wardah seperti krim malamnya selain yang biasa saya pakai, sebulan pemakaian, jerawat muncul dan jenisnya nggak biasa banget. Sakit yang nggak bisa disentuh saking ngilunya. Sempat sengaja mencet-mencet, ujungnya jadi bengkak…kwkwk. Akhirnya jerawat kedua di hidung nggak berani diapa-apain, deh. Ngeri…hahaha.


Saya jarang sekali jerawatan setelah menjadi ibu. Jadi, kalau tiba-tiba muncul jerawat apalagi yang nggak pernah muncul sebelumnya, bisa jadi memang karena kurang cocok dengan produk kecantikan yang saya pakai. 


Namun, setiap reaksi dari produk kecantikan akan berbeda pada setiap orang. Karena kulitnya saja beda, kan? Jadi, bisa cocok di saya, bisa juga jadi nggak cocok di kulit kamu.


Hmm, bicara soal sunscreen, seberapa pentingkah pemakaian sunscreen buat kamu? Dulu, saya nggak merasa sepenting itu memakai sunscreen karena kerjaan ya hanya di rumah doang. Nggak sering kena matahari juga. Ternyata, nggak sesederhana itu. Sering keluar ataupun nggak ya tetap harus pakai sunscreen.


Mengenal Sunscreen

Sering disebut, tapi nggak paham apa itu sunscreen? Seperti dikutip dari hellosehat, sunscreen merupakan produk kecantikan berbentuk gel, lotion, foam, ataupun spray yang berguna melindungi kulit kita dari radiasi sinar UV, baik UVA ataupun UVB.


UVA jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan UVB karena radiasi sinar UVA bisa menembus kaca dan tetap berbahaya meski dalam kondisi mendung sekalipun. Jadi, jangan sampai berpikiran seperti saya yang dulunya malas sekali pakai sunscreen karena merasa sinar radiasi nggak bisa masuk ke dalam rumah. Ternyata, tidak demikian.


Efek Paparan Sinar UV

Paparan sinar UV bagi kulit bisa dirasakan dampaknya baik dalam jangka pendek ataupun panjang. Beberapa efek yang bisa kita rasakan seperti,


  • Kulit terbakar
  • Kulit menjadi lebih gelap, kusam, juga hitam
  • Penuaan dini
  • Kulit jadi keriput
  • Muncul flek hitam
  • Dll


Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++

Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++ merupakan produk halal dari Wardah yang tidak mengandung alkohol. Harganya termasuk murah meriah dan bisa bangetlah dipakai untuk sehari-hari. Aromanya soft banget dan tentunya lumayan cepat meresap dan tidak lengket di kulit. 


Dari dulu saya sudah pakai sunscreen dari Wardah dengan kemasan lama. Sejauh ini, nggak ada masalah dengan kulit seperti jadi beruntusan, dan yang lainnya. Masih aman-aman saja di kulit saya yang lumayan sensitif terhadap berbagai jenis produk kecantikan.


Harga untuk kemasan 40 ml sekitar 30an ribu. Masih terjangkau sekali, kan? Dengan manfaat penggunaan sunscreen yang sangat penting, mestinya kita mau bela-belain beli dan memakainya secara rutin setiap hari terutama jika harus beraktivitas di luar ruangan. Meskipun saya pribadi termasuk yang suka mood-mood-an pakai skincare, tapi kamu jangan, ya? Kwkwk.


Pemakaian sunscreen ini juga sebaiknya diulang setiap dua jam sekali. Tapi, apakah kita bisa melakukannya? Kalau saya sepertinya sulit…kwkwk. Nggak suka banyak-banyak memakai krim kecuali es krim :(


Kira-kira itulah review Wardah UV Shield Essential Sunscreen Gel SPF 30 PA+++. Sejauh ini, masih worth it bangetlah terutama karena saya memang hanya pakai produk dari Wardah…hihi. Menurut teman-teman gimana? 


Salam hangat,


Wednesday, October 13, 2021

Menu Sarapan Paling Mudah, Nggak Bikin Ribet

Menu Sarapan Paling Mudah, Nggak Bikin Ribet


Waktu mulai sekolah online, pagi-pagi sudah nggak seriweh hari-hari biasanya. Nggak perlu capek-capek nyiapin bekal camilan dan makan berat karena anak-anak bisa makan di rumah sepanjang hari. Hal inilah yang akhirnya membuat saya jadi jarang uprek di dapur :(


Namun, saat ini pembelajaran tatap muka sudah dimulai lagi. Meskipun waktunya nggak lama di sekolah, tetap saja mesti nyiapin sarapan pagi-pagi supaya mereka sudah kenyang ketika berangkat. Menu andalan saya nggak ribet, kok bikinnya. Anak-anak di rumah juga termasuk tipe orang yang gampang-gampang susah milih menu. Menunya yang gampang-gampang, tapi ya nggak itu-itu terus. Gimana, dong?


Selain roti, nasi goreng adalah menu andalan saya ditambah jus buah sayur di pagi hari. Nasi gorengnya pun nggak ribet bikinnya karena saya nggak suka kalau disuruh ngulek bumbu…kwkwk. Berasa mulai menurun kemampuan mengulek bumbu halus pakai cara alami ini. Jadi, sebisa mungkin menghindari menu dengan bumbu-bumbu yang mesti dihaluskan pakai ulekan. Kalau nggak ada pilihan lain, pakai chopper lebih membantu…kwkwk.


Nah, kali ini saya mau share beberapa menu sarapan yang sangat mudah pengolahannya. Salah satunya nasi goreng putihan ini. Entah kenapa, kami sekeluarga nggak ada yang suka makan nasi goreng pakai kecap. Kalau beli pun sebisa mungkin putihan alias nggak ada kecapnya.


Nasi goreng yang biasa saya buat untuk anak-anak pun berbeda dengan nasi goreng kesukaan suami. Kalau untuk anak-anak, cenderung lebih hambar tanpa bumbu apa pun selain garam. Sedangkan kalau untuk suami, dia lebih suka makan nasi goreng kampung dengan bumbu halus berupa cabai, bawang, dan garam. Isiannya pun nggak sama. Karena suami saya nggak suka makan sosis, jadinya hanya pakai telur dan daun bawang. Simpel? Banget asal nggak mager…hihi.


Nasi Goreng Putihan

Menu Sarapan Paling Mudah, Nggak Bikin Ribet


Isian dari nasi goreng ini bisa pakai sosis, telur, ataupun bakso. Tapi, kalau hanya ada telur pun nggak masalah. Pakai butter atau blueband rice mix lebih mantap. Hal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan, 


  • Nasi, lebih baik yang sudah disimpan dalam kulkas
  • Telur
  • Sosis yang sudah diiris 
  • sedikit margarin


Cara membuat:

  • Panaskan minyak atau margarin, orak ariklah telur hingga keluar minyaknya. Jadi, telur benar-benar matang sempurna supaya rasa nasi gorengnya lebih enak.
  • Masukkan sosis dan aduk rata. Biarkan sampai sosisnya matang.
  • Tambahkan nasi putih dan aduk hingga rata. Taburkan sedikit garam dan koreksi rasanya.
  • Sajikan dengan taburan bawang goreng di atasnya. Serius hanya seperti itu? Iyap, kayak nggak niat banget, ya masak nasi gorengnya karena saya nggak pakai bawang sama sekali…hihi. Sebaiknya pakai sosis yang bagus kualitasnya karena aroma smoke dari sosisnya ini bakalan bikin nasi gorengnya sangat wangi walaupun nggak pakai bawang-bawangan sama sekali.


Spaghetti Keju

Menu Sarapan Paling Mudah, Nggak Bikin Ribet


Beralih dari per-nasi-an. Kali ini kita bakalan bikin menu sarapan berupa spaghetti, tapi dengan saus keju yang creamy banget. Siapkan bahan-bahannya, ya.


  • Pasta apa pun sesuai selera
  • Susu cair
  • Keju leleh
  • Keju cheddar
  • Merica bubuk
  • Garam
  • Margarin
  • Terigu
  • Kaldu bubuk (optional)


Cara membuat:

  • Rebus pasta hingga setengah matang. Tiriskan.
  • Panaskan sedikit margarin sampai cair, masukkan sedikit terigu. Kira-kira 1 sampai 2 sendok makan saja. Aduk cepat.
  • Tambahkan susu cair sesuai kebutuhan. Aduk rata dan masukkan keju-kejuan. Bumbui dengan garam, merica, serta kaldu bubuk.
  • Setelah saus keju mengental, masukkan pasta dan aduk hingga matang.
  • Sajikan selagi hangat.


Voila! Menu sarapan selain nasi pun siap disantap. Gampang, kan? Saya memang nggak suka, kok repot-repot terutama di pagi hari karena mesti nyiapin jus juga plus paling ribet nyuci juicer-nya. Alhasil, menu sarapan nggak akan seribet menu-menu makan siang atau malam.


Roti Bakar Homemade

Menu Sarapan Paling Mudah, Nggak Bikin Ribet


Saya memang suka membuat roti sendiri. Resepnya bisa teman-teman baca di sini. Nah, kalau besoknya masih ada sisa, saya sering memanaskannya di atas teflon. Memanggang roti di atas teflon ini berbeda dengan memanggang roti pakai pemanggang roti itu. Saya pernah nyoba dan hasilnya kurang enak dibanding dibakar di teflon.


Kebetulan, roti yang sering saya buat adalah roti sobek dengan berbagai macam isian. Caranya mudah sekali, kita tinggal ambil rotinya dan olesi atas dan bawahnya dengan margarin. Panggang sambil ditekan hingga tipiiis banget. Hasilnya jadi krispi gitu dan enak banget dimakan selagi hangat ditemani secangkir teh ataupun kopi.


Itulah tiga menu sarapan andalan yang bikinnya nggak pakai ribet dan bisa dikerjakan sambil merem…kwkwk, tapi dibantu jin botol kalau merem, ya? Hihi. Semoga resep-resep ini bermanfaat dan bisa jadi ide di pagi hari. Tetap semangat, tetap sehat.


Salam hangat,


Tuesday, October 12, 2021

Hobi Membaca yang Meningkat di Masa Pandemi

Hobi Membaca yang Meningkat di Masa Pandemi


Saya tidak sedang membicarakan diri sendiri. Ini tentang anak-anak di rumah. Ceritanya, si bungsu yang baru masuk TK B lagi senang-senangnya membaca buku. Terang saja, karena selama ini, ketika dia belum bisa mambaca, kakaknya enggan sekali membacakan buku…kwkwk. Berasa balas dendam ketika sudah bisa membaca sendiri. Hari-harinya dipenuhi dengan membaca. Masyaallah.


Minggu lalu, saya sempatkan menata ruang tamu. Mengubahnya menjadi lebih longgar saja. Memindahkan beberapa lemari ke atas biar di bawah lega *walaupun di atas jadi numpuk…kwkwk. Ada dua lemari yang akhirnya saya tata di kanan kiri sofa. Lemari berupa rak bersusun itu saya khususkan untuk menyimpan buku terutama yang paling sering dibaca sama anak-anak. Sejak itulah, si bungsu jadi senang sekali membaca. Mungkin karena lokasinya mudah sekali dijangkau dibanding sebelumnya. Raknya pun terbuka sehingga dia bisa pilih-pilih bukunya sesuka hati.


Pagi-pagi sudah duduk di sofa dan membaca tanpa suara. Sejujurnya, masih agak kurang percaya melihat perkembangan dia bisa sampai secepat ini. Karena memang dia baru bisa membaca beberapa bulan lalu. Bacaannya pun sekarang bukan pictbook berseri, melainkan buku-buku untuk seusia kakaknya (insyaallah juga aman dibaca anak seusia adiknya). Nggak capek, ya? Kayaknya, sih nggak :D


Nggak Ada Televisi di Rumah

Kedengarannya memang aneh. Sebenarnya bukan nggak punya sama sekali, tapi televisi di rumah tiba-tiba saja mati dan nggak bisa nyala lagi setelah sekian lama nggak pernah kami gunakan…kwkwk. Kasihan, ya? Sampai sekarang, belum pengin beli televisi lagi karena nonton yang lain lebih seru :D


Karena kami jarang nonton televisi ataupun film di Youtube, tentu ini sangat berpengaruh terhadap kebiasaan anak-anak di rumah. Mereka jadi lebih sering main walau hanya di rumah, juga lebih banyak aktivitas kreatif seperti membuat mainan sendiri. Keduanya memang suka dengan buku. Alhamdulillah, meskipun pandemi sekolahnya online, mereka tetap nggak heboh memakai handphone, nggak dikit-dikit buka Youtube, dan insyaallah selalu minta izin dulu setiap kali mau nonton film kartun favorit mereka.


Ini adalah salah satu hal yang sangat saya syukuri. Karena kalau sudah kecanduan gadget, berat banget mau ngelepasinnya. Begitu juga dengan televisi. Dan berasa banget, kok mereka jadi nggak kreatif karena fokusnya yang asyik cuma nonton. Kok, tahu? Karena saya pernah ngalamin terutama di masa kakaknya masih kecil.


Nggak Ada Handphone Khusus Buat Anak-Anak

Beberapa hari lalu, ada kejadian agak horor di depan rumah. Ada jambret handphone di dalam gang. Bayangin, anak ini jalan di belakang ibunya, di dalam gang yang lumayan nggak sepi-sepi banget, tiba-tiba ada yang nyamber handphone-nya. Memang, beberapa hari sebelumnya saya sempat membatin ketika melihat dia melintas sambil main handphone, rasa ngeri saja lihatnya takut ada orang jahat. Qadarallah benar-benar kejadian. Alhamdulillah, anaknya baik-baik saja. Khawatirnya si jambret melukai anaknya. Karena kondisi sekarang membuat semua orang rela melakukan apa saja. Semoga nggak ada kejadian seperti ini lagi. Benar-benar jadi pelajaran bagi semua orang tua.


Salah satu alasan juga kenapa di rumah nggak ada handphone buat anak-anak ya nggak mau mereka jadi pegang handphone terus. Meskipun ada beberapa di rumah, semua milik saya dan suami. Ketika mereka butuh, mereka mesti meminjam bukan memiliki. 


Jangankan anak-anak, orang tua saja bisa nyandu kalau sudah pegang handphone. Itulah bahayanya, apalagi kalau sampai ke mana-mana mesti pegang dan mainin handphone. Benar-benar memancing kejahatan.


Di rumah, no game. Nonton film kartun pun dibatasi hanya ketika hari libur. Selebihnya, mereka bisa main lebih banyak, lari-larian walau sering diomelin takut kepentok sana sini…kwkwk, juga bikin-bikin! Bikin apa saja pokoknya…kwkwk. Sampai penuh rumah dengan bikinan mereka. Untuk sampai di kondisi seperti saat ini, tanpa paksaan, sama-sama sepakat, tentunya kami sudah melewati banyak sekali cobaan…haha. Jadi, semuanya nggak bisa diterapkan secara instan. Benar-benar butuh waktu, dan sabar, juga konsisten! 


Memanfaatkan Teknologi, Bukan Dimanfaatkan Teknologi

Apakah anak-anak yang nggak selalu pegang handphone itu nggak ngerti teknologi? Nggak juga, kok. Anak saya senang sekali membuat video animasi ataupun menggambar digital. Dia juga suka bikin game sendiri meskipun masih sederhana, tapi emaknya pun nggak bisa kalau disuruh bikin…kwkwk. Dia juga punya Instagram dan sering mengisi feed-nya dengan video ataupun gambar buatannya. Saya bilang, kita sedang memanfaatkan teknologi. Jangan malah sebaliknya, ya. 


Internet itu berguna jika dipakai untuk hal-hal positif. Misalnya ketika dia mau membuat mainan dari barang bekas, dia nyari dulu di Google dan dia pelajari caranya. Bukan handphone dipakai untuk hal-hal kurang perlu seperti game yang sampai bikin lupa waktu. Sesekali ada yang main, itu bukan masalah. Yang buruk itu sampai nggak bisa lepas. Teman-teman pasti pahamlah perbedaannya.


Internet bisa jadi hiburan, sangat membantu dalam kesulitan, tapi juga bisa membuat kita celaka. Edukasi tentang pentingnya pintar memanfaatkan teknologi dan berhati-hati ketika memakainya mesti diberikan jauh-jauh sebelum mereka menggunakannya. Jadi, jangan kebalik, ya. Nggak bisa kita ngasih tahu setelah mereka melakukan kesalahan. Bakalan lebih berat.


Hobi membaca anak-anak di rumah yang meningkat akhir-akhir ini terutama untuk si bungsu tentu saja sangat berpengaruh dari beberapa poin yang saya sebutkan di atas. Karena tanpa banyak nonton televisi dan main handphone, mereka jadi punya lebih banyak waktu untuk membaca. 


Setiap orang tua punya pilihan dan pertimbangannya masing-masing. Tentu saja ini adalah murni dari pengalaman saya pribadi dan yang menurut saya terbaik setelah melalui banyak kendala sebelumnya bersama anak-anak. Intinya, apa pun keputusannya, kita mesti komunikasi dulu sama anak-anak. Kesepakatan penerapan aturan harus dibuat bukan hanya dari orang tua saja, tapi anak-anak pun mesti setuju dan paham supaya semua aturan bisa dengan lebih mudah diterapkan. Semoga membantu, ya.


Salam hangat,