Seni Bersikap Masa Bodo di Dunia Maya

Monday, October 14, 2019

seni bersikap masa bodo



Bagaimana cara kita memperlakukan orang-orang yang punya perilaku ‘kurang menyenangkan’ kepada kita? Terutama di dunia maya yang sebenarnya justru mengambil banyak bagian juga di dalam kehidupan kita? Baper terus? Capeklah. Jadi pikiran sampai nangis-nangis? Sudah sering, sih *Nah, lho....kwkwk.

Bagi sebagian orang, tema ini mungkin tidak terlalu penting untuk dibahas, tapi faktanya, nggak sedikit orang yang sering kecewa hingga nggak tahu mau ngapain ketika mendapatkan perlakukan kurang menyenangkan dari orang-orang di sekitarnya terutama teman-teman yang hanya dikenal di sosial media dan dunia maya. Apa yang mesti kita lakukan? Haruskah kita memelihara ‘kebaperan’ kita terus menerus sampai menggerus kreativitas dalam menulis? Jangan, deh. Rugi banget, kan, kita kalau sampai perlakuan orang membuat kita jadi tidak produktif lagi? Seneng dong dianya kalau kita sampai seperti itu?


Karena itu, cobalah untuk memahami bahwa tidak semua orang bisa kita minta memperlakukan kita dengan baik. Mereka bebas melakukan apa pun. Misalnya, ada orang yang berjanji melakukan ini dan itu, memberikan ini dan itu, kemudian dengan senang hati kita memercayainya. Sayangnya, dia ingkar janji. Bahkan kesannya kita yang mengemis dan minta-minta :(


Kalau dipikir, dia nggak salah juga, kan? Kita aja yang terlalu bodoh percaya kepada orang baru? Baru kenal kemarin, kok, udah janji setinggi langit apalagi dengan cuma-cuma? Hmm, bukankah di dunia ini tidak ada yang gratis? Cimol aja bayar, kan? Kwkwk. Suka-suka mereka ingkar janji, meski nggak etis, tapi siapa yang bisa melarang dia memperlakukan kita seperti itu?


Atau, tiba-tiba ada blogger yang meng-unfollow kita tanpa alasan jelas. Pernah, kan? Pasti pernah. Kalau bukan dia yang unfollow, pasti kamunya yang unfollow...hihi. Hal semacam ini juga nggak elok banget dilihat. Kenapa? Karena sebagai sesama blogger kita sangat paham satu sama lain saling membutuhkan. Mending sekalian nggak follow, kan? Ini malah di-follow, kemudian diempas sampai ke dasar jurang. Hadeh, di mana perasaannya gitu? *Curhat...kwkwk.


Daripada kita baper nggak jelas dan nggak karuan, mending lakukan beberapa hal ini supaya tingkat kebaperan kita berkurang dan kita bisa tetap happy menjalani hidup ini, Guys!


Kalau Nggak Suka, Nggak Usah Follow, Unfollow, Unfriend, atau Blokir Aja!


Sadis banget, ya? Keluar, kan, aslinya? Kwkwk. Ketika pertama kali menggeluti dunia literasi, saya termasuk orang yang banyak bapernya. Orang-orang terdekat sangat paham siapa saya dan bagaimana saya bereaksi terhadap orang-orang yang dengan sengaja menyakiti saya. Mewek! Iyess! Nggak ada yang bisa saya lakukan selain menangis. Belakangan saya mulai belajar untuk tidak banyak menulis status di sosial media meski keadaan hati sedang patah-patah. Lagian untuk apa? Bukankah tidak menyelesaikan masalah juga? Dan saya berhasil mengurangi kebiasaan menangis juga, lho *prestasi banget ini...kwkwk.


Semakin ke sini saya semakin belajar menjadi orang yang ‘masa bodo’ dengan orang-orang yang menyakiti saya. Siapa kamu? Kenapa harus saya pikirkan juga, kan? Selama saya tidak melakukan kesalahan, maka dengan senang hati saya akan hapus pertemanan, blokir, unfollow dan sejenisnya. Daripada ujungnya hanya membuat kita sesak? Ngapain dipelihara pertemanan itu kalau memang sudah nggak sehat?


Setelahnya saya merasa jauh lebih baik. Tidak senang mengungkit, dan kembali melakukan aktivitas seperti biasanya.


Pilih Lingkungan yang Tepat


Jika kita berada di dalam lingkungan yang sama sekali tidak menghargai kehadiran kita, itu artinya kita memang salah memilih lingkungan. Jam tangan antik bisa dihargai murah ketika ditawarkan kepada penjual barang bekas dan menjadi begitu berharga ketika dijual ke toko barang antik. Begitu juga kita. Ngapain kita capek-capek ada di lingkungan yang sama sekali tidak menghargai kehadiran kita? Butuh membuktikan bahwa kita memang perlu dipertimbangkan kehadirannya? Saya pribadi memilih tidak.


Pernah merasakan hal semacam itu membuat saya ingin jauh-jauh bukan hanya dari komunitas tersebut, bahkan dari orang-orang di dalamnya sekalipun. Ketika berada di lingkungan lain, mereka begitu menyenangkan dan menerima saya. Lantas kenapa saya harus bertahan di tempat yang menganggap saya ‘tidak ada’?


Meski kita tak diperkenankan punya keinginan untuk selalu dihargai, tetapi dalam hati kecil pasti tak pernah juga ingin diperlakukan sebaliknya, kan?


Semua Orang Punya Cara Sendiri untuk Bahagia


Jangan menjadi pribadi pendendam karena bisa menghambat kebahagiaan kita. Saya tidak dendam, sih. Hanya saja akan sulit memaafkan dan melupakan ‘kejadian’ yang membuat hati saya ngilu. Soal mau membalas sama sekali tidak saya inginkan. Saya hanya ingin menjauh demi menjaga ‘kewarasan’ hati dan pikiran. Dan menjauh dari orang-orang yang ‘kurang menyenangkan’ adalah salah satu cara saya untuk menikmati hidup atau menjadikan saya lebih bahagia.


Itu sama saja dong dengan dendam? Kalau nggak mau maafin, kan, masih dendam. Entahlah, saya merasa cara inilah yang paling tepat untuk saya lakukan saat ini terutama ketika tidak semua orang bisa dipercaya untuk saling menghargai satu sama lain. Meski pendidikan mereka tinggi sekalipun ternyata tidak menjamin seseorang bisa bersikap baik kepada kita. Dan itu benar-benar saya alami. Mau dia orang di atas kita sekalipun, tetap saja bisa melakukan hal-hal yang bikin eneg melebihi mualnya pas hamil di trimester pertama...kwkwk.


So, seperti itulah cara saya bersikap masa bodo dengan orang-orang yang ‘kurang menyenangkan’ itu, Guys. Daripada kebanyakan ngedumel nggak jelas, kan? Daripada melihat postingan atau statusnya di beranda kita kemudian kita kesal? Mending hapus aja. Urusan dia merasa salah atau tidak, mau minta maaf atau tidak, bukan persoalan serius bagi kita. Pokoknya menjauh, jauh, dan sangat jauh. Pernah begini juga? :D


Semoga postingan yang nggak terlalu barfaedah ini bisa mengubah kamu yang sering nyetatus sambil nyindirin orang menjadi lebih kalem, ya...hihi. Tidak perlu umbar aib orang sama seperti kita tidak ingin aib kita dilihat yang lain. Kalau nggak kuat, lakukan cara saya, insya Allah kita tetap ‘waras’...hoho.


Salam,

Comments

  1. Setuju banget Mbak.. Saya juga lagi belajar buat "lurus kedepan", yg penting kita nggak menyakiti & merugikan orang lain. Setiap perbuatan akan kembali ke pelakunya masing2, kalo kita cuma lakuin yg baik2 insyaallah yg qt dapet cuma hal2 yg baik2 aja, begitupun sebaliknya..mangats mbaa.. #duh numpang curcol di lapak orang hehe

    ReplyDelete
  2. Hmmm aku udah baca buku Mark Manson, udah ga pernah update status fb atau twitter, Instagram seperlunya doang sih males soalnya kalo kecapean main sosmed mending ngerjain yg lain

    ReplyDelete
  3. Hihi, benar sekali, Mbak. Asalkan kita nggak menyakiti orang lain, insya Allah tak perlu banyak dirisaukan, ya :)

    ReplyDelete
  4. Samaan, Mbak. Saya juga share artikel aja di Facebook dan twitter. Udah jarang main sosmed.

    ReplyDelete
  5. saya udah lama banget nerapin unfollow dan blokir mbak di sosmed. hahahah... kalau memang makan hati dan mereka toxic, tinggal bilang BYE deh ke mereka, daripada kitanya yang kesel sendiri kan.

    ReplyDelete
  6. Kalau menurut saya intinya sih, jangan terlalu dekat dan percaya 100% kepada orang lain

    ReplyDelete
  7. Untungnya gw anaknya cuek. Kalo ada yang nyinyir gak gw tanggepin. Apalagi yang ngorek-ngorek kekurangan gw. Ya ampun, kekurangan gw aja diperhatiin, apalagi kelebihan gw. Ya kan???


    #artis

    ReplyDelete
  8. Saya rasanya udah kenyang banget dengan kelakuan dunia maya, mungkin juga saya sering bikin kesal beberapa orang, tapi selalu belajar untuk malu bertindak konyol di rana pribadi orang, kayak asal komen di status orang.

    Dan sesungguhnya sayapun lelah dengan medsos, sayangnya saya cari duitnya di medsos hahaha.
    Jadi saya anggap semua itu resiko pekerjaan sambil menebalkan anti baper.

    Ya gimana ya, mau ditinggal, tapi medsos, khususnya instagram jadi sebagai peluang lain selain blog, di saat job di blog lagi sepi, ada tawaran job di instagram, yang aslinya lebih mudah, karena cukup menuliskan beberapa kata di caption yang sungguh memang terbatas itu. Tapi tetep effortnya lebih ke blog sih.
    Ya gitu deh, harus pandai2 mengatur manajemen hati anti baper biar selalu bahagia hahaha

    ReplyDelete
  9. Aku tipe orang yang baperan juga Mba. Apalagi kalau aku udah jelas-jelas nulis konten positif di facebook. Tapi masih aja ada orang yang nangkepnya negatif. Kan bingung aku. Aku yang salah menyampaikan atau dia yang salah menangkap pesan. Kok dari semua komen positif cuma dia yang nangkepnya negatif hahaha. Kan aku takut juga nyinggung orang 😂

    ReplyDelete
  10. Iya, bener banget. Saya juga menerapkan hal yang sama memang hasilnya jadi lebih nyaman...

    ReplyDelete
  11. Iya, Mbak...Saya juga mulai belajar demikian. Jangan terlalu polos jadi orang...haha

    ReplyDelete
  12. Kwkwk...bisa aja. Kayaknya emang artis deh ini... :D

    ReplyDelete
  13. Benar, Mbak...Saya juga mengurangi interaksi di medsos, tapi memang kita butuh. Jadi, gunakan sesuai porsinya aja dan belajar buat kebal sama netizen..kwkwk

    ReplyDelete
  14. Nah, yang begitu lebih parah lagi ya, Mbak. Saya juga pernah soalnya. Tapi milih diemin aja deh asal saya nggak nyenggol orang..hihi

    ReplyDelete
  15. Hı mba salam kenal, kunjungan balik, bljr dr pengalaman, say pernah dulu posting artikel di FB padahal ya niatnya share artikel aja bagus tulisannya dr portal berita, segitu aja masih ada yg kesinggung lalu nyindir2..katanya postingan artikel nyinggung dia..lah:D*saya posting ttg make up natural..ga mesti dandan menor, krn dia hobby dandan jd postingan saya, bikin terusik. trus tiba2 di unfollow, padahal artikel berita..hahah sungguh ga ada niatan nyinggung siapa2 share krn manfaat kan,awalnya jd kebawa baper..kok dia gitu amat, skrg udah tahap masa bodo udah kebal. teman yang baik masih banyak.mungkin dianya aja yg ga cocok temenan sama saya:)

    ReplyDelete