Cara Mengontrol Keinginan Anak, Tidak Semua Harus Dibeli dan Dituruti

Monday, January 21, 2019

Cara Mengontrol Keinginan Anak, Tidak Semua Harus Dibeli dan Dituruti
Photo on Unsplash


Suka kesel nggak sih kalau anak memaksa membeli mainan atau makanan yang sebenarnya terlalu berlebihan? Mainan di rumah masih banyak, bahkan baru kemarin kita membelikannya yang baru, sekarang malah merajuk dan menangis di supermarket karena ingin dibelikan lagi. Kebanyakan dari kita pasti nggak tega melihat anak sendiri sedih gitu, ya? Kadang kita juga malu di depan umum kalau nggak menuruti, takut dibilang nggak sayang, pelitlah, atau seabrek komentar buruk yang akan mampir ke telinga.


Sayangnya, jika sering kita turuti tanpa alasan yang tepat, anak akan menggunakan cara yang sama ketika keinginannya tidak dipenuhi. Yup! Mereka akan menangis lagi di tempat umum, menarik hijab dan gamis emaknya, berteriak, bahkan sampai guling-guling di lantai. Sesuatu yang 'nggak banget' dan benar-benar membuat kita kesal.


Pengalaman ini sebenarnya sudah pernah saya alami. Bukan anak saya sih yang bertingkah seperti itu, tetapi keponakan yang tinggal bersama orang tua saya di kampung.


Setiap keinginannya tidak dipenuhi, dia akan marah, sampai menarik, menjambak jilbab ibu saya dan menggilasnya di tanah. Pernah suatu waktu, ketika naik motor, dia menarik pegangan motor hingga hampir terjatuh, padahal motor sedang melaju. Kebayang nggak sih kalau kamu ada di posisi orang tua saya?

Ketika melihat reaksi keponakan yang selalu berlebihan saat meminta barang tertentu, saya pun berharap semoga anak-anak saya jangan sampai begitu kelak. Anak-anak boleh saja melihat banyak hal, tetapi tidak semua harus dia punya dan dibawa pulang. Nggak semua barang yang dijual di supermarket boleh dibawa pulang juga, kan?


Lalu apa yang bisa kamu lakukan supaya bisa mengontrol keinginan anak yang sering tantrum saat meminta sesuatu yang dia inginkan?


Sekali kamu turuti, maka selanjutnya anak akan melakukan cara yang sama untuk menarik perhatian


Jangan kira karena mereka masih kecil, mereka jadi tidak bisa memahami apa yang sebenarnya orang tuanya takutkan. Anak-anak akan paham saat kita sebagai ibu menuruti keinginannya di tempat umum karena malu pada orang-orang yang menatap dengan iba.


Suatu saat, mereka akan melakukan hal yang sama supaya keinginannya dipenuhi. Ya, sekali, dua kali, kemudian hingga usianya lebih besar pun, dia tetap melakukan cara itu supaya keinginannya dipenuhi.


Lalu bagaimana supaya itu tidak terjadi? Sekali waktu jangan dituruti. Belajarlah cuek dengan pandangan orang di sekitar kita. Nggak masalah anak menangis, yang penting dia tetap aman dan tidak menyakiti dirinya dan orang lain.


Saya pun pernah ada di posisi ini. Ketika itu si sulung baru berusia sekitar 3 tahun. Dia sudah menabung untuk membeli mobil remot, tetapi tabungannya belum cukup. Saat pergi ke pasar, dia minta belok ke tempat mainan, saya bolehkan, tetapi sebatas melihat saja.


Dia setuju. Setelah melihat banyak mobil remot, dia malah tergoda untuk segera membeli meski dia tahu bahwa uang yang dimilikinya belum cukup. Saya tetap pada pendirian di awal, tetap konsisten dengan ucapan saya sebelumnya bahwa dia hanya boleh membeli mainannya ketika uang tabungannya cukup.  Apa yang terjadi? Sudah mulai nangis dan hampir gulung-gulung di lantai. Di situ mental kita diuji. Sekali kita turuti karena kita takut dengan pandangan orang lain, maka setelah itu juga dia akan mengulanginya lagi suatu waktu.


Ajak anak ngobrol dan buat kesepakatan sebelum pergi ke supermarket


Apakah ini efektif? insya Allah cara kedua ini cukup efektif untuk dilakukan. Sebelum pergi ke supermarket, katakan pada mereka bahwa kita ke supermarket hanya untuk membeli kebutuhan pokok seperti gula dan susu. Mereka boleh membeli permen, tetapi tidak boleh membeli mainan apa pun.


Jika saat di supermarket mereka meminta barang yang tidak sesuai dengan perjanjian, maka ingatkan kembali tentang kesepakatan yang sudah dibuat sebelumnya. Kamu juga bisa mengajak mereka ngobrol seperti yang sering saya lakukan kepada dua anak saya.


“Kamu boleh melihat semua mainan ini. Tapi, tidak semua yang kamu inginkan harus dibeli, ya? Kamu bisa menabung jika ingin membelinya.”


Biasanya anak-anak saya luluh walau awalnya sempat nggak mudah juga memberi pengertian seperti itu. Kalau si sulung sudah delapan tahun sekarang. Sudah lebih paham apa yang harus dilakukan, berbeda dengan si bungsu yang sempat mogok nggak mau pulang dan hanya berdiri di depan mainan yang dia inginkan. Sempat pengen ketawa juga. Tapi, itu masanya dia begitu. Lalu apa yang saya lakukan? Saya gendong dan saya ajak dia bicara. Dibantu kakaknya yang Masya Allah sudah lebih paham, semua pun beres.


Tahu apa yang dikatakan kakaknya pada si bungsu?


“Dek, kakak juga cuma lihat saja, kok. Bun, Alby pengen yang ini aja bagus.” Sambil menunjuk mainan berwarna hijau.


Saya tersenyum, dan menjawab keinginannya tanpa menawarkan untuk membelikannya. Alhamdulillah semua tetap baik-baik saja.


Konsisten dengan ucapan sendiri


Sebenarnya, anak jadi berulah dan bertingkah kebanyakan karena memang orang tua tidak bisa konsisten dengan apa yang diucapkannya. Karena rasa sayang berlebihan dan nggak tega, kita sendiri sering melanggar apa yang kita ucapkan pada mereka.


Contoh mudahnya seperti ketika membolehkan mereka membeli mainan hanya ketika uang tabungannya sudah cukup, tapi suatu waktu karena nggak tega, orang tua justru sering melaggarnya dengan membelikan mainan menggunakan uang kita. Anak-anak jadi nggak konsisten juga, nggak mau menepati janjinya karena melihat kita pun nggak konsisten akan hal itu.


Edukasi nenek dan kakeknya supaya prinsip mendidik anak bisa seirama


Gimana bisa konsisten, sedangkan ketika anak-anak menangis sedikit saja, nenek dan kakeknya buru-buru banget mau menuruti karena besarnya rasa sayang mereka kepada cucu-cucunya.


Kita akan tahu rasanya ketika kita sudah jadi nenek dan kakek, ya. Saya paham sekali, mereka akan memberikan apa pun yang diminta cucunya asalkan cucunya nggak nangis. Tapi, sikap seperti ini akan membuat anak-anak jadi susah diatur. Jika orang tua melarang, dia akan lari pada neneknya. Jika kita tidak memberi yang diinginkan, dia akan lari pada kakeknya.


Satu-satunya cara yang bisa dilakukan adalah dengan mengedukasi orang tua kita sendiri supaya mau bekerjasama, jangan lagi gampang menuruti kemaunan anak-anak sebab itu bukan satu-satunya tanda sayang kok. Justru dengan seperti itu, anak-anak jadi nggak bisa dikontrol keinginannya bahkan cenderung belajar boros.


Orang tua kita akan mengerti jika kita beri pemahaman pelan-pelan pada mereka. Tidak bermaksud mengajari, tapi ajaklah bekerjasama supaya cara mendidik tetap seirama.


Ajarkan menabung sejak dini


Biarkan dia memilih celengan yang disukai dan ajarkan dia rajin menabung sejak dini. Jangan bikin target terlalu tinggi karena anak-anak yang usianya lebih kecil pasti belum mampu untuk sabar menunggu.


Asalkan uangnya sudah cukup untuk membeli sesuatu, ajak mereka membuka celengannya. Katakan jumlah uangnya hanya cukup untuk membeli sesuatu seharga yang dia kumpulkan. Biarkan mereka memilih dan merasakan betapa bahagianya bisa memperoleh mainan dari hasil menabung. Mereka akan belajar pelan-pelan.


Alby, si sulung yang sekarang berusia delapan tahun, sudah saya ajarkan menabung sejak usia 2 tahunan.  Saya belikan celengan yang kecil, kemudian setelah penuh kita buka dan hitung uangnya bersama. Hasilnya dia belikan mainan yang dia mau. Dia jadi percaya dan tahu, ternyata setelah menabung dia bisa mendapatkan apa yang dia inginkan.


Itu sih dulu, ya. Sekarang dia sudah malas memakai uang tabungannya. Jarang jajan. Dia hanya mau menabung saja. Dia tetap menabung di rumah. Dia juga menabung di sekolah. Uang dari celengannya saya masukkan ke dalam rekening yang saya punya. Saya biarkan hanya ada uang dia. Sekarang uang di rekening sudah masuk angka juta. Dari mana dapat uang sebanyak itu? Dari recehan yang dia tabung sejak usia 2-3 tahun serta dari uang yang diberikan kerabat saat lebaran. Semua pemasukan dan pengeluaran saya bantu catat dengan baik. Dan sebagai orang tua, saya tidak pernah memakai uangnya kecuali dia ingin mengambilnya untuk membeli sesuatu seperti buku.


Mendidik tak bisa instan


Kok bisa anak izin dulu ketika meminta sesuatu kepada kita sebagai orang tua? Jawabannya karena kita membiasakannya. Mendidik memang nggak bisa dengan cara instan. Kita harus mengajarkannya pelan-pelan saja hingga mereka paham betul apa yang ingin diajarkan oleh orang tuanya.


Kita pastinya pengen anak-anak nggak boros, tetapi sebagai orang tua, kita juga harus membuktikan kalau kita juga nggak boros, ya. Mereka melihat apa yang orang tuanya lakukan. Karena itu, mendidik nggak bisa instan. Semua harus dilakukan pelan dan konsisten. Harus sabar-sabar banget pokoknya, ya.


Ajarkan berbagi


Saya selalu mengajarkan si sulung untuk berbagi uang yang dia punya kepada orang yang membutuhkan. Nggak harus banyak, tetapi dia harus punya keinginan untuk berbagi juga. Jangan sampai hanya terlena mengumpulkan dan mengumpulkan sampai lupa pada orang lain yang sebenarnya butuh uluran tangan kita.


Lalu, setelah melakukan semua itu, apakah anak-anak saya lantas selalu jadi anak penurut dan tidak pernah minta beli sesuatu? Ya, nggak semanis itu juga kenyatannya. Sekali waktu kadang si sulung masih ngambek karena nggak diperbolehkan naik mobil-mobilan ketika main ke mall. Tapi, ya sebatas begitu saja, abis ngobrol lagi, hilang ngambeknya.


Seperti saya katakan barusan, yang namanya mendidik itu nggak bisa dengan instan. Kita juga harus sabar untuk mengajari mereka bersabar, kita pun harus belajar menahan diri supaya mereka tahu cara menahan keinginan itu seperti apa.


Salam,

 

Comments

  1. tips bermanfaat banget terutama bagi kaum ibu, karena anak lebih banyak berani meminta sesuatu pada sang ibu...dan sang ibu biasanya selalu mengalah pada setiap dan semua keinginan anak....dengan membaca artikel ini mantap juga kalau di rev in ke ibue anak-anakku nih....haturnuhun nyak

    ReplyDelete
  2. jiah...malu-maluin aja mang Asep....segalapasang link pulak....udik maneh mah sep

    ReplyDelete
  3. Wahh makasih banyak tipsnya ya mbak, setelah menikah sy jadi lebih tertarik dengan artikel bertema parenting seperti ini

    ReplyDelete
  4. Semuanya dari kebiasaan ya, Teh. Begitu juga dengan terbiasa d.manjakan lama jadi manja. Dan setuju untuk mengajarkan hal baik sedari kecil. Terima kasih tipsnya, Teh. Semoga bermanfaat bagi yang baca juga.

    ReplyDelete
  5. Iyap betul sekali...terima kasih kembali...

    ReplyDelete