Mempersiapkan Anak Masuk TK

Wednesday, December 11, 2019

Mempersiapkan anak masuk TK



Yeay!
Sebentar lagi si bungsu sekolah. Yups! Dia akan masuk TK setelah sebelumnya saya memutuskan bahwa dia nggak perlu masuk PAUD dulu disebabkan karena emaknya yang sok sibuk dan dianya yang sangat kurang tertarik sekolah di usia terlalu dini. Alhasil, semua semangatnya justru terkumpul sekarang.

Sebelum dia benar-benar sekolah Insya Allah tahun depan,  ada banyak hal yang saya persiapkan, terutama mental dia saat nanti akan berpisah dari saya. Otomatis dia akan masuk lingkungan baru, nggak bareng emaknya terus selama setengah hari, mandiri mulai dari makan sendiri hingga ke kamar kecil sendiri. Hal-hal semacam itu selalu menjadi fokus saya sebelum anak masuk sekolah.

Dan, ternyata untuk si bungsu, semua penuh dengan kejutan! Setiap anak perkembangannya unik dan berbeda antara satu dengan lainnya. So, mustahil juga dibanding-bandingkan. Apalagi saya juga berpikir, perbedaan itu juga bisa terjadi karena mental kita yang berbeda saat menghadapi mereka. Di mana ketika punya anak pertama semua terasa lebih sensitif, khawatiran, nggak santai sama sekali, bawaan horor aja kalau ada apa-apa sedikit...kwkwk.

Ujung-ujungnya, anak pun tumbuh dengan perasaan yang kurang lebih sama. Si sulung, selain orangnya kurang santai, dia juga lumayan lama belajar untuk mandiri. Wajar banget karena memang dia anak pertama di mana saya memperlakukan dia dan si bungsu pasti sangat berbeda. Dibilang dimanjain banget nggak juga, hanya saja nggak sesantai waktu mengurus si bungsu.

Sedangkan si bungsu, selain melihat dari orang tuanya sendiri, dia juga belajar dari kakaknya. Sehingga banyak hal bisa dia kerjakan tanpa perlu saya bantu. Misalnya yang paling mengejutkan soal membersihkan diri usai BAB. Pada suatu ketika, tiba-tiba dia masuk kamar mandi dan dikunci. Jujur saya khawatir, ngapain coba? Karena selama ini dia tidak pernah melakukan itu.

Dia juga cukup lama di dalam, sehingga saya yang di dapur akhirnya nanya juga, ngapain di dalam? Dia bilang sedang BAB. Tapi, kenapa dikunci? Pertanyaan itu berputar-putar di dalam kepala saya. Saya pikir dia sedang bermain-main air atau apalah...kwkwk.

Kemudian dia keluar kamar mandi dengan tiba-tiba, kaget dong. Kan, belum dibersihkan sama Bunda? Gimana kalau najis semua...kwkwk. Horor banget! Ternyata, dia sudah membersihkan diri dong, sendiri dan bersih pula.

Akhirnya sejak saat itu saya ajarkan lagi bagaimana cara membersihkan diri yang baik setelah BAB. Dan Alhamdulillah sampai detik ini dia bisa melakukannya dengan baik. Semua tertolong juga karena dia nggak terlalu jijikán, sedangkan kakaknya cenderung sangat jijik dengan hal-hal kecil. Itu ada baik dan buruknya.

Di satu sisi dia memang jadi pandai menjaga kebersihan, namun di sisi lain dia jadi susah belajar mandiri. Mau BAK di rumah orang aja bisa batal kalau kamar mandinya kurang bersih. Bahkan pernah di masa kelas satu dulu, si sulung menahan nggak mau BAK di sekolah karena jijik banget dengan kamar mandi, yaiyalah kan, kamar mandi umum. Akhirnya sampai dia ngompol di celana..huhu. Sedih banget kenapa dulu saya bisa menularkan hal itu pada dia. Tentu saja itu bukan kesalahannya karena dia belajar dari orang tuanya. Dan tahu siapa yang seperti itu sampai sekarang? Saya! :(

Keduanya, sekarang sudah belajar dengan baik soal kemandirian. Si sulung, mulai rajin mencuci piringnya sendiri, meski sesekali dia pura-pura lupa melakukannya...kwkwk. Sedangkan si bungsu, dia mulai terbiasa makan sendiri, mandi apalagi, hmm, dan tak lupa saya mengajarkan dia beberapa hal sebelum dia benar-benar masuk TK nanti.

Sekolah Tanpa Bunda


Sejak awal saya katakan bahwa saya tidak bisa menemani dia sekolah. Saya di rumah, dia di sekolah bersama gurunya. Guru adalah pengganti saya, di mana dia bisa meminta bantuan tentang apa pun dan tentu saja guru selalu bisa ia andalkan.

Sekolah adalah tempat yang menyenangkan, di mana dia bisa bertemu teman-teman baru, bermain dan belajar bersama. Saat waktunya pulang, dia akan dijemput, jadi, tidak perlu khawatir.

Lebih mudah juga ketika dia melihat kakaknya sendiri, di mana saat sekolah sejak awal memang tidak pernah saya temani. Hanya sehari saja pas baru masuk dan perkenalan, selebihnya dia bisa mandiri dan sangat tidak rewel. Bangga masya Allah dengan sulung yang tidak merepotkan karena saat dia masuk sekolah pertama kali, saya baru melahirkan anak kedua tanpa ART dan jauh dari orang tua juga.

Informasi ini harus kita sampaikan jauh-jauh hari pada anak-anak. Biarkan mereka merekam dan memahaminya. Hingga saat masuk sekolah, dia sudah tidak canggung lagi dan mengerti bahwa dia memang akan berpisah dari kita sementara waktu.

Jangan Berbohong!


Katakan dengan jujur bahwa kita hanya mengantarkan dia, misalnya. Tidak menunggunya di sekolah sampai waktu pulang. Ketika mereka tahu kita berbohong, bisa saja anak akan merasa ketakutan karena tahu dia ditinggalkan. Karena memang ada orang tua semacam ini, entah di zaman se-modern sekarang, masih adakah yang demikian?

Katakan saja bahwa dia akan baik-baik saja di sekolah. Bunda pulang dan akan datang tepat waktu untuk menjemputnya kembali. Biarkan anak-anak tahu apa yang seharusnya mereka ketahui. Insya Allah mereka akan sangat memahaminya.

Perkenalan dengan Alat Tulis


Ini bukan suatu paksaan. Tapi, minimal anak-anak senang corat coret di buku atau papannya di rumah. Minimal dia tahu cara memegang pensil yang benar meski akhirnya nanti di sekolah juga hanya bermain sambil belajar di mana nggak serius banget, kok.

Hanya saja, anak yang terbiasa pasti akan merasa lebih mudah nanti sehingga dia akan jauh lebih santai dan percaya diri. Si bungsu misalnya, karena sering melihat kakaknya belajar, dia jadi senang menulis dan menggambar juga. Dia belum bisa membaca, tetapi dia sudah rapi menulis dan bisa menuliskan namanya, masya Allah.

Dia juga pintar menggambar sama seperti si sulung. Dia belajar banyak dari saudaranya sendiri. Tanpa saya bantu, dia sudah bisa melakukan banyak hal hanya dari ‘melihat’ dan meniru’ saja.

Biasakan Melakukan Hal Sederhana Sendiri


Misalnya mandi, sikat gigi, BAK dan BAB, makan sendiri, mengambil minum sendiri, membereskan tempat makan, dan biarkan dia membantu kita saat di dapur sesekali dan tentu saja jika itu tidak membahayakannya.

Dia butuh belajar semua itu karena nantinya kita tidak bisa setiap saat mendampingi. Iya, kan? Kita tidak bisa terus menerus menjaga dan bersama dia. Ada saatnya dia harus melakukannya sendiri. Karena itu, nggak perlu terlalu khawatir membiarkan dia melakukan hal sederhana seorang diri karena sungguh itu nantinya akna sangat berguna.

Belajar Waspada


Dia hanya boleh bersama orang yang dia kenal dan percaya. Misal bersama guru dan teman-teman, bukan orang asing. Dia hanya boleh pulang ketika dijemput oleh bunda atau ayahnya. Tidak sembarang menerima barang atau makanan dari orang asing, apalagi tanpa sepengetahuan kita dan gurunya.

Dia harus belajar bahwa tidak semua orang bisa dipercaya dan tidak semua orang yang baik padanya boleh dia ikuti. Dia harus tahu bahwa memang di dunia ini ada orang-orang tertentu yang sengaja ingin menyakiti dia dengan berbagai macam alasan.

Cara sederhana untuk mengenalkan ini bisa dengan bercerita sambil digambarkan secara sederhana atau dengan membacakan buku cerita sambil memberikan contoh. Menurut saya ini penting sekali karena kita tidak bisa setiap saat bersama anak-anak.

Sampai sekarang, si bungsu masih seheboh si sulung saat pertama kali mau sekolah. Dia happy dan nggak merasa sedih sama sekali andai dia harus berpisah sementara waktu dengan emaknya. Antara sedih dan senang karena apa yang saya ajarkan ternyata dia pahami sepenuhnya dengan sangat baik.

Insya Allag, tahun depan dia akan masuk sekolah. Insya Allah, semua akan berjalan dengan baik dan menyenangkan, baik bagi dia ataupun saya. Bagaimana dengan teman-teman? Apa saja yang dipersiapkan sebelum anak masuk TK?

Salam hangat,

Feature Image: Photo by Milly Eaton on Pexels

 

Comments

  1. Hal-hal yang ngga kepikiran sebelumnya akhirnya kepikiran juga dari artikel ini, terimakasih ya Bun sudah berbagi cerita :)

    ReplyDelete