Friday, April 24, 2020
Resep Roti Manis Ekonomis
Dan kali ini saya nyoba bikin roti pakai resep dari akun @ayoe_widya83. Mbak Ayoe ini pinter banget bikin roti bentuk lucu-lucu yang nggak kebayang sama manusia biasa kayak kita...kwkwk. Jujur, imuut banget roti-roti sama bakpao-nya, lho. Saya pribadi belum bisa bikin secakep itu karena nggak telaten aja. Malah pengennya cepet kelar asal empuk dan enak dimakan.
Jadi, kemarin akhirnya saya nyoba salah satu resep roti milik Mbak Ayoe ini. Buat saya, resep ini termasuk ekonomis karena bahannya simpel aja dan hanya menggunakan 1 kuning telur. Beda dengan resep lainnya. Hasilnya? Empuk dan kokoh. Seratnya baguuus banget. Apalagi kalau dibuat roti unyil gitu, cocok banget. Ngebentuknya juga gampang.
Bisa Dibuat Menjadi Varian Roti Berbeda
Resep ini bisa kita kreasikan menjadi bermacam-macam jenis roti berbeda. Nggak harus dijadikan roti isi sosis, nggak harus dijadikan roti sobek isi, dll. Kemarin saya pun sempat membuat varian ala-ala roti boy gitu. Alhamdulillah, pas banget karena empuk dan topping-nya pun krispi.
Bikin roti susah, ya? Kalau sudah terbiasa mungkin nggak terlalu susah, ya. Hanya saja memang akan memakan waktu yang cukup lama. Kebayang dong ngulennya aja 1,5 jam gitu...kwkwk. Ini karena saya masih pakai hand mixer. Kemudian kita harus melakukan beberapa kali proofing. Nggak boleh buru-buru, biar rotinya mengembang sempurna dan hasilnya memuaskan.
Enaknya apa, sih bikin roti sendiri? Ketika keluar dari oven, nggak ada yang nandingin enaknya. Nggak usah dibayangin, langsung dicoba aja di rumah ya...haha.
Resep Roti Ekonomis
Di sini, Mbak Ayoe pakai air dingin dan UHT dingin. Kebetulan karena ada stok UHT di kulkas, akhirnya saya pakai full UHT. Dan soal takaran airnya, saya agak bingung dengan takaran beliau karena ketika dimasukkan, hasilnya memang lumayan kering dan cenderung kayak kurang air. Jadi, ngulennya lumayan berat. Nah, biar teman-teman nggak salah, misalnya mau menambahkan air pun tolong nggak perlu banyak-banyak. Dan coba dicampur dengan tangan dulu biar rata baru kemudian di-mixer.
Ketika sudah kalis, adonan dengan takaran air yang disebutkan ini pas banget, kok. Jadi, nggak ada yang salah sebenarnya sama resepnya. Hanya pas ngulen butuh kerja keras kalau memang nggak pakai mixer roti, ya.
Kemarin, saya hanya menambahkan sedikit air saja. Iya, hanya sedikit. Di sini saya akan tuliskan resep aslinya, ya. Selamat mencoba :)
200 gram tepung protein tinggi (contoh: Cakra)
50 gram tepung protein sedang (contoh: segitiga)
50 gram gula pasir
4 gram ragi instan
15 gram susu bubuk
20 gram kuning telur (1 kuning telur)
50 gram susu UHT dingin
85 gram air dingin (saya ganti full UHT)
35 gram butter atau margarin
3 gram garam
Mesis cokelat
Butter yang dibekukan
Keju spready
Ketika sudah kalis, adonan dengan takaran air yang disebutkan ini pas banget, kok. Jadi, nggak ada yang salah sebenarnya sama resepnya. Hanya pas ngulen butuh kerja keras kalau memang nggak pakai mixer roti, ya.
Kemarin, saya hanya menambahkan sedikit air saja. Iya, hanya sedikit. Di sini saya akan tuliskan resep aslinya, ya. Selamat mencoba :)
Bahan A:
200 gram tepung protein tinggi (contoh: Cakra)
50 gram tepung protein sedang (contoh: segitiga)
50 gram gula pasir
4 gram ragi instan
15 gram susu bubuk
20 gram kuning telur (1 kuning telur)
50 gram susu UHT dingin
85 gram air dingin (saya ganti full UHT)
Bahan B:
35 gram butter atau margarin
3 gram garam
Isian:
Mesis cokelat
Butter yang dibekukan
Keju spready
Bahan Topping Roti Boy
100 gram margarin atau butter
120 gram gula halus
1 bungkus kopi instan (seduh dengan 1 sdm air)
1 butir telur
120 gram terigu
Sedikit vanila cair
Cara membuat:
- Uleni bahan A sampai kalis (tercampur rata). Kemudian masukkan bahan B dan uleni lagi sampai kalis elastis. Ketika kita bentangkan sampai tipis, adonan nggak gampang sobek, nggak lengket juga di tangan.
- Bulatkan adonan dan diamkan selama 10 menit sambil ditutup. Biasanya, saya olesi wadahnya dengan minyak, ya sebelum didiamkan.
- Potong-potong adonan sesuai selera. Bulatkan. Saya bagi menjadi @40 gram per bulatan. Diamkan lagi selama 30 menit sambil ditutup.
- Ambil adonan dan beri isian. Diamkan selama kurang lebih satu jam atau sampai adonan mengembang dua kali lipatnya.
- Cara membuat topping: Seduh 1 bungkus kopi instan dengan sedikit air (bisa 1 sdm). Kemudian mixer mentega dan gula halus. Kemudian tambahkan telur. Mixer lagi. Kemudian masukkan kopi yang sudah dicampur sedikit air. Masukkan bahan sisa lainnya. Mixer sampai rata. Masukkan ke dalam plastik segitiga, kemudian gunting ujungnya.
- Semprotkan melingkar adonan topping di atas adonan roti yang sudah siap dipanggang. Kemudian panggang sampai keemasan suhu sekitar 180’C api atas bawah atau sesuaikan dengan oven masing-masing.
- Setelah keemasan, keluarkan dari oven dan angkat. Adonan kopinya nggak perlu nunggu sampai keras, ya. Karena nanti ketika dikeluarkan dari oven dan tidak panas akan mengeras sendiri.
Voila! Roti boy ekonomis ala-ala sudah siap disantap sambil ngeteh di sore hari *mohon maaf udah puasa, Bu...kwkwk. Roti boy ini kesukaan suami dan anak-anak. Rasanya pas, enak, krispi, pokoknya cukup buat ngobatin rasa kangen dengan roti boy yang asli...haha.
Saya membuat 2x resep. Jadinya sangat banyak, ya. Jika topping-nya lebih, kamu bisa simpan dulu di kulkas dan gunakan ketika sudah butuh. Jadi, nggak harus bikin adonan bolak balik, ya.
Salam hangat,
Tuesday, April 21, 2020
Covid-19: Allah Mau Kita Lebih Peka Lagi
Saat pertama tahu covid-19 sudah menginfeksi di Indonesia, jujur saja saya termasuk yang nggak terlalu panik. Waspada iya, tapi sampai borong masker, dll nggak kepikiran saat itu. Bukan karena nggak mau berhati-hati, tapi kayaknya kondisinya memang tidak seburuk saat ini.
Pemakaian masker dulu belum diwajibkan kecuali bagi orang sakit. Sedangkan sekarang, semua warga Indonesia sudah diharuskan menggunakan masker kain. Penggunaan masker ini diharapkan bisa meminimalisir jumlah pasien yang kena covid-19. Karena kita nggak pernah tahu siapa saja yang sudah positif dan bisa menulari yang lain. Sebab tidak semua orang yang kena covid-19 menunjukkan gejala yang sama. Bagi yang imunitasnya tinggi, sudah pasti lebih kuat ketika terkena covid-19.
Covid-19 Membuat Kita Belajar Lebih Peka
Lebih peka dalam hal apa, nih? Sadar nggak, sih sejak pandemi, banyak sekali pelajaran berharga kita petik. Iya, ini memang cobaan, ujian juga buat semua orang, sekaligus teguran. Tapi, setiap kepahitan yang datang silih berganti dalam hidup kita nggak mungkin datang gitu aja tanpa ada sebab, tanpa ada hikmahnya juga. Pasti Allah kasih pelajaran berharga di dalamnya. Tentunya asal kita ber-positif thinking.
Emang bisa ber-husnudzan di saat nggak mengenakkan seperti sekarang? Mana sempat mikir baik-baik, isi kepala penuh dengan kehororan...kwkwk. Insya Allah kita bisa. Insya Allah kita mampu melewati semua ujian ini dengan sabar dan kuat. Allah yang kuatkan kita, Allah yang mampukan kita untuk sabar.
Demi menjaga kewarasan, saya memang jarang nonton berita. Aslinya saya panikan. Kemarin-kemarin sering lihat video pemakaman dan cerita sedih soal keluarga yang ditinggalkan karena positif covid-19, nangis dong :(
Akhirnya kebawa perasaan dan mikir jadi ke mana-mana. Suami bersin aja parno. Saya tahu, nggak boleh kita meremehkan virus satu ini. Tapi, terlalu panik juga nggak bisa meningkatkan imunitas. Justru daya tahan tubuh jadi lemah.
Dengan tidak mengurangi kewaspadaan serta kehati-hatian, akhirnya saya memutuskan untuk menyaring informasi dari media mana pun. Nggak semua perlu dilihat dan dibaca. Nggak semua perlu diperhatikan apalagi ditonton sampai selesai. Cukup kita tahu harus bagaimana menjaga keselamatan diri, keluarga, dan orang lain. Bisa skip yang bikin panik apalagi berita hoax yang sering kita temukan di grup-grup Whatsapp.
- Lebih peka terhadap kebersihan
Dulu, kita jarang cuci tangan setelah beraktivitas di luar. Nggak seperti sekarang, pulang dari tukang sayur yang deket aja langsung cuci tangan, mandi, dan ganti pakaian. Anak-anak pun jadi lebih perhatian sama kebersihan terutama saat mau makan. Nggak perlu susah ngingetin, karena beberapa kali diedukasi lewat cerita mereka akhirnya paham.
Begitu juga dengan kita yang dewasa. Biasanya orang dewasa lebih ndableg ya kalau diingetin suka ngeyel...kwkwk. Tapi, sejak pandemi, suami jadi super rajin mandi, ganti baju, cuci tangan pun nggak ketinggalan. Sampai semua barang dicuci...kwkwk. Masya Allah. Semoga kebiasaan baik seperti ini nggak hilang setelah pandemi pergi.
- Lebih peka dengan orang lain
Jangan mentang-mentang kita fit dan masih muda, akhirnya jalan aja ke mana-mana. Nggak peduli apakah nantinya kita bisa menularkan ke orang lain terutama orang tua di rumah atau tidak. Asalkan kamu bahagia aja :(
Saat pandemi, kita nggak boleh kayak gini, lho. Kita harus peka dengan kondisi orang lain. Karena nggak semua orang yang kena covid-19 bisa kuat dan sembuh dengan mudah. Ada orang-orang tertentu yang lebih rentan dan berisiko tinggi, seperti orang tua kita di rumah.
Demi menjaga keluarga, terutama orang tua di kampung halaman, saya dan suami memutuskan nggak akan mudik tahun ini. Karena kondisinya juga nggak terlihat membaik. Padahal kami sudah beli tiket pulang pergi sebelum pandemi. Semoga masih bisa dibatalin tiketnya :(
Semua demi siapa? Kalau nurutin keinginan sendiri, pengennya mudik dan jalan-jalan aja. Tapi, sadar bahwa saya bisa jadi silent carrier, akhirnya saya memilih menunda mudik tahun ini daripada harus membahayakan orang-orang yang saya cintai. Atau, jangan sampai saya dzalim sama diri sendiri dengan membahayakan kesehatan saya nanti.
- Tengok kiri kanan kita
Nggak bisa kita hanya memikirkan perut sendiri di saat pandemi. Lihat kanan kiri kita, apakah ada orang yang akhirnya tidak bisa bekerja dan tidak punya penghasilan setelah pandemi? Di sini kita dituntut lebih peka terhadap yang lain. Di saat kita sendiri juga sedang berhemat dan butuh, di saat yang sama kita pun harus memikirkan apakah ada kenalan kita yang kelaparan atau kesulitan.
Donasi untuk orang-orang yang terdampak covid-19 atau untuk membantu tenaga medis bisa juga kita salurkan lewat lembaga terpercaya. Misalnya yang paling mudah saat ini adalah lewat kitabisa.com. Puluhan ribu hingga jutaan pun bisa kita salurkan.
Menariknya, jika dilakukan bersama-sama, ternyata terkumpul juga dananya. Walaupun hanya dari 10 ribu rupiah, tapi jika diberikan oleh banyak orang, 10 ribu akan bernilai juga dan bisa membantu sesama yang membutuhkan.
- Pekalah dengan teguran Allah
Eh, jangan merasa kita nggak punya dosa, ya. Karena semua dari kita pasti pernah melakukan kesalahan. Pandemi ini bukan hanya ujian, tapi juga teguran. Benar, bumi kayaknya sedang memulihkan dirinya. Sedangkan selama ini kitalah virus itu, yang sengaja merusak alam, yang sengaja mencemari, nggak sadar dengan kesalahan sendiri.
Belum lagi biasanya kita sibuk nyenengin diri sendiri. Nggak peduli sama kesulitan orang. Di saat seperti sekarang, akhirnya kita sadar bahwa ada banyak kesalahan pernah dilakukan. Shalat masih nggak bener. Khusyu'-nya mikirin cucian belum kering...kwkwk *eh ini saya dong...hiks.
Saat pandemi, kayaknya ajal deket banget, lho. Padahal, nggak ada pandemi pun harusnya kita udah siap-siap, ya. Mau bawa bekal apa, ya, nanti? Mau pensiun aja nyiapinnya dari jauh-jauh hari. Bagaimana dengan kematian yang bisa saja sudah dekat menghampiri?
Nggak perlu dibuat panik dan susah. Bukankah seharusnya memang selalu ada perbaikan di dalam hidup kita? Meskipun itu nggak mudah.
- Peka dengan keluarga yang membutuhkan kehadiran kita
Selama ini sibuk terus dengan pekerjaan. Ketika sampai rumah pun kadang jarang bercengkerama dengan anak-anak. Saat pandemi, saatnya kita belajar lebih dekat dengan mereka dan memberikan haknya mereka.
Selama ini, mereka butuh bermain dengan kita tanpa diduakan sama smartphone. Setelah pandemi, kita lebih lama di rumah bareng-bareng, masa masih dicuekin aja, sih? Ah, nggak peka banget ya kita ini :(
Tahu nggak, sih? Covid-19 bukan hanya membawa kesedihan, dampak buruk di mana-mana, tapi juga memberikan kita pelajaran berharga. Saya yakin, Allah paling tahu dengan apa yang kita butuhkan. Lebih dari sekadar apa yang kita inginkan selama ini.
Memetik hikmah dari pandemi ini, kita pun harus jujur sama diri sendiri, kira-kira sisi mana yang mesti dibenahi?
Salam hangat,
Featured image: Photo by Anna Shvets on Pexels
Monday, April 20, 2020
Resep Donat Kentang NCC
Selama ini, saya lebih sering membeli roti, camilan lain (terutama yang bikinnya ribet) karena berpikir waktu berjam-jam kayaknya mending buat menulis atau membereskan setrikaan yang menumpuk...hehe. Karena merasa waktu saya sangat terbatas dengan banyak aktivitas, akhirnya jarang nge-baking lagi.
Tapi, saat pandemik seperti ini, justru saya harus turun ke dapur lagi karena nggak mungkin menunggu pedagang lewat. kalaupun mereka lewat, bawaannya was-was kalau mau membeli. Meski capek minta ampun, banyak kerjaan terutama nulis naskah dan ngisi blog terganggu, tetap harus ngulen adonan lagi...kwkwk. Demi siapa? Demi mereka yang tiap hari nanyain camilan mulu...huhu.
Bawaannya kalau di rumah kayaknya selalu pengen ngemil, ya? Saya pribadi sering membuat roti lagi sekarang. Sesekali saya juga membuat donat. Antara donat dan roti, lebih suka mana? Saya lebih suka roti karena tidak pelru digoreng yang artinya minim minyak. Begitu juga dengan anak saya, katanya kalau makan donat bikin eneg.
Namun, sesekali nggak ada salahnya dong yang dicoba? Seperti biasa saya selalu pakai resep donat dari NCC. Dulu, sih selalu bikin versi tanpa kentang. Tapi, kali ini pengen banget nyoba yang ada kentangnya.
Hati-hati Menuangkan Air
Untuk adonan donat dengan kentang, kita harus hati-hati menuangkan air atau susu. Kenapa? Karena kentang kukus yang dihaluskan sudah mengandung air, sehingga kalau kebanyakan ngasih airnya bisa kelembekan dan susah sekali dibentuk *pengalaman, ya? Bener....kwkwk.
Resep-resep dari NCC insya Allah lembut banget hasilnya. Dengan catatan diulennya benar dan takarannya pun pas. Nggak usah modifikasi resep dulu apalagi jika kita baru pertama kali coba. Benar, ikuti saja dulu apa yang diarahkan di dalam resepnya, ya.
Untuk timbangan, saya pakai timbangan dapur digital yang banyak dijual di market place. Harganya murah banget, kok. Kalau nggak salah dulu dapat harga 35 ribuan doang. Sampai sekarang, masya Allah masih bisa dipakai.
Saya tidak menyarankan pakai timbangan kue selain itu karena pengalaman zaman dulu yang susah akuratnya terutama jika jumlah bahannya sedikit. Sedangkan kalau kita salah menakar, kue bisa bantat, kelembekan, dll.
Resep Donat Kentang NCC
Bahan:
250 gram terigu protein tinggi (contoh: Cakra)
50 gram gula pasir
25 gram susu bubuk
6 gram ragi instan
2 butir kuning telur
100 gram kentang kukus, haluskan
37 gram margarin atau butter
¼ sdt garam
50-60 ml air es (saya pakai UHT dingin)
Cara membuat:
- Campur terigu, susu bubuk, gula pasir, ragi, kentang yang sudah dilumatkan dengan garpu, serta kuning telur.
- Tambahkan air sedikit demi sedikit. Campur sampai rata. Ingat, ya, jangan kebanyakan ngasih airnya. Sebaiknya langsung diuleni dengan tangan dulu supaya tahu teksturnya sudah pas atau belum.
- Masukkan margarin dan garam. Uleni sampai kalis elastis. Saya uleni adonan hingga 1,5 jam, tapi ada jeda-jedanya ya. Ketika mixer panas, saya matikan, kemudian diuleni lagi, dst.
- Bulatkan adonan. Olesi wadah dengan minyak dan diamkan adonan selama 20 menit. Jangan lupa ditutup dengan kain bersih.
- Kempeskan adonan dan bagi menjadi beberapa bagian. Saya jadikan @40 gram. Bulatkan. Tutup dengan kain dan diamkan selama kurang lebih 20-30 menit. Tergantung suhu ruang.
- Panaskan minyak. Ambil satu per satu dan lubangi bagian tengahnya. Goreng sekali balik hingga keemasan. Pakai api kecil cenderung sedang saja, ya.
- Angkat dan sajikan dengan topping apa saja.
Semoga bermanfaat dan bisa jadi referensi untuk mengisi waktu luang di rumah, ya! Selamat mencoba :)
Salam hangat,
Friday, April 17, 2020
Gagal Mudik Saat Pandemi
Beda dengan sekarang yang sudah direncanakan jauh-jauh hari, tapi sayang akhirnya gagal pulang ke kampung halaman. Sedih? Pastinya. Sudah beli tiket pulang pergi, tapi akhirnya harus ditunda mungkin lebih tepatnya.
Andaipun masih diperbolehkan, saya pribadi memilih tidak mudik. Ngapain coba kita mudik, tapi akhirnya sampai sana harus karantina mandiri. Akhirnya sama aja nggak bisa ke mana-mana dan yang paling fatal bisa aja kita bawa si covid-19 ini ke orang tua yang sangat rentan. Nggak, kita nggak boleh egois dan memikirkan diri sendiri. Terutama bagi yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya. Mending kita lebaran aja di rumah masing-masing asal semua sehat dan selamat.
Mudik di kemudian hari masih bisa dilakukan. Sedangkan keselamatan tak boleh dianggap main-main dan sepele.
Orang Tua Setuju Kita Lebaran di Rumah Masing-masing Dulu
Nggak ada masalah soal ini. Hanya mungkin kami harus menahan rindu lebih lama lagi. Kamu tahu, Ibu selalu menghitung hari kepulangan saya. Bahkan beliau lebih hapal daripada saya yang akan pulang dan melakukan perjalanan. Ini memang bukan hal mudah, tapi demi keselamatan banyak orang, Ibu bilang nggak masalah tahun ini kita lebaran di rumah masing-masing dulu.
Kalau kondisinya sudah membaik, kita bakalan pulang lagi, kok. Kayaknya ini memang melegakan dan nggak jadi beban buat saya pribadi. Jika semua sehat dan selamat, kapan pun setelah pandemik kita bisa saja berkumpul lagi. Benar, kan?
Nggak Pengen Membahayakan Orang
Jangan sampai kita membahayakan keselamatan orang lain. Oke, kita masih sehat dan muda, andai pun kena covid-19, bisa aja hanya sakit ringan. Tapi, bagaimana dengan orang yang punya risiko tinggi?
Nggak boleh membayakan orang lain karena itu sama aja kita sudah dzalim. Bagaimana bisa kita bersenang-senang melakukan perjalanan sambil membahayakan keselamatan orang? Mending di rumah aja dan nggak mudik dulu jika demikian ceritanya.
Jika shalat Jumat saja ditiadakan, apalagi mudik di Hari Raya Idulfitri? Besok-besok kita bisa merencakannya lagi, insya Allah.
Rencana Selama di Rumah
Keadaan anak-anak yang harus sekolah di rumah sudah jauh lebih terbiasa sekarang. Nggak bosan dan nggak suntuk lagi. Ramadan tahun ini mereka bakalan full nggak sekolah. Jadi, enaknya ngapain aja ya selama Ramadan nanti?
- Pengennya tadarus Alquran bareng, shalat tarawih bareng, dan kurangin aktivitas online. Biar lebih fokus aja ibadah dan nemenin anak-anak. Ini baru harapan, ya. Semoga terealisasi.
- Karena bakalan lebaran di rumah, otomatis kita harus siapin kue lebaran dan rencananya bakalan bikin sendiri ajalah sama anak-anak sekalian isi waktu luang. Akhir-akhir ini saya sudah menggulung lengan baju dan turun dapur...kwkwk. Karena mau gimana lagi, penjual makanan bahkan roti saja tidak bisa lewat depan rumah. Akhirnya kalau pengen roti misal, harus pergi ke swalayan terdekat. Itu artinya harus keluar rumah lagi. Oh, no, saya nggak akan pergi-pergi terlalu sering. Mending bikin roti sendiri meski agak capek.
- Sering telepon orang tua. Iya, kabar kita yang jarang terdengar pasti bikin orang tua di kampung halaman panik. Jadi, meski sebentar, saya coba selalu menelepon sambil berkabar.
Tahun ini sangat spesial ya buat kita semua. Karena kita sedang dikasih ujian oleh Allah. Supaya lebih sabar, lebih sadar menjaga kebersihan, lebih dekat dengan keluarga, dan pastinya lebih peka dengan alam dan lingkungan. Meskipun khawatir dan takut, tapi tetap ada banyak hal patut kita syukuri.
Insya Allah, setelah pandemik berakhir, kita akan mudik lagi, ya! Tetap semangat, ya semuanya. Semoga Allah selalu mudahkan rezeki dan urusan kita. Aamiin.
Salam hangat,
Featured image: Photo by Andrienne Andersen on Pexels
Wednesday, April 8, 2020
Bikin Roti Manis NCC Bareng Si Kecil, Aktivitas Berfaedah Saat Harus Stay di Rumah
Saya bukan ibu yang biasa pergi antar anak sekolah. Karena sejak TK, si sulung sudah terbiasa berangkat dan pulang diantar oleh ojek langganan kami. Harusnya ketika pandemik seperti ini saya lebih siap menghadapi kenyataan bahwa kami akan ada di rumah selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan.
Kegiatan saya di luar rumah paling saat kajian seminggu sekali dan ada kelas belajar Bahasa Arab setiap Senin pagi. Selebihnya memang hanya di rumah dan berkegiatan layaknya ibu-ibu rumah tangga yang lain.
Kenapa mulai bosan? Kayaknya anjuran tetap di rumah sekaligus kekhawatiran soal wabah covid-19 ini benar-benar membuat suasana hati serba nggak nyaman. Memang sudah diusahakan happy apalagi saya termasuk orang yang punya banyak aktivitas meski hanya di rumah. Tapi, nggak bisa bohong juga kalau saya mulai bosan dan stres dengan keadaan seburuk saat ini.
Saya tinggal dan menetap di Jakarta sejak 2009 silam. Sejak menikah, saya diboyong pindah ke Jakarta dan tinggal bersama suami. Awal-awal pernikahan suka bosan juga, nih karena tiba-tiba aja pisah dari orang tua dan jauh dari saudara. Sedangkan suami saat itu sering banget dinas ke luar negeri minimal semingguan. Kebayang, orang baru di Ibu Kota, tiba-tiba harus sendirian di rumah...kwkwk. Bayanginnya aja jenuh... :D
Tapi, saat itu nggak segenting sekarang. Kalau sekarang kondisinya beda banget. Terutama di Kecamatan saya termasuk yang lumayan banyak orang kena covid-19. Belasan di Pondok Kelapa positif covid-19 dan beberapa sudah meninggal. Kemudian saya merasa tenang-tenang aja gitu? Rasanya agak mustahil.
Tapi, kembali lagi. Penyakit itu datang atas izin Allah. Dia menyebar dan menularkan pada semua makhluk karena izin Allah juga. Saya coba berpikir positif sambil terus ikhtiar. Insya Allah semua akan segera membaik dan kita bisa lewati ujian ini bareng-bareng.
Aktivitas Menyenangkan Selama di Rumah
Selain nonton drakor, kamu bakalan ngapain aja selama di rumah? Terutama yang punya anak kecil dan sudah sekolah plus punya banyak teman. Pas pandemik kayak sekarang ini, jujur merekalah yang paling banyak ngeluhnya. Bahkan teman-teman si sulung suka nangis kalau ngerjain tugas sekolah karena mulai lelah...kwkwk.
Beruntung si Mas nggak melow meski harus di rumah berlama-lama seperti sekarang. Kadang bete, sih ngerjain tugas, tapi tetap dia kerjakan dan nggak banyak drama. Dia happy aja selama di rumah meski nggak jarang berantem sama adiknya. Ketika saya tanya,
“Mas, bosen nggak, sih di rumah mulu? Temenmu udah pada nangis tuh karena bosan.”
Dengan santuy dia jawab, “Hmm, biasa aja. Ada senengnya, ada nggaknya. Seneng karena di rumah bisa main-main, tapi sering diomelin bunda. Pengen sekolah karena pengen ketemu temen-temen.”
GUBRAK!
Ternyata selama anak belajar di rumah, rata-rata emaknya berubah jadi jadi macan...kwkwk. Suka ngomel karena stres sama tugas sekolah yang belum kelar dan panik lihat cucian belum terjamah hingga siang hari...kwkwk. Bercanda ding :D
Biar nggak bosan di rumah sama si kecil enaknya ngapain aja, ya? Selesai mengerjakan tugas sekolah, si Mas biasanya main sama adiknya. Di rumah televisi nggak nyala, Sodara-sodara....kwkwk. Jadi, kalau nggak ada kegiatan, mereka bisa mati gaya. Tapi, saya perhatikan, kalau mereka tidak dibiasakan nonton televisi, justru lebih mudah berkreasi. Tapi, kalau keseringan nonton, mereka suka mati gaya dan nggak tahu mau ngapain. Akhirnya nonton lagi dan lagi.
Itulah kenapa saya memutuskan televisi di rumah cukup jadi pajangan aja. Mereka nggak dilarang nonton, kok. Sesekali mereka nonton Nusa atau Riko. Update terus tiap minggu...haha. Tapi, mereka merasa cukup dengan itu. Di lain waktu kadang bisa nonton lebih lama, tapi tetap ada batas waktunya. Jujur ini nggak mudah, tapi kalau dibebaskan, semua hapalan anak-anak buyar semua.
Iyess, kayak si sulung sekarang sudah mulai hapalan juz 29, sedang si bungsu yang 4,5 tahun hapalannya lompat-lompat sampai Al-Insan pun ikut buyar kalau keseharian diisi sama nonton dan nonton. Dan rasanya kerja keras emaknya nggak berguna lagi kalau sudah kayak gini.
Daripada nonton, mending banyakin aktivitas lain yang lebih berguna, contohnya baca buku, nulis cerita (kayak si sulung suka ngeblog di usia 8 tahun), main-main heboh sama adiknya...kwkwk, sesekali bisa juga coba permainan seru lewat Gooleh Search. Yups! Kita bisa main augmented reality macam-macam hewan. Selengkapnya kamu bisa baca di sini. Mbak Lelly, salah satu teman blogger saya ternyata hobi banget dong main beginian...haha. Pasti seru banget bisa menghadirkan kebun binatang di rumah, ya.
Belakangan saya mulai turun ke dapur lagi untuk pegang mixer dan oven. Yeay! Saya sudah rajin nge-baking lagi...haha. Beberapa hari ini saya lagi rajin bikin roti lagi. Dan hari ini saya coba bikin roti manis NCC yang super lembut. Bener, lembutnya nggak main-main. Kalau masih main-main namanya anak-anak, biasa itu :D
Memang agak ribet dan butuh waktu lumayan, tapi kita bisa sekalian ajak anak-anak membentuk adonan roti dan memberi isian sesuai selera. Seru banget, kan?
Resep Roti Manis NCC
Ingat, untuk mendapatkan roti super lembut dan seratnya bagus, kamu harus ngulenin adonan dengan baik. Saya pakai stand mixer, tapi kayaknya gagal karena kurang greget aja...haha. Akhirnya saya pegang ajalah mixer-nya seperti biasa.
Ngulennya berapa lama, Mbak? Sekitar 1,5 jam. Lama banget padahal udah pakai mixer...haha. Tapi, ini beneran serius, ya. Karena kalau kurang kalis, roti kita nggak bakalan empuk-empuk banget dan lembut gitu. Nggak enak, kan kalau empuknya tanggung...hadeh apa maksudnya...haha.
Bahan A
200 gram terigu protein tinggi
50 gram terigu protein sedang
50 gram gula pasir
25 gram susu bubuk
5 gram ragi instan
2 kuning telur
140 gram air es (saya pakai susu UHT dingin)
Bahan B
50 gram margarin
4 gram garam
Isian:
Mesis
Keju spready
Keju susu homemade
Cara membuat:
- Campur bahan A sampai rata, kemudian masukkan bahan B. Uleni sampai benar-benar kalis, ya. Sekitar 1,5 jam dengan hand mixer. Diamkan 10-15 menit.
- Tinju adonan dan bagi sesuai selera. Saya bagi adonan menjadi @40 gram. Diamkan lagi 10 menit.
- Kempeskan adonan dan beri isian kemudian tata di loyang yang sudah diolesi dengan margarin. Diamkan selama satu jam atau sampai mengembang 2x lipat.
- Panaskan oven 10 menit sebelum memanggang.
- Panggang adonan selama 12-15 menit (tergantung oven masing-masing). Angkat dan olesi segera permukaannya dengan margarin. Siap disantap!
Voila! Roti manis NCC siap jadi camilan di rumah. Ini favorit banget di rumah. Karena nggak ada roti seenak saat keluar dari oven. Satu loyang ini ludes dalam sekejap. Sisanya di loyang ukuran lebih kecil.
Gimana, gampang banget, kan? Lumayan untuk mengisi waktu luang barengan si kecil. Biar mereka nggak bosan dan tetap happy saat di rumah. Tetap semangat dan bersabar ya, teman-teman. Insya Allah pandemik ini segera berakhir atas izin Allah. Aamiin.
Salam hangat,
Gimana, gampang banget, kan? Lumayan untuk mengisi waktu luang barengan si kecil. Biar mereka nggak bosan dan tetap happy saat di rumah. Tetap semangat dan bersabar ya, teman-teman. Insya Allah pandemik ini segera berakhir atas izin Allah. Aamiin.
Salam hangat,
Sunday, April 5, 2020
Arti Usia 30 Tahun dan Hal-Hal Ajaib yang Menyertai
Sudah 30 tahun aja, nih? Serius? Perasaan baru kemarin memasuki usia 17 tahun *eh...haha. Alhamdulillah, hari ini tepat saya berusia 30 tahun. Owh, udah kepala tiga aja, ya? Baiklah. Kayak belum siap dengan sebutan kepala tiga. Bukan karena nggak siap jadi tua, karena itu sudah pasti dan tidak bisa dielak lagi, melainkan sepertinya saya belum terlalu dewasa untuk bisa disebut si kepala tiga.
Gimana, sih perasaan teman-teman di luar sana saat memasuki usia 30 tahun? Katanya saat usia segini kita sudah jelas lebih matang dan jauh lebih dewasa. Itu katanya, ya. Saya tidak sedang menceritakan diri sendiri karena entah sepertinya tidak banyak yang berubah kecuali beberapa hal.
Qadarallah, tahun ini adalah tahun ketiga saya mulai rajin ngeblog dan menulis buku. Itu adalah salah satu kabar baik karena hingga saat ini saya masih bertahan dan tidak menyerah. Ini adalah aktivitas yang saya syukuri, sebab saya ingin sampai nanti bisa tetap menekuni dua hal ini.
Buku ‘Simple Diet for Muslimah’ Akan Diterjemahkan ke Bahasa Melayu dan Terbit di Malaysia
Ini bukan arti usia 30 tahun, tapi kabar baik yang terjadi ketika memasuki usia 30 tahun...hihi*bisaa aja ya curcol sekalian promo...kwkwk. Sekitar tanggal 31 Maret kemarin, editor saya ngasih kabar, katanya buku solo ketiga saya di Quanta akan diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu dan insya Allah akan diterbitkan di Malaysia setelah sebelumnya buku ’99 Great Ways to be Wonderful Muslimah’ juga akan diterbitkan di sana.
Happy? Banget, Masya Allah. Nggak pernah kepikiran buku-buku saya bisa diterbitkan di sana. Bukan saatnya berbangga dan berpuas diri atas pencapaian ini karena masih banyak hal yang mesti saya kerjakan. Tapi, terima kasih, Allah sudah memberikan banyak kejutan indah di dalam hidup saya. Semoga ke depannya saya lebih bersemangat menyelesaikan naskah mengingat banyak respon positif yang masuk mengenai buku-buku yang sudah saya tulis selama ini *trik promo berikutnya...kwkwk.
Bisa Traveling dari Menekuni Hobi Menulis? Kenapa Nggak?
Saya bukan tipe orang yang terlalu antusias atau senang saat diajak traveling. Saya tipe anak rumahan banget pokoknya. Kalau mau pergi ke mana-mana, pasti agak deg-degan berlebihan. Tapi, sempat pada akhirnya saya berpikir, kayaknya seru juga bisa jalan-jalan ke luar negeri seperti yang lain, tapi please Allah, bukan hanya karena saya mampu dan punya uang buat bayar tiketnya, tetapi juga karena saya bisa menginspirasi lewat tulisan-tulisan saya.
Saya harap, seperti Ahmda Fuadi, kamu tahu, kan siapa dia? Bisa ke mana-mana karena karyanya*meski karena yang lain juga...kwkwk. Karena beliau diundang ke Unversitas A, B, dll. Saya berharap bisa merasakan hal yang sama meskipun ini adalah impian baru kemarin.
Voila! Di tanggal yang sama saya dapat kabar bahwa saya menjadi salah satu pemenang lomba blog bersama Cheria Holiday dan dapat tiket naik cruise ship bersama dua pemenang lainnya. Meski ini berangkatnya entah kapan mengingat sedang ada covid-19, tapi kayak masih mimpi aja. Eh, beneran, nih? :D
Beberapa tahun yang lalu, salah satu teman blogger juga sempat memenangkan lomba blog bersama Cheria Holiday dan dapat hadiah traveling gratis dong ke Beijing (CMIIW, kalau nggal salah ingat). Sempat takjub juga waktu itu, enak banget dari menulis bisa dapat hadiah traveling. Saya bisa nggak, sih?
Dan benar, memang nggak ada hal-hal mustahil terjadi di dalam hidup kita karena kita nggak hidup hanya dengan kedua tangan dan kaki sendiri saja, tapi kita itu hidup dengan hal-hal ajaib yang Allah datangkan juga. Bahasa simpelnya seperti itu.
Sampai detik ini, di usia yang masih layak disebut muda *bener-bener nggak siap tua kayaknya...haha. Saya masih selalu antusias kalau diajak ngobrol soal impian. Karena banyak hal ajaib terjadi di dalam hidup saya atas izin Allah yang berawal dari impian.
Belajar Lebih Dewasa dengan Bersikap Masa Bodo
Kemarin saya baru saja membeli buku karya Mark Marson berjudul ‘Sebuah Seni untuk Bersikap Bodo Amat’. Baru bab-bab awal bacanya, tapi sudah terkesan banget dengan buku satu ini. Yups! Masa bodo itu bukan nggak peduli, lho. Tapi begini,
Kamu menjatuhkan saya dan membenci saya karena rasa iri, padahal kamu teman saya, kamu mentor saya, kamu sahabat saya! Oke, saya tahu itu menyakitkan, tapi terus kenapa? Bodo amat!
Sebab ada hal-hal lebih penting yang bisa kita pikirkan ketimbang memikirkan hal receh seperti itu. Sama seperti buku ustadz Arafat, di sana disebutkan bahwa kita itu sebaiknya tidak membedakan masalah satu dan lainnya. Nggak boleh anggap masalah A berat, dan B lebih ringan. Anggaplah semua masalah itu ringan dan sepele sehingga kita nggak merasa terbebani karenanya.
Kemudian kita cari hal lebih penting untuk dipikirkan ketimbang hal-hal nggak berguna semacam itu. Contohnya? Misalnya lebih fokus sama target dan tujuan kita. Sibukkan diri dengan aktivtas positif, gabung sama komunitas yang bisa memotivasi, sampai-sampai kita nggak ada waktu untuk mengurusi yang nggak perlu. Yess, sesimpel itu.
Memangnya bisa diterapkan? Kita berjalan sambil belajar, kita berjalan sambil berproses. Saya tahu nggak akan mudah mengubah karakter kita di usia sekian, tapi banyak perubahan terjadi setahun terakhir karena saya menginginkannya.
Apa arti usia 30 tahun buat saya? Semakin berkurang usia, semakin harus menikmati dan mensyukuri *pencitraan, ya? Haha. Itu harapan, belum sepenuhnya jadi kenyataan. Di tengah pandemi seperti sekarang, rasanya banyak hal sederhana berubah jadi luar biasa. Karena dulunya nggak disyukuri dan nggak terlalu diperhatikan, sekarang baru berasa gitu.
Saya berharap semua ini segera berlalu. Rasanya seperti mimpi buruk, tapi kita nggak bangun-bangun...hiks. Rencana mudik tahun ini pasti akan saya ikhlaskan untuk diundur, semoga nggak terlalu lama. Sudah beli tiket pulang pergi Jakarta-Malang. Tapi, Allah punya rencana lain.
Bagi saya, nggak perlu maksain mudik karena saya juga nggak mau bawa covid-19 buat keluarga di kampung halaman. Saya lebih senang lebaran sendiri-sendiri dulu, penting semuanya sehat, insya Allah.
Gimana dengan kamu? Masih betah, kan di rumah aja kecuali memang mengharuskan beraktivitas di luar? Di saat seperti ini, kita butuh lebih peka, lebih peduli, dan punya empati kepada yang lain. Sehat-sehat ya, kamu!
Salam hangat,
Featured image: Photo by Lisa Fotios on Pexels
Friday, April 3, 2020
Kirim Naskah Lebih Mudah Lewat Gramedia Digital Publishing System
Kemarin, ramai-ramai semua penerbit Kompas Gramedia mengumumkan kabar baik ini. Mulai dari BIP, Elex Media, serta GPU. Para penerbit dengan senang hati memperkenalkan portal berbasis web yang bertujuan menjembatani penerbit-penerbit Kompas Gramedia dengan penulis. Jadi, kamu yang masih bingung mencari alamat email editor penerbit mayor, boleh dong coba masukkan naskahnya di sini.
Tentu saja ini sangat memudahkan semua penulis terutama yang pemula. Di mana kebanyakan dari kita suka bingung mau kirim naskah lewat mana, nih? Atau, ke GPU menerima naskah nonfiksi nggak, ya? Elex Media menerima naskah apa saja? Dan bla bla.
Sekarang, kita bisa cek langsung penerbit apa saja yang menerima naskah seperti nonfiksi, fiksi, religi, naskah anak, dan sebagainya. Ini, sih kabar bahagia banget, ya. Saya, sih senang sekali dan langsung mendaftarkan diri kemarin.
Nunggu Review dari Penerbit Berapa Lama, ya?
Ada beberapa penulis yang masih bertanya-tanya soal ini. Yups! Biasanya, penerbit akan me-review naskah kita selama maksimal 3 bulan. Tapi, ada beberapa penerbit yang me-review lebih dari itu. Ada juga yang jauh lebih cepat.
So, sabar, ya dan sebisa mungkin lupain aja tentunya sambil diperiksa setelah 3 bulan kemudian. Karena kalau ditunggu, pastilah bikin bimbang dan ragu *eaaa. Iya, siapa yang sabar menunggu naskah sendiri berlama-lama? Pasti semua ingin segera diterima lekas-lekas. Nggak hanya kamu, kok. Saya pun sama.
Tapi, memang kirim naskah ke penerbit juga ada etikanya. Jangan main kirim tarik dan lempar ke sana sini. Jika mau mengikuti alurnya, harusnya kamu menunggu naskahmu itu hingga maksimal 3 bulan misalnya. Jika tidak ada kabar, kamu bisa tanyakan kembali atau kirim email yang menyatakan bahwa kamu menarik naskahmu dengan alasan belum dijawab hingga 3 bulan, dsb.
Merepotkan dan nggak sabar? Ya sudah, kamu urungkan saja niatmu untuk jadi penulis, ya :)
Sebab jadi penulis kenyataannya memang sesulit itu. Belum lagi ngerjain naskah butuh waktu dan tenaga yang lumayan banget. Makannya ketika kemarin ramai-ramai banyak orang membagikan ebook tanpa izin penulis, rasanya ikut kesal. Kalian kurang main, ah! Kalau memang mau baca gratisan, install ipusnas atau iJakarta. Saya pasang keduanya, lho di tablet dan handphone. Jangan sampai kita melakukan perkara haram kayak gini. Nggak keren sama sekali.
Atau jika kalian mati gaya, bikin blog gratisan aja dan curhat di sana. Jauh lebih positif daripada membaca buku hasil curian. Eits, sekasar itukah? Faktanya memang iya. Apa namanya kalau bukan hasil curian? Barang yang diambil tanpa izin kemudian digunakan bahkan dibagi-bagikan hingga merugikan pemiliknya?
Sampai heran karena kemarin sempat ada dm dan nembak langsung, “Kak, apa bener kakak yang bagi-bagiin ebook gratis? Yang Pulang Pergi-nya Tere Liye?”
Gubrak! Kwkwk. Teman saya yang lain pun sama, langsung diminta malah...haha. Padahal, saya tahu pun nggak awalnya. Setelah menerima dm itu, barulah saya bertanya kepada teman-teman dan tahulah saya bahwa ini nggak main-main (maksudnya nggak main-main banyaknya yang nge-share). Jahat, ih!
Dedek Gemes, Menulis Buku Itu Bukan Perkara Mudah!
Yess! Nggak sama seperti nulis curhatan, butuh riset dan referensi yang banyak untuk merampungkan sebuah buku. Dan kamu, seenaknya membaca dan membagikan yang bukan hakmu?
Salah satu teman penulis curhat soal ini karena salah satu bukunya pun sempat diginiin. Sedih banget, kan? Karena menulis bukan hal mudah, tak semudah mengedipkan mata, maka hargai jerih payah dan kerja keras orang lain. Saya yakin, semakin millenial seseorang, seharusnya semakin cerdas juga dia. Semakin pintar ponselnya, semakin pintar juga orangnya. Bukan begitu?
Tahu nggak gimana proses menulis buku itu? Beberapa penulis menghabiskan waktu di depan laptop hingga tengah malam, sebagian harus rela melupakan kesenangannya supaya naskahnya cepet kelar, sebagian lagi sampai mual *nunjuk diri sendiri...haha.
Dan lucunya, ini nggak hanya di-share di kalangan millenial, yang dewasa pun sama-sama antusiasnya. Soalnya tadi salah satu teman saya pun bercerita tentang hal serupa sambil menunjukkan status bagi-bagi ebook gratis. Kalau memang diizinkan penulis, nggak masalah. Masalahnya yang dibagikan rata-rata dicolong dari ‘rumahnya’.
Kirim Naskah Lengkap atau Berupa Outline?
Sebaiknya kirim naskah lengkap. Nggak paham berapa tebal naskah yang mesti dikirim? Ambil saja standarnya. Biasanya nonfiksi minimal 120 halaman. Fiksi bisa 150 halaman atau lebih. Naskah anak bisa lebih bervariasi.
Kenapa harus naskah lengkap? Karena hampir semua penerbit hanya mau menerima naskah lengkap, lho. Jadi, nggak ada salahnya kita selesaikan dulu naskah itu, kemudian kirimkan ke penerbit yang kamu inginkan.
Bagaimana Cara Mengirimkan Naskah Lewat Gramedia Digital Publishing System?
Sebelumnya, kamu mesti registrasi dulu di sini, kemudian mengisi profil lengkapmu. Alurnya adalah:
- Pilih penerbit yang kamu inginkan.
- Upload naskahmu.
- Proses review.
- Naskah diterima.
Beberapa penerbit yang bisa kamu pilih di antaranya,
Uniknya, kamu bisa memilih beberapa penerbit sekaligus. Jadi, ada list penerbit yang bisa kamu jadikan prioritas. Menarik banget, ya? Jadi nggak sabar pengen nyoba juga :)
Kirim Naskah di Sini Berbayarkah?
Kemarin, sempat ada yang bertanya di kolom komentar soal ini. Ternyata masih banyak penulis yang belum mengerti. Menerbitkan naskah di penerbit mayor tidak berbayar, ya. Justru kamu yang akan dibayar andai naskahmu lolos seleksi dan berhasil terbit. Yess, nggak sama dengan penerbit indie atau menerbitkan buku sendiri.
Jadi, nggak perlu memikirkan biaya saat mau mencoba. Cukup pikirkan naskahmu saja.
Gimana? Sudah berani mencoba, kan? Jangan mau hanya jadi penonton, ya! Kamu juga berhak mencoba peluang yang ada. Tentunya kalau kamu memang mau dan menginginkannya. Selamat mencoba!
Salam hangat,
Featured image: Photo by Min An on Pexels
Desain grafis: Koleksi pribadi
Subscribe to:
Posts (Atom)