Contoh Kesan dan Pesan Akhirussanah Anak TK dan Tips Supaya Anak Bisa Tampil Percaya Diri

Tuesday, June 25, 2019

Contoh Kesan dan Pesan Akhirussanah Anak TK dan Tips Supaya Anak BisaTampil Percaya Diri
Photo by Aaron Burden on Unsplash


Sebenarnya, postingan tentang kesan dan pesan akhirussanah anak TK ini sudah pernah saya posting di blog, bahkan sejak awal-awal saya membuat blog ini. Tapi, karena selalu nongkrong di antara postingan populer, saya merasa aneh dong. Masa iya postingan seperti ini banyak dibaca? Ah, eror nih pasti…kwkwk.


Sayangnya, saya terlambat tahu…hiks. Ternyata, postingan berisi kesan dan pesan singkat ini memag cukup banyak diminati, dibaca hingga ribuan kali. Nah, lho. Postingan pun sudah dihapus, Guys. Akhirnya sayang dan nyari-nyari lagi teks aslinya yang pernah saya buat untuk si sulung saat dia TK dulu.


Alhamdulillah, masih tersimpan rapi di sini. Pagi ini nggak mau mengulang kesalahan, ingin saya posting kembali karena Insya Allah sangat bermanfaat bagi yang suka bingung mencari kesan pesan untuk acara perpisahan TK nanti.


Teks dalam kesan pesan akhirussanah TK ini dulu pernah dibacakan oleh putra sulung saya dengan lantang. Dia pun membacanya tanpa membawa teks waktu ini. Masya Allah, padahal sebenarnya dia bukan termasuk anak yang percaya dirinya tinggi juga. Masih suka minderan, masih diam ketika disapa tetangga, masih nolak kalau disuruh beli sesuatu sendirian. Dan masih banyak hal lain yang mungkin nggak banyak orang tahu.


Tapi, ketika disuruh tampil seperti ini, dia merasa baik-baik saja, lho. Kalimatnya tersusun rapi, tanpa gugup apalagi pingsan seperti emaknya waktu SD dulu…kwkwk. Dia pun sempat menjadi juara pertama lomba bercerita di sekolahnya. Teks selalu saya buatkan sendiri dengan kalimat lebih simpel. Dia kelihatan paham banget irama seperti apa yang harus dibawakannya. Mirip saat dibacakan cerita.


Membuat anak menjadi percaya diri memang bukan hal mudah. Saya pun termasuk orang yang minderan bahkan hingga dewasa dan menikah. Orang terdekat pasti sangat paham seperti apa saya ini. Berbeda ketika sedang menulis, saya bisa leluasa meluapkan kalimat-kalimat apa pun, coba kalau pas ketemuan, mati gaya banget.


Dan itu sebenarnya tidak terjadi begitu saja, ya. Peran orang tua saya dulu sangat berpengaruh besar untuk proses pertumbuhan saya. Misalnya saja, pergaulan saya agak dibatasi saat kecil, karena rasa khawatir orang tua yang berlebihan, saya jarang diberi izin untuk pergi bareng teman, sekolah jauh-jauh, apalagi ikutan rekreasi bareng teman sekelas.


Dulu banget, saya masih ingat, demi bermain bersama teman-teman yang termasuk tetangga, saya sampai lompat dari jendela karena pintu dikunci. Siang hari, wajib bobok siang. Tapi, malah kabur, Guys…kwkwk. Saya pun dulu sedikit tomboy karena Bapak pengen banget punya anak cowok, sedangkan yang keluar malah bidadari begini *eaaa, please, jangan mual…kwkwk.


Alhasil, saya didandanin seperti anak cowok. Selalu pakai celana dan kaos oblong, bahkan rambut saya dipotong pendek dengan ekor kuda di belakang. Plus dipakein kopyah…haha. Beruntung, kelas 3 SD kalau nggak salah, saya mulai mau pakai rok. Lucu juga kalau diingat. Jadi, dulu-dulu, udah biasa manjat pohon jambu sampai tinggi, pas turun, paha kena batang pohon yang ditebang, kegores sampai panjang dan berdarah. Dalam keadaan pakai rok juga…kwkwk. Duh, buka aib banget. Entah kenapa, kenangan itu malah muncul semua ketika menulis ini…hiks.


Saat punya anak, mau nggak mau pengalaman masa lalu sedikit membebani. Meskipun sudah jadi ibu, saya tetap suka minder. Gaya saya pasti kebaca sama anak. Dia pun ikut-ikutan pemalu seperti saya. Bingung dan salah tingkah saat bersama orang-orang baru. Sumpah, itu nggak enak banget. Kamu pernah ngerasain yang begini?


Pesan yang Disampaikan Lewat Cerita dan Gambar


Tapi, saya punya cara sendiri yang mungkin bagi orang sedikit nyeleneh dan unik. Yups! Saya senang bacakan cerita sama anak-anak. Saya ilustrasikan cerita berbeda, saya sampaikan pesan atau nasihat melalui cerita bergambar. Gambarnya nggak harus bagus, Guys. Yang penting mereka paham apa yang ingin saya sampaikan.

Saat itu saya belum tahu kalau si sulung punya tipe belajar visual, yang lebih mudah dijelaskan lewat gambar, yang lebih senang bercerita dan mendengarkan lewat gambar. Alhasil, itu ‘masuk’ banget ke pikiran dia. Cerita yang diulang-ulang, sugesti positif yang terus menerus disampaikan akan melekat dengan mudah dan tanpa paksaan.


“Kamu harus berani ke sekolah sendiri.”


Bisa saja kamu menasihati anak-anak dengan kalimat seperti itu, tapi, rasanya malah bikin anak takut nggak, sih? Saya sampaikan dengan cara berbeda, misalnya sambil menggambar sosok Ibu Gurunya, saya katakan bahwa dia bisa aman di sekolah meskipun tanpa saya. Karena di sekolah sudah ada Ibu Guru yang menjaga dan menemaninya. Setiap waktu pulang tiba, saya akan datang tepat waktu. Dia tidak perlu khawatir.


Dan, voila! Dengan kalimat seperti itu, yang diulang-ulang setiap hari, disertai gambar supaya anak lebih senang mendengarkan dan melihat, qadarallah, anak Bunda yang nggak pernah lepas dari emaknya ini malah happy dan tanpa beban ketika pertama kali masuk sekolah hingga seterusnya. Benar-benar nggak ditungguin di hari-hari pertama dia sekolah. Bahkan dia nggak ngeluh ketika emaknya nggak bisa antar jemput mengingat saya baru melahirkan si bungsu.


Hal-hal menyenangkan semacam inilah yang harus ditanamkan pada anak-anak. Begitu juga ketika mereka mau tampil di depan orang banyak. Ajari dia sampai benar-benar bisa. Cari waktu terbaik buat latihan. Biarkan dia menyukainya, kalau nggak suka, ada baiknya jangan dipaksakan. Selain kasihan, hasilnya pun nggak akan maksimal.


Jangan Dibandingkan


Membandingkan anak kita dengan anak orang juga bukan hal yang tepat. Sangat tidak enak ketika dibandingkan dengan orang lain. Kamu pernah mengalami hal itukah? Saya pernah. Dan rasanya nyesek banget, lho.


Setiap anak punya kemampuan berbeda. Semua terlahir hebat. Hanya saja, kehebatan mereka berbeda pada masing-masing bidang. Tidak semua anak TK pintar menggambar dan mewarnai. Tidak semua juga senang duduk anteng sambil membaca. Ada anak yang senang lompat-lompat, bisa jadi nantinya dia akan jadi atlet. Begitu seterusnya. Sampai sini paham, ya? Hihi.


Jangan Remehkan, Apresiasilah Kerja Keras Mereka


“Ah, kamu mana bisa seperti si A.”


Sakit, Guys digituin…kwkwk. Anak-anak kita adalah mereka yang berbeda dengan anak orang apalagi anak tetangga sebelah. Jika mau membuat mereka percaya diri, jangan mudah meremehkan kemampuan apalagi usahanya. Mereka sudah bekerja keras, memperlihatkan hasilnya pada kita, eh tiba-tiba ada yang nyeletuk, menjatuhkan dan memuji anak orang. Patah hati mereka. Hancur sudah semuanya.


Mending kamu kasih penghargaan buat kerja kerasnya. Pujian tak selalu menerbangkan, justru pujian yang tepat, dalam porsi yang pas akan membuat mereka punya rasa percaya diri yang utuh.


Kita pun sebagai orang tua harus memahami kembali, bahwa anak kita berbeda dengan anak orang lain. Dia punya kelebihan yang tidak dimiliki anak orang, tetapi kekurangannya pun tak penting untuk dilebih-lebihkan.


Fokus saja dengan apa yang menjadi kelebihannya. Jangan malah ribut sama kekurangannya. Sebenarnya kita sedang ingin membangun pondasi dari kelebihan anak atau dari kekurangannya? Hmm, coba, mending yang mana?

 Banyak Berlatih


Rasa percaya diri juga akan muncul ketika mereka merasa siap. Latihan tanpa memaksa itu memang harus. Tapi, jika menolak, coba selidiki dulu, sebenarnya sejak awal mereka menginyakan atau hanya kitanya yang maksa? Jika sejak awal mereka memang mau dan ingin tampil, biasanya mereka dengan senang hati akan berlatih. Itu sependek pengalaman saya, ya.


Tapi, kalau sejak awal sudah dipaksa, bisa jadi ke depannya akan sangat sulit. Bahkan ada yang akhirnya nggak mau datang ketika hari H. ‘kan ribet banget kalau kayak gitu?


Buatlah Teks yang Simpel, dengan Jeda Napas yang Pas


Napas anak saya itu pendek-pendek. Yaiyalah, dia masih anak-anak. Jadi, saya usahakan membuat teks yang pas sesuai ritme napas dia. Saya juga menyusun kalimat yang pendek sehingga dia mudah menyampaikan, dia pun paham dengan teks itu.


Kebanyakan saya memang membuatnya sendiri. Kalau mencari di internet, biasanya kepanjangan, kalimatnya susah. Jadi, coba deh buat sesuai kosa kata yang mereka kuasai. Jadi, ketika mau menghapal pun, mereka akan jauh lebih mudah. Nggak ribet bikin teks seperti ini, jika mau, kamu bisa pakai teks di bawah seperti yang akan saya contohkan nanti. Simpel, ‘kan?


Apresiasi Kerja Kerasnya, Apa pun Hasilnya


Dia sudah latihan, kerja keras menghapalkan juga, tapi, ketika hari H, dia malah gugup, kalimatnya pun patah-patah. Dia bergetar, ujung-ujungnya buyar semua yang sudah dipelajari. Tenang, Guys, jangan buru-buru menghakimi. Dia sudah berusaha, kalau kita legowo, nggak memaksa dia berhasil apalagi hebat seperti yang diimpikan orang tuanya, mereka akan mengerti juga, kok.


Menjadi hebat itu pasti ada prosesnya. Kupu-kupu harus jadi ulat menggelikan dulu sebelum bisa terbang seindah yang kamu lihat di atas bunga. Begitu juga dengan anak kita. Dia akan berproses, akan jadi hebat dan menakjubkan pada saatnya. Tinggal kamunya, mau sabar atau menuntut tanpa hati?

Teks Kesan dan Pesan Akhirussanah Anak TK


Dan, di bawah ini adalah kesan dan pesan anak TK saat akhirussanah yang dulu sempat saya posting di blog. Bisa kamu intip, boleh kamu pakai sesuai kebutuhan. Semoga bermanfaat, yuk, bahagia dan bersyukur.

 

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.. Yang saya hormati kepala sekolah TKIT XXX, ibu XXX. Yang saya hormati ketua yayasan XXX, Bapak XXX Yang saya hormati bapak serta ibu guru. Yang saya sayangi, ayah dan bunda serta teman-teman semua. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat kepada kita sehingga bisa menghadiri acara akhirussanah TKIT XXX tahun pelajaran 2016-2017. Sholawat dan salam semoga Allah curahkan kepada nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Di sini, saya mewakili teman-teman ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru. Karena telah sabar membimbing kami. Sekarang kami sudah pandai membaca dan menulis. Kami pun belajar tentang sopan santun. Menghormati orangtua dan menyayangi teman. Ibu guru…kami sungguh banyak berhutang budi padamu. Karena ibu gurulah kami bisa seperti sekarang. Waktu berjalan cepat. Dulu kami sering merepotkanmu. Kadang kami membuatmu sedih atau pun marah. Tapi, ibu guru tetap sabar mendidik kami. Kami sungguh senang bisa menjadi bagian dari sekolah ini. Sekolah ini sudah seperti rumah bagi kami. Ada banyak orang yang menyayangi kami dengan sepenuh hati. Ibu guru…maafkanlah semua kesalahan kami. Ridhoi kami supaya ilmu kami bermanfaat. Doakan kami supaya bisa menjadi manusia yang berguna bagi agama dan Negara ini. Kami memang akan pergi dari sekolah ini, namun ibu guru akan selalu ada di hati kami. Untuk adik kelas kami, jangan lupa belajar yang rajin. Hormati ibu guru. Tirulah yang baik dari kami. Suatu saat kami akan sangat merindukan kalian. Kami sudah tidak bisa lagi belajar di sekolah ini. Namun, kami berjanji akan bersungguh-sungguh melanjutkannya. Kami gantungkan cita-cita setinggi langit. Insya llah kami akan menggapainya. Doakan kami… Akhirnya, cukup sekian yang bisa saya sampaikan. Mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan di hati. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Salam,

Comments

  1. makasih kak informasinya...
    mampir ke blog ana juga yaa

    ReplyDelete
  2. Masya alloh....
    Sungguh menginspirasi saya bun,
    Terima kasih ilmuny

    ReplyDelete