Wednesday, February 21, 2024

Menjadi Orang Tua Saklek Atau Melonggar?

Menjadi Orang Tua Saklek Atau Melonggar?
Photo by Kelly Sikkema on Unsplash


Kita mungkin pernah memberikan aturan kepada anak-anak, tetapi justru kita sendiri yang melanggar atau tidak konsisten dengan aturan tersebut. Teman-teman pernah melakukannya?


Sebagai orang tua, saya selalu berusaha konsisten dengan apa yang saya sampaikan kepada anak-anak, tetapi saya tidak memungkiri jika di lain waktu saya sendirilah yang melanggar aturan tersebut. Saya paham, ketidakkonsistenan kita memberikan aturan justru membuat anak-anak nggak bisa diatur. Seperti saat kita melarang anak-anak membeli mainan saat belanja bulanan ke supermarket, tetapi di lain waktu justru kitalah yang menawarkan mainan lucu kepada mereka saat belanja bulanan. Hah?


Aturan yang tidak konsisten akan membuat anak bingung. Kemarin, kita melarang ini, tetapi besok kita mengizinkannya. Anak-anak jadi kesulitan untuk melakukan hal yang seharusnya, tetapi dalam kasus berbeda, sejujurnya saya suka dengan aturan yang lebih longgar.


Saya membuat aturan bersama di rumah, yakni nonton film kartun di hari libur sekolah dengan jumlah yang kami batasi. Namun, saya pernah mengajak anak-anak nonton film kartun tepat di saat mereka akan ujian.


Saya ingat betul, ketika besoknya mau ujian, mereka harus belajar dengan serius (meski tanpa diminta), sampai capek, sampai kelihatan banget bahwa mereka suntuk. Saya pribadi, andai diminta untuk belajar seperti itu, saya juga akan kelelahan. Jika dipaksa terus menerus menghadapi buku-buku dan mata pelajaran, mereka tidak akan merasa mudah, akan tetapi justru stres dan sulit memahami materi pelajarannya.


Jadi, saya memutuskan bahwa kita harus rehat sebentar sambil nonton kartun pendek yang lucu. Saya melanggar aturan yang kami buat bersama, saya melonggar, tetapi untuk alasan yang masuk akal dan ternyata itu tidak membuat mereka jadi mudah melanggar aturan yang kami sepakati di kemudian hari. Yes, melonggar sesekali menurut saya nggak masalah, asal kita bisa melihat situasinya memang dirasa tepat.


Steril atau Membentuk Imunitas?

Satu lagi yang pengin saya bahas dari aturan-aturan yang sering kita terapkan pada anak-anak. Seperti penggunaan gadget di rumah yang memang tidak dianjurkan terlalu dini diberikan. Nah, ada orang tua yang benar-benar tidak memberikan gadget dan nonton televisi. Sama sekali nggak diberikan sehingga anak-anak hampir tidak tahu film Upin Ipin, dan sebagainya.


Tidak ada yang salah dalam aturan semacam ini, tetapi untuk saya pribadi, saya lebih senang mengedukasi anak-anak soal gadget dan tetap memberikan kelonggaran pada mereka untuk menggunakannnya sesuai kebutuhan, membolehkan mereka nonton film kartun di hari libur dengan aturan film-nya hanya yang aman dan saya edukasi juga mana film kartun yang tidak layak mereka tonton. Sehingga mereka paham kenapa begini boleh, kenapa yang begini nggak boleh. Mereka sudah tahu semua alasannya dan tidak penasaran lagi.


Kenapa saya lebih memilih menumbuhkan imunitas pada mereka dibanding harus benar-benar steril? Karena mereka akan bertemu dengan teman-teman baru di sekolahnya yang mana kita tidak tahu lingkungan mereka seperti apa, apa yang orang tua mereka ajarkan, apa yang mereka dapat dari teman-teman lain di luar. Siapa yang bisa menjamin anak-anak kita akan selalu steril dari hal-hal yang selalu kita sembunyikan karena dianggap tidak aman?


Tema pacarana dan pornografi jangan dianggap tabu. Bahkan meskipun anak-anak kita masih TK dan baru mau masuk SD sekalipun. Jauh-jauh hari, bantu mereka mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilihat. Tentunya sampaikan dengan bahasa yang sesuai usia. Jangan sampai mereka tahu lebih dulu dari teman-temannya.


Pengalaman pribadi, saat anak saya masih kelas 1 SD, ada temannya yang bercerita soal adegan pornografi yang akhirnya informasi ini sampai pada kami saat makan malam. Kaget? Bangetlah. Anak sudah masuk SDIT, tetapi masih dapat informasi yang semenakutkan ini? Apalagi usia mereka masih sangat kecil. Akhirnya saya coba sampaikan pada wali kelas dan dikonfirmasi ke anak yang bersangkutan. Alhamdulillah, orang tuanya jadi tahu apa yang sebelumnya mereka tidak ketahui sehingga mereka bisa mengedukasi putranya dan melindunginya dari hal-hal negatif dari teman-temannya di luar sekolah.


Steril ternyata tidak menjamin anak-anak kita selalu aman. Pada akhirnya, mereka akan tahu, entah dari kita atau dari teman-temannya. Jika anak-anak kita tidak paham, tidak mengerti bahwa pornografi itu yang seperti apa dan dampak negatifnya apa, mungkin mereka tidak akan merasa penting untuk melapor kepada orang tuanya.


Membatasi Penggunaan Gadget

Satu lagi, saya tidak benar-benar steril, tetapi kita bantu anak-anak untuk membatasi penggunaan gadget sehingga mereka tidak merasa seolah sedang puasa gadget karena hampir setiap hari ketika butuh, mereka bisa menggunakannya.


Saya merupakan pekerja kreatif. Saya bekerja menggunakan gadget hampir setiap hari. Kalau kita nggak sepakat sejak awal dengan anak-anak, pasti capek harus melarang mereka atau mereka bisa saja memainkannya diam-diam karena merasa orang tuang pegang terus, kok aku nggak boleh? Karena sudah ada aturan yang jelas sejak awal, juga edukasi sejak dini, maka hal-hal seperti itu tidak pernah saya alami.


Anak-anak terbiasa izin ketika akan menggunakan gadget, kita tidak harus ribut soal waktu karena mereka tahu sejauh mana mereka boleh menggunakannya, tidak ada scroll video-video pendek di sosial media kecuali ketika bersama orang tua, no games juga. Jadi, saya merasa terbantu ketika mereka sudah sama-sama paham. Saya tidak harus ngomel pakai otot lagi.


Melonggar atau saklek? Dalam hal tertentu, ada aturan yang benar-benar harus tegas, tetapi ada yang boleh kita langgar demi kebaikan anak-anak juga. Setiap orang punya aturan masing-masing, tetapi buat saya pribadi, komunikasi yang baik dengan anak-anak akan sangat membantu kita untuk mengontrol mereka.


Anak yang nyaman dengan orang tuanya tidak akan takut ketika mau cerita dan melapor, anak-anak yang terbiasa kita dengarkan tidak akan merasakan jarak sehingga mereka akan merasa aman. Dengan begitu, kita akan lebih mudah membuat aturan bersama dan menjalankannya. Insya Allah.


Salam hangat,