Mengajari Diri Berdamai dengan Masalah

Thursday, July 11, 2019

Mengajari Diri Berdamai dengan Masalah



Setiap manusia yang hidup di dunia ini, tentu tidak akan lepas dari yang namanya ujian. Meskipun teman-teman dunia maya tampak baik-baik saja, posting foto setiap hari dengan caption super happy, bisa jadi dalam kehidupan nyata, justru dia sedang berdarah-darah dan tak henti menyeka air mata. Itulah kehidupan. Hanya saja, sebagian dari kita tidak mengetahui keresahan yang lain. Sebab, mereka memilih menyimpannya rapat-rapat ketimbang mengumbarnya.

Benarkah hanya dirimu yang paling menderita di dunia ini, hingga jalan satu-satunya adalah mengakhiri hidup? Guys, please. Mengeluh itu adalah dosa. Terlebih berputus asa dari rahmat Allah.


Saya pun belum tentu sekuat dirimu ketika menghadapi ujian dan musibah, tetapi sependek saya tahu, kita dilarang banyak mengeluh apalagi putus asa. Dan ternyata, menahan diri untuk tidak merutuki takdir, tidak mengeluh, dan putus asa bukan hal mudah. Kalau sudah sedih, nelangsa, kadang kita menyalahkan banyak hal. Baik takdir dari Allah, hingga menyalahkan keputusan yang telah lalu.


“Kenapa aku harus nikah sama dia?”“Kenapa aku masih hidup? Rasanya ini terlalu berat. Aku nggak sanggup.”


Guys, hidup kita Allah yang menghendakinya. Kalau akhirnya kita harus hidup susah payah, banyak keinginan tidak terpenuhi, bahkan harus hidup berdarah-darah, itu semua tak pernah lepas dari izin Allah. Lalu, apakah kita mau melawan takdir terus menerus atau bangkit dan membenahi semuanya?


1. Belajar Bersyukur


Tidak ada hal yang bisa membuatmu merasa lebih baik selain banyak bersyukur. Lihat ke bawah, ternyata banyak orang lebih buruk kondisinya dibandingkan kita. Kita punya anggota tubuh lengkap, bisa melihat indahnya pelangi selepas gerimis di sore hari, kita bisa bekerja meskipun tidak mudah, kita masih bisa shalat sambil berdiri, sedangkan orang lain harus bersusah payah menjangkau masjid dengan merangkak. Oh, Allah. Kita tidak pantas mengeluh jika sadar masih banyak orang lebih menderita dibandingkan kita. Ini bukan nasihat, Guys. Ini pengingat juga buat saya yang masih sering lalai dan kurang bersyukur.


2. Terus Mengeluh atau Bangkit?

Semakin banyak kita mengeluh, semakin berat rasanya cobaan yang sedang kita hadapi. Kalau kita hanya fokus pada masalah, ujungnya kita tidak akan pernah mendapatkan apa pun kecuali membuang-buang waktu. Kenapa tidak bangkit dan mencari solusinya serta bersabar?


“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. An-Nasyr: 5)


Dulu, seseorang pernah merampas meteran air di rumah orang tua saya. Alasannya bukan karena orang tua tidak mampu membayar, melainkan ada dendam pribadi dan qadarallah dia punya kuasa waktu itu.


Satu dua tahun itu bukan waktu sebentar. Tapi, kenyataannya, kami bahkan harus menunggu hingga belasan tahun supaya hak kami dikembalikan. Selama belasan tahun itu, ada saatnya orang tua harus membeli air hingga ratusan ribu dalam jumlah sedikit, ada saatnya harus menangis karena kesulitan mendapatkan air bahkan untuk sekadar berwudhu, ada saatnya kami pergi ke sana kemari untuk mencari bantuan, mulai dari warga, lurah, hingga polisi. Hasilnya nihil. Tidak ada yang berubah kecuali rasa sakit yang semakin dalam.


Hingga tiba saat di mana orang tua pasrah dan menerima. Di sanalah titik balik semuanya. Tiba-tiba air PDAM bisa masuk ke kampung kami, orang tua saya akhirnya memasang PDAM saat itu. Ibu tentu sangat bersyukur, sebab air itu sangat penting buat keluarga kami. Tak lama kemudian, meteran air yang pernah dicuri (milik swasta), akhirnya dikembalikan setelah ketuanya diganti dengan orang yang lebih amanah. Ujung-ujungnya, sekarang di rumah ada dua meteran air yang sewaktu-waktu bisa dipakai bergantian ketika salah satunya mati, Masya Allah. Sedangkan orang lain di sekitar kami tidak seenak itu kondisinya.


Allah nggak nyuruh kita repot nyari solusi, Allah mau setelah usaha semampu kita, kita bisa bersabar dan hanya berharap pada-Nya. Saya tahu, perjalanan belasan tahun yang dirasakan orang tua bukan hal mudah. Bahkan Ibu sempat bilang sambil nangis, “Betapa dzalimnya mereka. Mereka rampas hak kita, mereka ambil air yang kita pakai untuk bersuci dan shalat. Sedangkan di rumah mereka, air dibuang-buang dengan sengaja.”


Ketika sedang terpuruk, jangan sekali-kali kita berputus asa. Dan jangan sekali-kali kita mengharap selain pada Allah. Pengalaman di atas membekas banget buat saya pribadi karena saya juga sempat merasakan ketika harus menyewa mobil untuk angkut air dari sungai yang letaknya jauh dari rumah.


Bangkit saat terkena ujian dan musibah tentu bukan hal mudah, Guys. Teruslah dekatkan diri pada Allah, hilangkan jarak antara kita dengan Rabb yang menciptakan kita di dunia. Meskipun dunia lepas dari genggaman, banyak orang berkhianat dan mengecewakan, setidaknya hubungan kita dengan Allah tetap terjaga. Itulah yang paling penting dan utama.


3. Bersabar dan Berharap Hanya pada Allah


Bersabar itu bukan perkara mudah. Sebab itu, orang yang sabar tentu disayang Allah. Begitu selalu kita dengungkan sebagai bahan guyonan. Kenyataannya, saat kena musibah, candaan semacam itu nggak mudah diterapkan begitu saja.


Seharusnya, sabar itu ada sejak awal kita mengalami musibah. Tapi, saya pribadi lebih sering berhasil saat masalah itu berlalu dalam jangka waktu lama. Baru sabar setelah seminggu menangis sesenggukan. Sebelumnya, banyak mengeluh dan memaki masalah.


Selain bersabar, kita juga tidak boleh menduakan Allah. Mungkin, solusi bisa lewat siapa saja, tetapi sejatinya hanya Allah yang akan memberikan jalan keluar. Jadi, jangan terlalu berharap pada orang lain. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus dalam hati.


4. Menerima dengan Lapang


Sulit sekali menerima musibah apalagi jika iman kita masih dangkal. Pada akhirnya, kita menyesali banyak hal. Kita tuh sering banget nggak menerima ketika diberikan ujian. Marah, kesal, semua kena pokoknya. Padahal, dengan cara begitu, masalah tidak akan selesai, kok.


Bukankah lebih baik jika kita menerimanya dengan lapang supaya masalah itu lebih ringan kita bawa? Mustahil kita mengatur jalan takdir. Sebelum semua terjadi, kita masih punya pilihan, setelahnya, itu adalah takdir yang nggak bisa diingkari, Guys. Terima dan jangan sekali-kali melawan apalagi meminta mengakhiri hidup. Bukan kamu aja yang mengalami kesulitan, kok.


5. Cara Berpikir yang Salah


Saat kena musibah, pikiran kita sudah buruk dan nggak karuan. Dalam kondisi seperti ini, akan sangat sulit mengubah pikiran supaya tetap positif dan berpikir yang baik-baik atau berperasangka baik pada Allah.


Kita harus mengubah cara berpikir semacam ini menjadi lebih baik. Ke depannya, insya Allah semua akan baik-baik saja. Jangan menimpakan pikiran buruk bahkan sebelum semuanya terjadi. Itu salah! Apa yang kita pikirkan terjadi sekarang! Kalimat ini sangat tepat. Allah sesuai prasangka hamba-Nya. Karena itu, cobalah berpikir positif. Dari musibah yang kita terima, pasti tersimpan hikmah jika saja kita mau berpikir.


Setiap masalah juga jadi besar kadang karena kita membesar-besarkan. Maksudnya? Cobalah jangan memilah masalah menjadi besar dan kecil. Pikirkan semua itu sama saja porsinya, Guys. Insya Allah dengan cara seperti ini, kamu bisa menyelesaikan dan menerimanya dengan lebih mudah.


Tidak ada orang yang benar-benar tegar dan kuat ketika ditimpa sebuah masalah. Sebab yang Maha Kuat hanyalah Allah. Di sini kita akan sadar bahwa kita memang bukan siapa-siapa di muka bumi ini. Tidak selayaknya kita sombong apalagi sampai melupakan Allah. Yuk, Guys perbaiki apa yang salah dalam diri. Jangan berlarut-larut dalam penyesalan, menjadi lemah, dan terus terpuruk. Jangan seperti itu, ya!


Salam,

Comments