Kelola Keuangan Sesuai Syariat Islam, #AyoHijrah Bersama Bank Muamalat Indonesia

Thursday, May 2, 2019

Kelola Keuangan Sesuai Syariat Islam, #AyoHijrah Bersama Bank Muamalat Indonesia


Jika punya uang lebih, apa yang paling kamu inginkan selain punya rumah sendiri? Hmm, mungkin sebagian dari kamu memilih membeli mobil yang saat ini hampir dimiliki oleh semua orang, baik yang mampu ataupun tidak. Kenapa saya katakan demikian? Tak jarang rupanya banyak orang di sekitar saya, baik keluarga maupun teman dekat yang pada akhirnya terjerat hutang puluhan juta hanya karena berani mengambil kredit mobil padahal keuangannya hanya pas-pasan.


Punya mobil sepertinya menjadi hal wajib bagi hampir semua orang, ya. Bahkan punya mobil mengalahkan kebutuhan punya rumah sendiri. Apakah iya sedarurat itu atau hanya terdesak oleh gaya hidup yang berlebihan?


Setelah menikah dan memiliki rumah sendiri, seseorang menganjurkan saya dan suami mengambil kredit mobil supaya uang kami tidak lari ke mana-mana. Iya, sih, uangnya jadi fokus pada tagihan bulanan untuk melunasi kendaraan roda empat tersebut, tetapi, kami masih memikirkannya dua kali, bahkan seribu kali jika perlu. Sebab kami sadar kewajiban haji belum ditunaikan saat itu dan kami takut melakukan perkara riba.


Sadar akan hal itu, saya memutuskan segera membuka tabungan haji bersama suami. Uang tabungan itu didapatkan dari hasil patungan kami berdua. Dari uang tabungan saya yang disisihkan setiap bulan dari sisa uang belanja bulanan dan sebagian memakai uang tabungan suami. Alhamdulillah, niat baik selalu dimudahkan oleh Allah.


Saya tidak khawatir nantinya akan seperti apa. Tidak peduli juga kami akan mampu melunasinya tahun ke berapa dan kapan akan mendapatkan nomor antrean. Yang pasti, niat untuk menunaikan kewajiban sudah terpatri di hati. Saya percaya, Allah akan membantu. Tidak ada keraguan soal itu.


Haji memang wajib bagi yang mampu. Tapi, bagi saya, sejauh ini saya memahami, mampu itu tidak menanti bintang jatuh dari langit, melainkan harus diusahakan semampu kita. Kalau hanya diam dan menunggu, hampir semua orang akan lepas dari kewajiban menunaikan ibadah haji.


Masih lekat di ingatan, tentang ceramah seorang ustadz yang mengisi kajian di tempat saya belajar, beliau mengatakan bahwa haji itu harus diusahakan. Meskipun kita hanya bisa menyisihkan Rp. 5 ribu per hari. Yang penting itu niat dan usahanya. Masalah nanti akan berangkat atau tidak, itu sudah bukan urusan kita. Kewajiban kita hanya berikhtiar semampunya.


Masa kita kalah sama tukang becak yang sehari-hari penghasilannya tak seberapa? Sudah berapa tukang becak yang mampu naik haji dengan cara menyisihkan penghasilannya sehari-hari?


Mendengar kalimat itu, saya pun tertegun. Merasa ditampar keras-keras. Insya Allah, saya dan suami jauh lebih mampu. Lalu kenapa kami menunggu terlalu lama untuk menunaikan niat tersebut? Akhirnya tanpa pikir panjang, niat untuk membuka tabungan haji pun terwujud.


Allah itu Mahabaik. Selang beberapa bulan, Allah memberikan rezeki tak terduga. Kalau diingat, rasanya seperti mustahil terjadi. Tiba-tiba suami mendapatkan rezeki yang dengannya kami mampu melunasi tabungan haji hingga bisa mendapatkan nomor antrean pada 2014 silam. Tidak hanya itu, dengan rezeki tersebut, kedua mertua pun bisa berangkat umroh secepat mungkin tanpa harus menunggu lebih lama.


Mertua saya sangat ingin melihat Ka’bah. Harapan yang terus tertanam di dalam hati mereka, namun tak pernah diutarakan kepada anak-anaknya karena khawatir akan merepotkan. Alhamdulillah, qadarallah, impian itu tak perlu dikubur dalam-dalam, sebab pada akhirnya kedua mertua saya bisa berangkat umroh bersama pada tahun yang sama di mana saya berhasil mendaftar haji.


Awalnya, saya dan suami berniat memberangkatkan mertua naik haji, tetapi mengingat antrean haji yang begitu panjang mengular hingga belasan tahun, rasanya tak tega membuat mereka menunggu terlalu lama.


Tahun 2018, Bapak mertua meninggal setelah sakit beberapa bulan. Meski sewajarnya saya dan suami merasa sedih, tetapi di sisi lain kami merasa bersyukur karena pada akhirnya beliau sudah mendapatkan apa yang sudah lama diimpikan, yakni melihat Ka’bah dan beribadah langsung di sana. Tidak ada kebagiaan yang lebih besar selain itu. Setelah beliau pergi, tidak ada yang bisa kami berikan dan kami lakukan selain memohonkan ampun dan senantiasa mendoakan.


#AyoHijrah ke Arah yang Lebih Baik


Sampai saat ini, saya dan suami belum membeli mobil pribadi. Sebagian orang mungkin gemas, kenapa nggak kredit saja jika bulanan cukup untuk menutupi? Apa susahnya ambil kredit mobil? Hampir semua orang melakukannya, lho!


Tapi, kami tidak. Jujur saja, setelah beberapa tahun menikah, kami belajar tentang banyak hal. Termasuk memahami haramnya riba dalam kredit mobil yang saat ini dilakukan oleh banyak orang, bahkan oleh mereka yang memahami aturan agama Islam itu sendiri. Seolah seperti hal lumrah dan tak patut ditakuti dosanya.


Banyak kejadian buruk menimpa orang-orang di sekitar saya. Mereka yang sering mengambil pinjaman dari bank bahkan untuk urusan yang tidak darurat, hingga mereka yang akhirnya dikejar-kejar hutang karena mengambil kredit mobil mewah, padahal sejatinya tak mampu. Itu cukup jadi pelajaran berharga bagi saya bahwa tidak seharunya kita melanggar aturan yang sudah ditetapkan oleh Allah.


Allah memberikan batasan supaya kita bisa hidup lebih baik. Tapi, kenapa kita senang sekali melanggarnya? Jujur saja, ngeri membayangkan mereka yang siang malam tidur tak tenang karena bingung bagaimana cara melunasi hutang serta bunga pinjaman yang semakin menumpuk.

Kenapa kita harus takut pada riba?


a. Orang yang berani makan riba akan mendapatkan siksaan berat di neraka. Mungkin kita butuh mengingat dan memahami kembali, bahwa pemakan riba itu sangat mengerikan siksanya nanti. Tidak main-main. Lantas bagaimana kita berani melakukan riba?


“Kami mendatangi sungai yang airnya merah seperti darah. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang yang berenang di dalamnya, dan di tepi sungai ada orang yang mengumpulkan batu banyak sekali. Lalu orang yang berenang itu mendatangi orang yang telah mengumpulkan batu, sembari membuka mulutnya dan orang yang mengumpulkan batu tadi akhirnya menyuapi batu ke dalam mulutnya. Orang yang berenang tersebut akhirnya pergi menjauh sambil berenang. Kemudian ia kembali lagi pada orang yang mengumpulkan batu. Setiap ia kembali, ia membuka mulutnya lantas disuapi batu ke dalam mulutnya. Aku berkata kepada keduanya, “Apa yang sedang mereka lakukan berdua?” Mereka berdua berkata kepadaku, “Berangkatlah, berangkatlah.” Maka kami pun berangkat.”Adapun orang yang datang dan berenang di sungai lalu disuapi batu, itulah pemakan riba.” (HR. Bukhari)

b. Seringan-ringannya dosa riba itu seumpama menzinai ibu kandung sendiri. Betapa beratnya dosa riba sampai-sampai yang paling ringan saja semengerikan itu?

Riba itu ada tujuh puluh dosa. Yang paling ringan adalah seperti seseorang menzinai ibu kandungnya sendiri.”(HR. Ibnu Majah)

c. Para pemakan riba kelak di hari kiamat diancam dengan perut membesar dan berisi ular-ular. Astahgfirullah.

“Pada malam Isra’, aku mendatangi suatu kaum yang perutnya sebesar rumah dan dipenuhi dengan ular-ular. Ular tersebut terlihat dari luar. Akupun bertanya, “Siapakah mereka wahai Jibril?” “Mereka adalah para pemakan riba,” jawab beliau.”
(HR. Ibnu Majah)

d. Riba akan menghilangkan berkah harta yang kita miliki. Meskipun terlihat lebih banyak, namun kenyataannya justru membuat harta menjadi sedikit. Pengalaman seorang kerabat yang gemar memakan harta riba, tampak mewah, kaya raya, dan punya segalanya dibandingkan yang lain. Sayangnya, ada saja musibah yang membuat mereka kehilangan harta dan tak pernah tanggung-tanggumg jumlahnya. Hal semacam ini bukan lagi kisah fiksi, melainkan kisah nyata yang bisa kita jadikan pelajaran hidup, bahwa mereka yang berani makan riba tentu tidak akan mendapatkan apa-apa kecuali keburukan yang ditimpakan oleh Allah baik di dunia hingga akhirat.

Riba membuat sesuatu jadi bertambah banyak. Namun ujungnya riba makin membuat sedikit (sedikit jumlah, maupun sedikit berkah, -pen.).”
(HR. Ibnu Majah)

e. Harta yang kamu infakkan atau kamu sedekahkan dari hasil riba tidak akan diterima oleh Allah meskipun jumlahnya besar sekalipun.

Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar Dia bertambah pada harta manusia, Maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, Maka (yang berbuat demikian) Itulah orang-orang yang melipat gandakan (pahalanya).” (QS. Ar-Ruum: 39)

Pastinya kita tak ingin menjadi bagian dari orang yang tertolak amalannya karena melakukan riba, mengejar kenikmatan dunia dan melupakan akhirat. Sebab itulah, ada baiknya kita hidup apa adanya asalkan berkah, Insya Allah semua terasa cukup dan nikmat.

f. Tahukah kamu, jika doa mereka yang melakukan riba sulit dikabulkan oleh Allah? Banyak sekali kerugian mereka yang memakan harta riba, tetapi sedikit saja yang sadar akan hal itu. Mereka mengambil jalan pintas, tanpa sadar justru terjerumus dalam kesesatan yang nyata, semakin lama semakin terlena dan tak sadar dengan perbuatan dosa yang telah dilakukannya.

Wahai Rabbku, wahai Rabbku.” Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do’anya?
(HR. Muslim)

Itulah beberapa alasan kenapa kita harus berhati-hati dengan riba. Saat ini, bunga bank yang sejatinya termasuk riba justru tidak lagi ditakuti oleh sebagian besar orang Islam. Entah karena namanya yang berbeda, tidak memahami, atau pura-pura tidak mengerti sehingga tidak sedikit orang yang pada akhirnya terjerumus dalam dosa riba yang menyesatkan.

Hidup lebih baik bukan karena materi melimpah, melainkan karena hidup menjadi berkah, harta yang dimiliki menjadi alat untuk mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhkan kita dari perkara yang haram. Jangan takut jika kita berbeda dari orang-orang di sekitar kita. Beda itu perlu untuk memisahkan mana yang benar dan salah. Saya berani hijrah ke arah lebih baik, kalau kamu?

#AyoHijrah Bersama Bank Muamalat Indonesia


Pada tanggal 08 Oktober 2018 lalu, PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. me-lauching kampanye #AyoHijrah yang difokuskan pada pengelolaan keuangan yang sesuai dengan tuntunan agama Islam.

BankMuamalat Indonesia merupakan bank pertama murni syariah yang mencoba memperluas fungsi dari yang awalnya hanya menjadi penyedia layanan perbankan syariah, kemudian menjadi agen penggerak semangat umat supaya terus menerus meningkatkan kualitas diri ke arah yang lebih baik. Hijrah di sini bukan hanya tentang ibadah, melainkan juga dalam hal mengelola keuangan sesuai dengan prinsip agama Islam.

Agama Islam adalah agama yang sempurna. Segala hal diatur di dalamnya dengan baik, bahkan dari hal terkecil sekalipun seperti adab ke kamar mandi, adab sebelum tidur, hingga sesuatu yang lebih besar seperti aturan menjalani hidup dengan batasan dan ketentuan yang telah ditetapkan dalam Islam dengan tujuan supaya hidup lebih berkah.

Melalui gerakan #AyoHijrah ini, Bank Muamalat mengajak seluruh marsyarakat untuk hijrah khususnya dalam hal pelayanan perbankan. Membuat kita lebih berhati-hati terhadap riba dan menjalankan syariat Islam dengan kaffah.

Apa Saja Bentuk Gerakan #AyoHijrah yang Digagas oleh Bank Muamalat Indonesia?


Kegiatan #AyoHijrah secara umum dikemas dalam kegiatan-kegiatan mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kualitas diri dalam segala hal, termasuk berpindah menggunakan bank syariah supaya hidup lebih tenang dan berkah pastinya.

Beberapa kegiatan yang sudah dilaksanakan di antaranya,

  • Mengadakan seminar atau edukasi tentang perbankan syariah.

  • Open Booth di pusat kegiatan masyarakat.

  • Mengadakan kajian islami dengan pemateri dari kalangan ulama.

  • Memaksimalkan masjid sebagai salah satu agen perbankan syariah.

Kenapa Kamu Harus Hijrah ke Bank Muamalat Indonesia?


Ini alasan kenapa kamu harus hijrah ke Bank Muamalat Indonesia, bukan yang lain.
  1. Bank Muamalat merupakan bank pertama murni syariah yang telah berdiri sejak lama, yakni sejak tahun 1992.

  2. Tidak menginduk dari bank lain sehingga terjaga kemurnian syariahnya.

  3. Pengelolaan dana di Bank Muamalat didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi syariah yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah.

  4. Bank Muamalat memiliki fasilitas lengkap seperti mobile banking, Internet banking Muamalat, jaringan ATM dan kantor cabang hingga ke luar negeri.


 
Lengkap banget, kan? Jadi, tidak ada alasan lagi untuk menundanya. #AyoHijrah ke Bank Muamalat Indonesia supaya hidup lebih tenang dan berkah. Selaras dengan gerakan #AyoHijrah, beberapa produk Bank Muamalat pun mengalami perubahan nama, lho. Berikut di antaranya,

  • Tabungan iB Hijrah

  • Tabungan iB Hijrah Haji dan Umroh

  • Tabungan iB Hijrah Rencana

  • Tabungan iB Hijrah Prima

  • Tabungan iB Hijrah Prima Berhadiah

  • Deposito iB Hijrah

  • Giro iB Hijrah

  • Hingga pembiayaan  rumah iB Hijrah dengan angsuran ringan yang sedang dalam proses pengajuan kepada regulator.


 
Dengan gerakan #AyoHijrah yang dicetuskan oleh Bank Muamalat Indonesia, diharapkan nantinya Bank Muamalat dapat menjadi ekosistem ekonomi syariah dan mampu membangun industri yang halal dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.

Kamu bisa mempelajari gerakan #AyoHijrah serta produk dan programnya di sini. #AyoHijrah bersama Bank Muamalat Indonesia. Berani lebih baik untuk meningkatkan kualitas diri. Hidup pun Insya Allah menjadi tenang dan berkah.

Salam,

Comments

  1. iya mbak, untuk antrian Haji memang semakin panjang saja sekarang.

    ReplyDelete
  2. Betul sekali...bisa belasan tahun...

    ReplyDelete
  3. Bank Muamalat adalah pelopor bank syariah di Indonesia. Menabung di Bank Muamalat menjadi lebih berkah karena menggunakan sistem bagi hasil, sehingga terhindar dari riba

    ReplyDelete