Media Sosial Hanya Untuk Main-main? Ini Manfaat Media Sosial Bagi yang Bijak Menggunakannya

Thursday, January 9, 2020

Manfaat media sosial



“Punya media sosial kayak kurang kerjaan aja, sih? Kadang, kita pegang ponsel sekadar buat chat yang penting-penting aja sudah menghabiskan waktu, apalagi sampai punya akun media sosial banyak? Buang-buan waktu aja!”


Pernahkah kamu mendengar komentar seperti ini? Bagi sebagian orang, mungkin orang-orang yang kerjanya pegang ponsel, main sosial media, sampai rela update status plus bikin feed Instagram jadi menarik adalah pekerjaan membuang-buan waktu. Yaelah, ngapain sih, emang ada gunanya?

Dulu, saya juga berpikir, media sosial itu ya gunanya nggak lebih dari sekadar itu-itu saja. Main-main, mengomentari status teman, dsb. Tapi, lama-lama saya paham, orang yang bijak menggunakan sosial media bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk banyak hal, termasuk mencari penghasilan, menyebarkan hal baik, berbagi tip yang mungkin berguna buat orang, dan penting buat penulis dan yang lainnya adalah media untuk branding.

Yups! Media sosial memang nggak jarang membawa dampak buruk, terutama buat yang nggak bijak memakainya. Mungkin orang yang berkomentar negatif tentang kita yang menggunakan media sosial, selama ini cenderung melihat kenyataan bahwa banyak orang di sekitarnya yang menghabiskan waktu buat bermain-main saja, nggak lebih daripada itu. Padahal, zaman sekarang media sosial juga jadi sumber penghasilan bagi sebagian orang, dan itu bagus-bagus saja, kan?

Anak-anak zaman sekarang memang cenderung menghabiskan waktu untuk bermain Facebook atau Instagram. Nggak harus mereka yang masih remaja, yang sudah berumur saja senang, lho. Tapi, kencenderungan pada sebagian orang juga nggak bisa disamaratakan pada yang lainnya. Tergantung kitanya saja, pintar-pintar pakai sosial media atau nggak.

Kalau belum paham manfaat media sosial, sini merapat, saya beri tahu beberapa manfaat positif punya media sosial,

Menghubungkan Kita dengan Teman Lama yang Terpisah Jarak dan Mustahil Buat Bertemu


Meskipun sekarang media sosial banyak digunakan untuk hal negatif seperti buat tempat ngeluh, nyindir teman, nggak jarang ngejek sampai menjatuhkan yang lain, tapi nggak semua juga, kok melakukan hal serupa. Lagian, dibuatnya media sosial ini memang nggak bertujuan untuk itu, kitanya aja yang kurang pintar memanfaatkan sehingga jadi tempat melakukan hal negatif.

Media sosial seharusnya dijadikan media untuk bersenang-senang, membagikan hal positif, saling memotivasi, atau media membagikan hal-hal yang bermanfaat. Saya yakin, pemilik Facebook juga kesel kali kalau tahu penduduknya menggunakan Facebook buat media yang nggak perlu :D

Dengan Facebook atau Instagram misal, kita bisa terhubung dengan teman-teman lama. Misalnya saya, baru-baru ini akhirnya bisa berkomunikasi lagi dengan teman-teman zaman MI atau SD dulu, lho. Ajaib banget bisa mendengar kabar mereka lagi setelah sekian lama berpisah. Karena saya ini berganti-ganti sekolah mulai dari MI, Mts, dan MA, jadi kebayang berapa tahun nggak ketemu lagi? Terakhir kayaknya emang pas perpisahan waktu MI sebelum akhirnya saya jatuh pingsan di panggung *gubrak...kwkwk.

Media Untuk Branding


Nggak semua orang alay juga, pakai media sosial buat yang nggak perlu. Kalau sebagian orang melakukan itu untuk hal negatif, ya bukan berarti semua orang sama. Poin ini penting banget, sih. Karena sungguh nggak nyaman juga kalau disebut main media sosial hanya untuk membuang waktu *emak sensi...kwkwk.

Nggak jarang memang banyak teman-teman sesama penulis mengeluhkan hal serupa, sungkan sama orang karena kita dianggap pegang ponsel hanya main-main media sosial dan yang lainnya. Padahal, banyak di antara teman-teman saya yang pegang ponsel bukan untuk itu, melainkan buat nulis naskah sampai ngeblog.

Kenapa harus pakai ponsel? Karena tahu sendiri emak-emak sibuk apalagi tanpa ART. Waktu sedikit benar-benar kami manfaatkan dengan baik supaya nggak terbuang percuma. Daripada buat hal-hal nggak penting, mending buat yang bermanfaat seperti menulis. Dan faktanya, nggak semua orang juga punya laptop.

Salah satu hal yang kami lakukan sebagai penulis adalah branding. Dan biasanya memang kami lakukan di media sosial. Branding ini penting banget buat kami, bahkan zaman sekarang penerbit lebih memilih penulis yang dikenal baik di sosial media ketimbang yang tidak. Target pasar pun bisa terpenuhi dengan baik kalau kita pintar-pintar mengenalkan diri kepada publik. Bahkan zaman sekarang, yang pengikutnya banyak bakalan lebih unggul ketimbang penulis yang hanya bisa menulis, tapi branding-nya jelek. Aih, sedih, euy!

Apakah semua ini hanya main-main dan menghabiskan waktu atau kami matre banget gitu karena berharap buku-buku kami laku dengan adanya branding ini?

Mencari Penghasilan


Saya, sih manusia*siapa juga yang bilang dedemit. Tujuan menulis selain buat  bersenang-senang, menyalurkan passion juga biar dapat penghasilan sendiri. Saya ini nggak pernah kuliah karena keterbatasan ekonomi dan keburu nikah juga. Selain itu, orang-orang sering meremehkan karena dianggap anak kampung yang nggak bisa apa-apa. Setelah bisa menulis dan mendapatkan penghasilan, bukan hanya saya yang senang karena bisa membuktikan bahwa saya mampu, melainkan juga orang tua bangga bukan main.

Seumur hidup saya belum pernah membelikan sesuatu yang berharga kepada orang tua dari jerih payah sendiri. Saya juga belum pernah ngasih mereka uang dari keringat sendiri. Tapi, sejak menulis, saya bisa memberikan sesuatu buat mereka. Dan itu jadi hal yang menyenangkan buat saya pribadi.

Nulis buat berbagi aja, ikhlas, jangan niat karena uang. Begitu orang bilang. Sebelumnya, saya merasa keinginan semacam ini seperti dosa besar. Tapi, setelah mendengar penjelasan dari Ahmad Rifa’i Rif’an (perasaan disebut mulu...kwkwk), saya pun merasa niat ini sah-sah saja dilakukan. Sedekah emang nggak butuh uang? Ngasih orang tua kebahagiaan memang nggak selalu uang, tapi kalau bisa kenapa nggak?

Tapi, semakin lama, kita pasti akan menemukan ‘sesuatu’ yang lebih bernilai dari sekadar uang. Dulu-dulu, ngapain nulis artikel banyak-banyak kalau bukan demi dolar? Nulis sampai lembur, bangun awal-awal, dan menyempatkan menulis di mana-mana. Semua itu saya lakukan memang untuk dapat penghasilan.

Tapi, setelah memutuskan menulis buku, saya memang menjadi lebih senang menulis bukan hanya sekadar untuk penghasilan. Makin ke sini makin paham niat terbaiknya apa. Makin ke sini makin mengerti bahwa kalau tujuannya hanya uang, suatu saat akan berhenti ketika tujuan itu nggak tercapai. Dan pada akhirnya saya masih di sini meski penghasilan menulis buku nggak sebanyak menulis artikel.

Saya yakin, semua orang akan berproses, begitu juga dengan niat kita. Makin hari kita makin dewasa, makin hari kita makin paham apa yang sebenarnya kita cari. Dan tujuan punya buku best seller bukan hanya sekadar uang dan uang, dengan ini kita bisa menyebarkan manfaat lebih luas. Kalau buku kita bisa dibaca lebih banyak orang, kenapa nggak?

Jadi, nggak ngarep uang? Nggak mau muna, saya ini manusia, Gaes...kwkwk. Lagian, banyak orang menggantungkan hidup dari menulis dan itu terpenuhi. Lantas, kenapa saya gengsi mengakui? Kwkwk. Siapa yang nggak suka dapat uang? Siapa? Apalagi itu dari kerja keras kita sendiri. Nggak ada yang salah. Sama saja kita rela capek-capek jualan baju, jualan makanan, bikin toko online, dll. Tujuannya, kan sama saja. Dan mulia-mulia saja selama dilakukan dengan baik.

Kita akan tahu, bukan hanya uang yang diharapkan ketika telah menulis bertahun-tahun. Katanya, kerja aja yang bener dulu, uang mah nanti datang sendiri *eaa. Niatnya juga dibenerin dulu, rezeki akan datang bagi orang yang bersungguh-sungguh. Insya Allah.

Berbagi Informasi yang Bermanfaat dan Berfaedah


Nggak semua orang yang punya media sosial dipakai untuk menyebar hoax dan memfitnah. Masih banyak orang yang pakai media sosial untuk berbagi hal bermanfaat dan berfaedah. Misalnya, tentang tip menulis, penulis pemula tentu butuh ini. Atau tentang mengatasi kepanikan saat anak kejang demam. Banyak orang tua di luar sana yang butuh informasi yang benar. Zaman sekarang hal paling mudah untuk dapat informasi, ya, googling atau tanya sama teman. Nanya juga di media sosial...kwkwk.

So, saya pribadi nyaman-nyaman aja punya media sosial selama memang kita bisa bijak menggunakannya. Dan insya Allah ini nggak akan jadi dosa jika kita nggak seenaknya memakai. Berapa banyak orang yang menggantungkan hidup dengan media sosial? Zaman sekarang kita bisa dapat uang tanpa perlu kerja di kantoran, kok.

Jangan men-judge orang yang punya media sosial hanya bikin dosa. Please, ucapan semacam itu juga kayaknya nggak positif dan nggak bijak banget didengar. Jangankan yang punya media sosial, yang nggak punya aja pasti pernah main-main juga, kan? Beda aja tempat nongkrongnya...hihi.

Salam hangat,

Featured Image: Photo by Pixabay on Pexels

 

Comments

  1. Setuju. Kayaknya emang harus punya tujuan dapat uang dari medsos. Hehehe. Sambil ningkatin kualitas juga tentunya..

    ReplyDelete
  2. wah gak tau sudah berapa uang yang didapat. Sebenernya bukan selalu berhasil memancing pembeli dari medsos namun dari barang dagangan yang ditawarkan di medsos ketika itu mendapat respon positif, pembeli di dunia nyata luar biasa banyak.

    ReplyDelete
  3. Iya, nggak masalah juga sih :D

    ReplyDelete
  4. Wah, alhamdulillah sangat ya...

    ReplyDelete