Tentang Jurus Sehat Rasulullah (JSR) dan 5 Menu Real Food Super Enak Serta Mudah!

Friday, May 31, 2019

Tentang Jurus Sehat Rasulullah (JSR) dan 5 Menu Real Food Super Enak Serta Mudah!



Apa, sih, JSR itu? Kenapa banyak banget tagar JSR di mana-mana? Apa hanya saya saja yang baru tahu dan merasa JSR ini lagi nge-trend? Awalnya saya nggak paham juga, apa itu JSR? Meski sudah beberapa kali melihat video dr. Zaidul Akbar, tetap saja saya belum memahami singkatan JSR hingga saya follow akun Instagram beliau. Barulah ngeh, ternyata JSR itu adalah Jurus Sehat Rasulullah yang diambil dari judul buku dr. Zaid. Oalah…begitu…hehe.

Apa, sih, JSR Itu?


Meskipun sering dianggap diet, tetapi nyatanya JSR bukan termasuk diet, lho. Jadi apa JSR itu? Secara mudah bisa didefinisikan sebagai perubahan pola makan mengikuti sunah Rasulullah saw. Iya, kita yang biasanya makan sampai kenyang, makan ini dan itu yang ternyata nggak sehat meskipun enak di lidah, berubah menjadi makan yang apa adanya dan alami atau real food. Kita juga dianjurkan bersahabat dengan rasa lapar, karena seperti Rasulullah saw, selama hidupnya tidak pernah makan sampai kenyang. Berbeda sekali dengan kita yang seumur hidup bahkan jarang banget kelaparan.

Rasa lapar diketahui sangat berguna bagi tubuh karena bisa meningkatkan hormon HGH yang diketahui dapat membakar cadangan lemak di dalam tubuh. Jadi, adanya kewajiban berpuasa serta anjuran puasa sunah bukannya tanpa alasan. Allah paling mengerti dan memahami makhluk ciptaan-Nya. Adanya kewajiban puasa terutama dalam bulan Ramadhan pastinya sangat berkaitan dengan kesehatan kita. Sayangnya, karena salah makan, berlebihan, dan cenderung kalap ketika berbuka, ujung-ujungnya bukannya tambah sehat selama Ramadhan, malah jadi sakit atau berat badan naik.

Antara Ramadhan dan lebaran, terdapat banyak makanan yang sebenarnya justru jadi musuh bagi tubuh kita. Terutama gula. Selama Ramadhan, biasanya boros banget konsumsi gula pasir di rumah. Entah buat teh hangat, es belewah, atau camilan mengandung gula. Ketika lebaran, kue-kue yang disajikan di atas meja ruang tamu juga tak kalah manisnya, merupakan makanan yang sebenarnya tidak layak disebut makanan. Sudah diolah berlebihan dan tinggal gulanya aja. Ngeri banget, ‘kan?
Ketika saya baru belajar tentang JSR, rasanya terlihat sangat sok sehat…kwkwk. Paling ujung-ujungnya buyar semua, 'kan? Apalagi saya termasuk orang yang nggak pernah betah ikutan program diet jenis apa pun. Ada nggak yakin di awal itu pasti. Tapi, setiap hari saya antusias banget mendegarkan kajian dr. Zaid di Youtube, hingga akhirnya mulai menerapkan pelan-pelan.

Hindari 5 Jenis Makanan Ini Saat Ikut JSR


Mengingatkan kembali, ada 5 jenis makanan yang dianjurkan untuk dihindari saat ikut JSR.

  1. Nasi putih

  2. Tepung-tepungan mengandung gluten

  3. Minyak atau makanan yang diolah memakai minyak sawit

  4. Susu dan produk turunannya

  5. Gula

Jika kamu ingin menumis misalnya, disarankan memakai minyak kelapa. Jika ingin konsumsi gula, disarankan memakai gula aren. Jika ingin makan nasi, ganti saja dengan nasi merah. Tapi, karena sebelum ikut JSR saya sudah tidak makan nasi meski baru banget, akhirnya nggak mengganti nasi putih dengan jenis nasi yang lain juga. Tetap tanpa nasi.

Sumber karbo saya ganti dengan singkong, ubi, atau kentang. Kita juga nggak dilarang konsumsi protein hewani, hanya saja ada baiknya tidak terlalu sering. Saya pribadi tidak terlalu pengen makan ayam, daging, atau telur. Selama ikut JSR, yang paling penting adalah konsumsi sayuran. Jika mentah saya buat menjadi jus sayuran plus buah. Jika ingin konsumsi matang, saya rebus sebentar saja.

Justru dengan Ikut JSR, Hidup jadi Lebih Mudah


Karena makanan yang dikonsumsi berubah jadi simpel, akhirnya hidup kita pun jauh lebih mudah. Contohnya, saat Ramadhan, biasanya saya sibuk membuat takjil seperti kolak atau es buah. Nah, sejak ikut JSR, saya lebih suka membuat jus sayuran dan ditambah buah. Jika ingin berbeda, saya buat buah potong yang dicampur cincangan kurma, dikucuri jeruk nipis serta sedikit madu. Ini bahkan semua orang suka banget, bukan saya saja.

Terus saat berbuka makan apa aja? Makanan beratnya apa? Makan itu nggak harus berupa karbo dan lauk, ‘kan? Iya, kita mungkin terlalu terpatok sama hal semacam ini sehingga jika makan sayur saja atau buah saja jadi terasa nggak makan. Padahal, makan nggak harus seperti itu.

Saya kadang konsumsi singkong kukus, kadang saya cukup hanya dengan sayuran rebus plus buah. Jika belum sanggup makan sedikit, jangan dipaksa berubah cepat, pelan-pelan saja dan bertahap. Saya dulunya suka makan meski tubuh nggak seheboh apa gedenya…haha. Porsi makan saya banyak terutama nasi. Karena sejak kecil sudah dibiasakan makan kenyang, tapi, nggak boleh ngemil. Jadi, saat makan berat adalah hal yang paling ditunggu. Selebihnya nggak bisa jajan, ‘kan?

Nah, untuk mengubah menjadi seperti sekarang, pastinya butuh usaha banget. Dimulai dari mengurangi porsi nasi, mengubah menu menjadi lebih sederhana, hindari minuman manis (ini nggak terlalu sulit buat saya), pelan-pelan ajarkan diri kita merasa kenyang dengan makanan yang ada di depan mata (jadi, nggak perlu pengen mie instan juga…kwkwk), dan maafkan diri kamu jika memang saat mencoba masih suka nyomot bakso goreng (saya banget…haha), coba lagi. Insya Allah, setelah merasakan enaknya ikut JSR, pastilah keinginan untuk konsisten itu bakalan datang dengan sendirinya. Percayalah!

Kenapa Harus Ikut JSR?


Pastilah bukan hanya sekadar untuk gaya-gayaan. Yaiyalah, nggak bisa makan nasi padang masa dibuat gaya? Itu favorit saya banget yang sekarang sudah jadi mantan…haha. Sadar atau tidak, selama ini kita terlalu banyak mengonsumsi makanan yang bukan benar-benar makanan. Misalnya, suka minum jus dalam kemasan, itu beneran jus atau hanya berisi gula dan perasa? Kebayang, selain itu masih banyak banget makanan yang tak layak masuk ke dalam tubuh? Iya, makan mie instan nggak bikin kita mati mendadak, tetapi menimbun racun yang suatu saat akan mencelakakan kita sendiri.

Selama ini kita nggak mau membuka mata akan hal itu. Karena merasa tubuh baik-baik saja, kita pun akhirnya mencari pembenaran sendiri. Makan sedikit nggak masalah, ‘kan? Ujung-ujungnya malah terbiasa makan tanpa rasa bersalah.

Usia saya 29 tahun saat ini. Sudah mau kepala tiga. Mengingat ini, saya khawatir akan kondisi kesehatan yang pastinya akan menurun seiring berjalannya waktu. Kalau dulu kita bisa makan mie instan tanpa khawatir kolesterol dan ini itu, berbeda ketika usia kita sudah lebih dewasa, kondisi tubuh akan menurun sehingga pada akhirnya nggak bakalan kuat juga menghadapi cobaan seperti itu setiap saat.

Keanyataannya juga, kita sering menyaksikan dengan mata sendiri, orang sakit struk atau penyakit tidak menular lainnya terjadi bukan hanya pada mereka yang berusia lanjut atau lansia, melainkan juga dialami oleh orang yang usianya masih terbilang sangat muda. Salah siapa? Apa yang salah dalam hidup kita sehingga banyak terjadi masalah seperti ini? Pernah mikir begitu nggak, sih?

Dengan ikut JSR, kita bisa memperbaiki semuanya. Karena semua masalah kebanyakan datang dari sistem pencernaan yang kurang baik. Pencernaan yang kurang baik menimbulkan banyak masalah baru dalam hidup kita. Padahal ini sudah diatur juga dalam Islam, lho. Saya saja yang masih mengabaikan dan lalai. Dzalim sekali sama badan sendiri. Sedih dan miris.

Dimulai dari makan hanya real food, makanan yang tumbuh di tanah, disinari matahari. Kemudian sering berpuasa sunah, makan tidak berlebihan, dan perbaiki niat. Sebab JSR bukan diet. Jadi, niatkan untuk taat pada apa yang Allah perintahkan, sehat itu adalah hasil dari ketaatanmu.

Setelah ikut JSR, banyak yang akhirnya sehat dari diabetes, susah hamil, qadarallah bisa hamil, langsing pun sudah pasti. Sebab, jika kita sudah makan real food, berat badan akan normal dengan sendirinya.


5 Menu Real Food yang Sehat dan Mudah Dibuat


Karena mencoba itu tidak akan selalu mudah, maka sejak awal kamu harus pandai-pandai mencari tahu menu yang cocok untuk dirimu sendiri. Kalau masih suka ngemil, selain buah, adakah camilan sehat lain yang masih bisa dikonsumsi? Saat ini, banyak banget yang sudah berkreasi dengan catatan tetap pada jalur JSR. Karena meski tak makan nasi, sejatinya makanan lainnya tetap nikmat parah…hihi. Apalagi jika sudah terbiasa makan tanpa gula dan garam, makanan alami akan terasa banget ‘rasa aslinya’ di lidah.

Di bawah ini saya mau berbagi beberapa menu atau camilan yang bisa dicoba bagi kamu yang ikut JSR.


1. Kacang Tanah Sangrai


Percayalah, kacang tanah sangrai ini tak kalah dengan kacang almond…hihi. Jika telaten, kamu bisa buang kulitnya supaya tidak ada rasa getir. Karena malas, saya tidak membuangnya…hehe. Bikinnya mudah banget, cukup taruh kacang tanah tanpa kulit di atas teflon atau penggorengan, nyalakan api kecil saja. Aduk-aduk terus sampai kacang krispi dan jangan sampai gosong, ya. Harus sabar supaya kacangnya tetap cantik tapi krispi.

2. Jus Sayur dan Buah


Jika makan sayuran sebaskom terasa tidak mudah, ada baiknya kamu menjadikannya sebagai jus supaya lebih mudah dikonsumsi. Jangan buru-buru eneg melihat jus berwarna hijau, sebab jika ditambah sebutir apel atau nanas, rasanya akan sangat enak. Percaya!

Jus ini bisa kamu kreasikan sendiri. Saya biasa memakai apel, tomat, sayuran hijau seperti bayam atau pokcoy, mentimun, seledri, belimbing, atau apa pun yang ada di sekitar kita. Kamu bisa menambahkan sedikit madu dan garam Himalaya atau him salt. Saya pribadi, cukup jus saja tanpa tambahan apa pun, rasanya sangat enak, kok.

3. Terancam


Buat saya, makan terancam adalah sesuatu yang istimewa banget. Ketika pertama kali mencium aromanya, langsung terbawa pada suasana rumah dan melihat orang tua. Ini makanan zaman saya kecil, terutama ada saat Ramadhan karena Bapak suka banget.

Dan menu ini nggak masalah dimakan karena sesuai dengan jalur JSR…kwkwk. Saya pakai kelapa parut (masih muda), tempe kukus, sayuran seperti mentimun, kemangi, atau sayur rebus seperti bayam. Bumbunya cukup pakai bawang merah dan kencur bakar. Haluskan bumbu, beri sedikit garam Himalaya, masukkan kelapa parut dan tempe kukus, campur dan penyet-penyet tempenya, masukkan sayuran. Sesimpel ini.

Kalau makan terancam, saya tidak menambah karbo lagi. Karena saya makan sayur agak banyakan dan pasti udah kenyang.

4. Takjil Simpel dengan Potongan Buah


Coba ganti es buah atau kolak dengan menu satu ini. Cukup potong-potong semangka, bisa tambahkan melon, kemudian taburi cincangan kurma, kucuri jeruk nipis, dan beri sedikit madu. Jika mau, boleh tambahkan garam Himalaya. Aduk dan konsumsi dingin. Segar sekali, lho.

5. Infused Water


Tidak setiap kita merasa lapar menandakan kita benar-benar lapar, lho. Bisa jadi itu sinyal kalau kita butuh cairan. Karena itu, coba banyak minum air, terutama air rendaman buah, sayur, dan rempah.

Dr. Zaid senang banget berbagi resep infused water, lho. Sejak ikut JSR, saya pun jadi senang sekali minum infused water. Saat sahur, saya hanya minum air rendaman kurma (pakai 3 butir kurma). Rasanya masih bertenaga sampai berbuka, Masya Allah.


Pilih Buah Lokal


Pasti kamu juga sudah tahu, buah lokal kondisinya lebih segar dibanding dengan buah impor. Minim juga obat atau lilin yang dibuat sebagai pengawet buah biar tidak mudah busuk.

Banyak faktor kenapa kita disarankan memilih buah lokal. Selain membantu petani di negeri sendiri, buah lokal juga terjangkau dan mudah dicari. Allah pasti paham banget dengan kondisi tubuh kita. Sayur dan buah yang tumbuh di sekitar kita diciptakan berbeda dengan di tempat lain pastilah sudah disesuaikan juga dengan kebutuhan. Masa iya, nyari vitamin C aja harus nyari buah dari Belanda? Nggak banget, ‘kan? Ini contoh aja...kwkwk.

Karena itu, biasakan mencari buah lokal saja. Gizinya tak akan kalah dengan yang impor. Dan pastinya sesuai dengan kantong. Ada apa saja? Ada salak, jambu merah, tomat, mentimun, apel malang, dan masih banyak lagi.

Ganti Garammu

Saat menjalankan JSR, boleh kita mengurangi penggunaan garam atau menggantinya dengan garam himalaya. Garam ini jadi hits seiring dengan meningkatnya kesadaran banyak orang akan pentingnya menjaga gaya hidup sehat. Harganya memang tidak semurah garam dapur yang biasa kita konsumsi, tapi soal manfaat, garam sehat jauh lebih unggul pastinya.

Manfaat garam himalaya untuk melawan infeksi bisa kita dapatkan dengan mengonsumsinya dalam menu sehari-hari. Saya biasa mencampurkan sedikit garam himalaya ke dalam jus buah dan sayuran yang biasa saya konsumsi setiap pagi. Rebusan air jahe plus madu juga cocok ditambahkan garam himalaya, lho.

Garam himalaya diketahui mengandung antimikroba yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta membantu tubuh kita melawan infeksi. Luar biasa sekali, kan manfaatnya :)

JSR Bisa Berhasil Jika Didukung Kondisi Hati yang Bersih 

Katanya percuma makan sehat, tetapi batin dan hati kita kotor. Tetap nggak bakalan sehat. Hiks. Jadi, jika ikut JSR, hati kita pun harus dikelola supaya tetap bersih, positif, dan banyak bersyukur. Sering kali kita kebanyakan mengeluh, ‘kan, ya? Malu lama-lama jika mengeluh dijadikan kebiasaan, hingga kita lupa nikmat lain jauh lebih besar.

Mengeluh bukan hanya perkara kurang bersyukur, melainkan termasuk dosa, lho. Saya pernah mengikuti kajian dan membahas soal ini. Ternyata mengeluh itu buruk sekali. Tapi, kenapa malah jadi kebiasaan yang tidak ada habisnya kita lakukan?

Meski tidak ikut JSR, ada baiknya kita kurangi mengeluh. Banyakin bersyukur, sebab dengan bersyukur, hidup jadi lebih indah. Cobain, deh.

Bersih hati juga bisa meliputi bersih dari rasa iri dengki. Kita yang diperlakukan demikian pun jangan nelangsa kebangetan. Kita masih punya Allah, yang iri sama kita mungkin dapat mengusik ketenangan hati, tetapi sejatinya tidak mengubah apa pun di sisi Allah. Kalau kitanya baik, sudah pasti tetap akan baik di mata Allah.

Ada baiknya kita mulai mengikuti pola hidup sehat seperti yang diajarkan oleh Rasulullah saw, dan mulailah memperbaikin kondisi hati supaya tidak gampang sakit hati. Memang tidak mudah, saya pribadi pun belum sepenuhnya bisa. Tapi, sejak ikut JSR, rasanya semua lebih baik.

Dr. Zaid pun pernah mengatakan bahwa mood seseorang, baik buruknya bisa dipengaruhi juga oleh makanan yang dikonsumsi. Karena itu, cobalah makan makanan yang baik dan real food, dan clean food. Pikirkan makanan apa yang dibutuhkan oleh tubuh kita, bukan hanya makanan yang sekadar kita inginkan saja.

Salam sehat,

 

Comments

  1. pengen ikutan deh generasi JSR biar lebih sehat. aku sih dulunya suka jajan makan di luar tapi akhir-akhir ini dikurangi dan makan atau buat sendiri dirumah. setiap hari juga minum jus tanpa gula plus dicampur dengan sayuran misalnya bayam merah atau wortel.

    ReplyDelete
  2. Itu sudah hebat dong, Mbak. Lama-lama kita akan nyaman dengan masakan yang kita buat sendiri. Jajan jadi berkurang bahkan hampir nggak pernah seperti yang saya lakukan sekarang.

    ReplyDelete
  3. Pengen mencoba tp serasa masih ngk mampu tanpa nasi 😢

    ReplyDelete
  4. tapi modal besar nggak mbak untuk mulai itu? beli himsalt, madu, buah, dll secara rutin, apalagi klo masih sendiri jalaninnya dan org rumah blm tergerak ketika diajak

    ReplyDelete
  5. Masih belum sanggup kalau ubah pola makan jadi seperti ini. Huhuhu...

    Tapi sekarang lagi banyak-banyakin makan sayur dan buah, ngurangin makan-makanan berpengawet, gluten goreng (wkwkwk). Masih sih goreng-goreng makanan, macem tahu dan tempe itu. Tapi pakai minyak goreng biasa. Saya cuma usahain minyaknya maksimal dipakai 2-3 kali aja. Nggak nunggu item dulu. Ini aja diprotes orang, sayang katanya.

    Kalau minyak kelapa tuh belum pakai. Mihil yaaa.. Huhuhu

    ReplyDelete
  6. yang sulit iyu menghindari nasi putih, belum disebut makan jika orang Indonesia belum makan nasi putih hehe.. Banyak yang menyarankan untuk awalnya dikombinasikan antara nasi putih & nasi merah, untuk seterusnya nasi putih benar2 ditinggalkan. Nice info

    ReplyDelete
  7. Boleh makan nasi merah atau nasi jagung murni, Mbak..yang dilarang hanya nasi putih.. :)

    ReplyDelete
  8. Tergantung menu apa yang kita buat, Mbak. Him salt itu nggak wajib, meskipun beli akan sangat lama habisnya karena kita gunakan dikiit banget. Kalau madu sy justru jarang pakai. Yang banyak konsumsi madu sejak dulu anak2. Kalau buat sy, tetap konsumsi menu biasa, tinggal kondisikan saja dg kebutuhan kita sendiri.

    ReplyDelete
  9. Iya, Mbak. Minyak kelapa harganya dua kali lipat..hiks.

    ReplyDelete
  10. Iya, pasti tidak mudah meninggalkan nasi begitu saja. Sy juga bertahap meninggalkan nasi... :)

    ReplyDelete
  11. Baru mencoba juga, walaupun belum bisa 100% ubah pola makan tanpa nasi. Hihi. Semangat sehat!!

    ReplyDelete
  12. Semangat, Mbak..semua harus bertahap, ya..sy pun pelan-pelan..

    ReplyDelete
  13. Mau juga coba rasanya, tinggal mikirin huitnya hahaaa

    ReplyDelete
  14. Wah, mantap, kalau aq ga bisa makan tanpa nasi putih dan jus tanpa gula nih 🤔

    ReplyDelete
  15. Sebaiknya tetap disesuaikan ya mbak karena anak-anak masih butuh asupan nutrisi yang cukup untuk pertumbuhannya. Kalau sy pribadi, bisa saja mengikuti sebagian seperti minum infuse water, minum jus, tapi kalau seusia mereka disarankan banyak protein hewani jd tetap harus diberi, hanya saja coba penyajiannya lebih sehat, jangan sering2 pakai tepung dan digoreng. Kalau ikut total sebaiknya jangan ya...


    ReplyDelete
  16. Seneng bisa mampir ke blog ini, menarik bahasan tentang JSR nya. Ahh jadi pengen kaya mba nya yg bisa konsisten ngejalanin JSR pengen sehat dan gak sakit-sakit lagi

    ReplyDelete
  17. Kwkwk tergantung kita milih menunya mbak..

    ReplyDelete
  18. Jus tanpa gula enak mbak.. Pakai juicer biar segar dan segera diminum..

    ReplyDelete
  19. alhamdulillah dah coba, g konsumsi nasi putih ganti dengan kentang, dan ubi (ini enak bgt), gorengan jg goodbye, paling klo pingin bikin gorengan sendiri pake minyak zaitun gorengnya dan g sering, lebih enqk buah dan sayuran, infuse jahe lengkuas, sereh , kencur tambah madu enak bgt,

    ReplyDelete
  20. Mbak bagaimana membuat infused water lemon+jeruk nipis+timun+ daun mint tanpa rasa getir? Saya udah coba rendam pakai himasalt atau baking sodanya ko*poe

    ReplyDelete
  21. Artikelnya bagus mba..bacanya jadi suka dan jadi senyum2 sndiri karna diselingi dngan candaan...kwkwkwkwk...

    ReplyDelete
  22. Hihi, terima kasih :)

    ReplyDelete
  23. Bismillah hari ini mulai ikut JSR, embak nya seru bgt cerita in JSR nya, jd ga sabar mo gabung 🙂

    ReplyDelete
  24. Hihi, terima kasih, ya..semoga bisa konsisten..

    ReplyDelete
  25. alhamdulillah sdh mengikuti jsr ini , krna pola saya sdh sakau gula ..jadi suka bgt makan yg manis manis blm lagi kulineran nyoba ini itu . alhmdulliah sdh bisa terapin JSR . dan biidznillah badan lebih enak dan ibadah pun bisa lebih baik .

    ReplyDelete
  26. nasi tiwul boleh donk mbak,, nasinya full dari tepung singkong..

    ReplyDelete
  27. Saya mengikuti pola JSR tahun lalu pas ramadan. Nggak 100% sih, soalnya sahur masih pakai nasi, lauk (seadanya, wkwk) dan minum nabeez. Berbuka pakai kurma dan sayuran rebus (brokoli, wortel, bayam, sawi, dll) serta kentang rebus. Jadi, menurut saya memang lebih simpel pakai pola makan JSR. Semoga ramadan tahun ini bisa mengaplikasikannya lagi.

    ReplyDelete
  28. Saya mengikuti pola JSR tahun lalu pas ramadan. Nggak 100% sih, soalnya sahur masih pakai nasi, lauk (seadanya, wkwk) dan minum nabeez. Berbuka pakai kurma dan sayuran rebus (brokoli, wortel, bayam, sawi, dll) serta kentang rebus. Jadi, menurut saya memang lebih simpel pakai pola makan JSR. Semoga ramadan tahun ini bisa mengaplikasikannya lagi.

    ReplyDelete
  29. Senang sekali mampir d blog ini mksh mba... sy masih pemula susah meninggalkan nasi ksrna terbiasa kenyang dan blm pnya himsalt.

    ReplyDelete
  30. Mbk..saya ikut JSR sudah berjalan 6 bulan..dulu berat badan saya 62kg skrg jadi 46kg.. tinggi saya 160cm..
    Kata orang2 saya kayak tengkorak mbk..kurus banget..apa yg hrs saya lalukan mbk? Apakah sy harus kembali seperti dulu nyampah?biar bisa gemuk lagi?

    ReplyDelete
  31. Mbak, mbak bisa kembali makan nasi, tapi usahakan tetap konsumsi jus di pagi hari dan makan seperti biasa tapi usahakan diolah dengan benar jika mau lebih sehat. Misal mau makan bebas, usahakan jusnya tetap dikonsumsi yaa. Itu saran saya.

    ReplyDelete