Kejang Demam pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya

Wednesday, October 31, 2018

Kejang Demam pada Anak, Penyebab dan Cara Mengatasinya
Photo by Kelli Sikkema on Unsplash


Pagi-pagi kemarin, tiba-tiba terdengar suara kencang dari tetangga sebelah. Sayup-sayup terdengar oleh telinga seperti sedang membangunkan seseorang. Yang terbayang saat itu apakah ada yang kecelakaan dan pingsan? Hampir meninggal, atau malah apa?


Suami bergegas keluar dan mencari tahu. Ternyata cucu tetangga sebelah sedang kejang demam. Neneknya pernah cerita juga kalau cucunya beberapa kali kejang demam. Saya kemudian ingat bagaimana saya menangani si sulung yang sering banget kejang demam dari usia dua tahun sampai enam tahun. Lama banget, ya? Betul, lama sekali. Tapi, saat usia empat sampai lima tahun dia tidak mengalami kejang hingga enam tahun usianya, kejang demam  pun kembali terjadi di usia yang menurut saya sudah besar.


Kaget? Panik? Gimana menanganinya? Mengingat saya tidak tinggal bersama orang tua dan suami saya juga ngantornya di luar Jakarta? Meskipun sering sekali saya mengalami dan menghadapi ini sendirian, bahkan terakhir hanya bersama si bungsu yang nggak ngerti apa-apa, tetapi Alhamdulillah saya tidak pernah sampai sepanik apa.


Qadarallah, saya sangat bersyukur karena bisa mengenal milis sehat. Karena dari sana saya belajar mengatasi semua dengan lebih bijak. Panik boleh, tapi saya tahu apa yang harus saya lakukan, ke dokterkah? Ngasih obatkah? Ditungguin sampai berapa lama? Apa yang berbahaya dan perlu diwaspadai? Dan semua itu saya pelajari pelan-pelan saat bergabung dengan milis kesehatan ini.


Lalu Apa, sih Kejang Demam Itu?


Kejang demam adalah kejang yang timbul akibat demam yang terjadi pada bayi atau anak kecil yang tentu saja tidak disebabkan oleh adanya kelainan pada otak. Sebagian besar kejang demam terjadi saat anak demam dengan suhu di atas 38,3’C. Biasanya kejang demam juga terjadi pada hari pertama anak demam.


Kejang demam ini tidak terjadi pada banyak anak. Hanya satu dari 25-40 anak demam saja yang mengalami kejang demam. Salah satunya adalah putra saya. Kenapa sampai putra saya bisa memiliki risiko besar mengalami kejang demam? Alasannya karena ada riwayat kejang demam dari keluarga terdekat dan itu adalah saya sendiri.


Apakah Kejang Demam Berbahaya?


Sampai saat ini tidak ada bukti yang menyatakan bahwa kejang demam dapat merusak otak. Kejang demam juga tidak memengaruhi inteligensia dan tidak juga dapat meningkatkan risiko epilepsi. Jadi, jika sudah dipastikan itu adalah kejang demam, nggak perlu lagi merasa khawatir karena itu tidak akan memengaruhi kecerdasan seorang anak.


Kejang demam adalah kondisi kegawatdaruratan. Jika memiliki anak dengan riwayat kejang demam, sebaiknya selalu sedia obat kejang seperti diazepam rektal atau stesolid rektal. Obat ini memang tidak bisa sembarangan dibeli di apotek. Harus ada resep dokter dan biasanya disesuaikan dengan berat badan masing-masing anak.


Ingat, obat ini tidak bisa mencegah seorang anak dari kejang demam. Obat ini hanya dipakai saat anak kejang. Sepanik apa pun, jangan sampai salah memberikan obat. Stesolid termasuk obat keras, karena itu tidak sembarangan bisa dibeli. Setelah anak diberi stesolid rektal, biasanya mereka terlihat lemas, tertidur, dan beberapa saat atau tak lama akan sadar lagi. Biasanya saya segera memberikan dia minum sedikit demi sedikit untuk mencegah dehidrasi.


Berapa Dosis Obat Kejang Demam?


Karena termasuk obat keras, harus benar-benar dipastikan dosisnya sudah sesuai petunjuk. Obat Diazepam dengan nama dagang Stesolid ini biasanya dimasukkan lewat anus. Bentuknya memanjang berisi cairan bening dan harus disimpan di lemari pendingin.


Dosis yang semestinya adalah 0,3-0,5 mg/kg/kali. Obat ini hanya tersedia dalam dua jenis, yakni 5 mg dan 10 mg. Jika berat badan anak di bawah 10 kg, bisa pakai sediaan 5 mg. Jika berat badan anak di atas 10 kg, bisa gunakan sediaan 10 mg. Tapi, jika berat badan antara 10-12 kg, akan jauh lebih aman memakai sediaan 5 mg saja.


Jika dalam 4 jam kejang demam kembali terjadi, boleh saja diberikan obat kejang. Sebab obat ini tidak akan lama di dalam tubuh. Dia akan mudah dan segera dibuang dari dalam tubuh anak. Tapi, yang penting adalah atasi penyebab kejangnya. Jangan sampai justru hanya fokus pada kejang demam sehingga mengabaikan penyebab kejang demam yang seharusnya segera diatasi.


Untuk pemberian Diazepam berulang, harus benar-benar diawasi tanda-tanda vitalnya seperti napasnya apakah masih normal atau tidak. Jika kejang demam berulang dalam satu episode demam, perhatikan apakah kejangnya berlangsung lebih dari 15 menit, apakah mengalami kejang fokal (hanya sebagian sisi saja yang kejang). Jika demikian, jangan menunda untuk membawanya ke dokter.


Apakah Kejang Demam Butuh Antibiotik?


Sekali lagi kejang demam itu nggak berbahaya, scarry but harm less. Jadi, apakah butuh antibiotik? Antibiotik itu diperuntukkan untuk infeksi bakteri yang sudah terbukti atau bisa dibuktikan. Tidak hanya sekadar diagnosis saja, lho.


Saat anak kejang demam, cukup berikan Diazepam saja. Sedangkan untuk mengatasi demamnya cukup berikan penurun demam seperti Paracetamol. Jika kejang demam sudah berlalu, tidak ada yang bisa dilakukan orang tua. Mencegahnya pun tidak mungkin.


Saat anak kejang demam, perhatikan penyebab kenapa dia demam. Jika demamnya hanya disebabkan oleh virus seperti common cold, maka tidak butuh antibiotik untuk menyembuhkannya. Virus tidak mempan dengan antibiotik. Penyakit yang disebabkan oleh virus akan sembuh dengan sendirinya.


Meskipun panik dan trauma dengan anak yang mengalami kejang demam, tapi tidak dibenarkan juga memberikan mereka obat-obatan yang sebenarnya tidak diperlukan seperti antibiotik atau diazepam yang kadang diresepkan saat anak mengalami demam tinggi. Padahal sekali lagi itu tidak berguna mencegah dan apa pun alasannya.


Apa yang Harus Dilakukan Saat Anak Mengalami Kejang Demam?


Saat anak mengalami kejang demam, jangan biarkan dia dalam posisi telentang karena berisiko tersedak. Baringkan anak yang kejang di tempat datar dan dengan posisi menyamping. Jangan memasukkan apa pun ke mulutnya seperti yang sering dilakukan oleh orang tua zaman dulu seperti memasukkan sendok ke dalam mulut. Sebab itu bisa menyebabkan jalan napas tersumbat. Ketika anak kejang demam, jangan memegangi mereka terlalu kuat karena bisa menyebabkan patah tulang atau fraktur.


Penyebab Anak Memiliki Risiko Kejang Demam Berulang


Sekali saja terjadi rasanya seperti kehilangan napas. Bagaimana kalau kejang demam berulang? Duh, nyesek banget tapi bagaimanapun harus diingat bahwa jika memang benar-benar terjadi karena demamnya, kejang ini tidak akan membahayakan. Lalu, apa saja yang bisa menyebabkan anak berisiko mengalami kejang demam berulang?


1. Jika kejang terjadi pada usia di bawah 12 bulan. Bahkan putra sulung saya yang kejang saat usia dua tahun pun mengalami kejang demam berulang. 

2. Ada riwayat kejang demam dari keluarga dekat. Jika ayah atau ibunya pernah mengalami kejang demam saat masih kecil, risiko itu bisa terjadi juga pada sang anak. 

3. Kejang terjadi pada suhu tidak terlalu tinggi. Ya, kadang demam tinggi pun tidak selalu terjadi kejang demam, lho. Ini pun saya alami. 

4. Kejang demam terjadi sesaat setelah anak demam.


Apakah Anak yang Kejang Demam Harus Rawat Inap?


Anak yang mengalami kejang demam memang bikin panik. Apalagi jika itu terjadi pertama kali. Belum ada persiapan, apalagi jika sebelumnya tidak pernah mempelajari soal ini. Tapi, apakah semua anak yang mengalami kejang demam harus rawat inap?


Dan ini terjadi ketika si sulung pertama kali kejang pada usia dua tahun. Malam hari dia kejang demam, esoknya berulang. Saya segera membawanya ke UGD karena seperti itulah yang seharusnya.


Sampai di UGD dia dalam keadaan sadar, tapi saya mau memastikan dia baik-baik saja. Ada di UGD dia minum, menangis, dan sadar saat diperiksa dokter. Dokter jaga memaksa rawat inap dan harus infus. Infus? Tapi anak saya tidak dehidrasi? Kalau hanya mau observasi, cukup rawat inap saja, ‘kan?


Karena sudah membaca beberapa kondisi serupa di buku yang ditulis oleh dr. Wati, jadi saya pun tahu apa yang harus dilakukan saat itu. Observasi itu sebenarnya dilakukan untuk mengetahui penyakit penyebab demam sang anak. Nah, saat itu anak saya memang batuk dan pilek sehingga tidak memerlukan penanganan khusus. Lalu kenapa harus ke UGD? Selain untuk memastikan anak saya baik-baik saja, saya juga butuh resep Diazepam yang tidak bisa dibeli bebas tanpa resep dokter. Karena setelah terjadi kejang demam, saya pun harus berhati-hati sebab bisa jadi kejang demam itu berulang. Dan benar saja, dalam setahun, putra saya kadang mengalami 3-4 kali kejang demam. Ngeri? Banget.


Setiap dia demam, rasanya hidup nggak tenang banget. Mau minta temenin siapa kalau sudah begitu? Ya, harus sayalah yang bisa mengatasi dan menjaganya sendiri. Biasanya suami datang dari bekerja saat anak saya sudah sadar dan tidak kejang lagi. Jadi, kebanyakan dari kejangnya dilewati hanya bersama saya.


Kapan Anak Harus Rawat Inap Ketika Terjadi Kejang Demam?


Menurut dr. Wati yang membangun milis sehat, anak harus dirawat jika terjadi tanda gawat darurat seperti kejang terjadi cukup lama, setelah kejang anak tidak sadarkan diri, kejang berulang dalam waktu cukup singkat, kejang fokal atau sebagian, atau penyebab demamnya menyebabkan anak harus dirawat.



Jika mau rawat inap, harus benar-benar dipastikan dan jelas diagnosis dan indikasinya. Karena rawat inap tanpa alasan jelas justru lebih banyak risikonya bagi anak-anak. Misalnya saja terkena bakteri yang lebih berbahaya selama di rumah sakit, biaya, waktu yang nggak sebentar, dan trauma pada anak. Karena itu, penting banget sebagai orang tua memerhatikan dan mempelajari dunia kesehatan walaupun tidak berprofesi sebagai dokter.


Kejang demam memang menakutkan dan bikin trauma, hal ini tidak bisa dipungkiri ataupun dihilangkan dengan mudah dari benak orang tua. Tapi, setidaknya saat itu terjadi, orang tua sudah lebih siap, tahu apa yang harus dilakukan, tahu kapan ke dokter, dan tahu tanda gawat darurat. Semua itu bisa dipelajari. Yuk, jadi orang tua yang cerdas serta bijak dalam menggunakan obat. Jangan sampai anak jadi korban kepanikan orang tuanya sendiri.


Salam hangat,

 

Comments

  1. Saya baru tau kalo kejang demam itu nggak berbahaya walaupun terjadi berulang-ulang. Tapi, bagaimana kita tau kalo itu adalah kejang demam dan bukan kejang lainnya, apalagi kalo baru pertama kejang.

    ReplyDelete
  2. Saya baru tau kalo kejang demam itu nggak berbahaya walaupun terjadi berulang-ulang. Tapi, bagaimana kita tau kalo itu adalah kejang demam dan bukan kejang lainnya, apalagi kalo baru pertama kejang.

    ReplyDelete
  3. Di atas sudah sy sebutkan tanda gawat daruratnya dan kapan harus ke dokter, Mbak. Semua itu mengindikasikan bisa jadi itu bukan kejang demam biasa (supaya lebih hati2) sehingga harus segera dibawa ke dokter untuk memastikan penyebabnya..

    ReplyDelete
  4. untung di kel saya gk ada yg sampe kejang demam..walau gk berbahaya tetap aja serem

    ReplyDelete
  5. Terimakasih mba informasinya, walau di keluarga kami belum ada riwayat yang pernah kejang demam baik dari pihak suami atau istri tapi ilmu semacam ini sangat diperlukan untuk kita orang tua.. Saya bisa bayangin paniknya orangtua yang anaknya tiba-tiba kejang demam. Dulu waktu anak pertama, saya cukup panik mendapati anak saya demam tinggi sehingga sampai skrg selalu sedia termometer dan obat penurun panas khawatir suatu saat diperlukan. Duh, apalgi ditambah kejang..masya Allah... smg jauh-jauh dari saya....

    ReplyDelete
  6. Nambah ilmu lg
    Alhamdulillah,, dikelurga gk ad yg kejang demam Klo ad kejadian gitu gk kebayang bgmn jadinya krn sy orgnya panikan.

    ReplyDelete
  7. Dulu, tetangga saya pernah juga kejang seperti ini mbak, tapi dihubungkan dengan penyakit lain. Seperti kata mbak, si anak diberi sendok di mulut, katanya mencegah anak menggigit lidahnya. Sekarang anak itu dah kuliah. Ga pernah kejang lagi. Jadi, itu memberikan sendok itu sebenarnya tidak perlu ya?

    ReplyDelete
  8. Kok aku jadi ngeri ya mba. Anak sodaraku setiap panas selalu kejang. Semoga tidak pada Jasmine.
    Tapi persiapan perlu nih mba. Buat pertolongan pertama.

    ReplyDelete
  9. Ngeri juga ya kalau anak sampai kejang begitu. Biasanya pasti reflek panik. Apalagi kalau sendirian.

    ReplyDelete
  10. Iya, serem bangeet emang. Walau sering nmenghadapi tetap aja takut malah trauma

    ReplyDelete
  11. Aamiin, memang bikin panik ya mbak klw anak sakit

    ReplyDelete
  12. Seperti yang saya sebutkan di atas mbak..dalam dunia media itu justru dilarang. Kata orang tua dulu iyaa..makannya kita harus update ilmu memang jangan sampai salah bertindak karena bahaya bisa mengganggu pernapasan

    ReplyDelete
  13. Betul sekali...kalau udah panik udah nggak bisa rasional

    ReplyDelete
  14. Iya, Mbak...nggak dibolehkan. Anak sulung saya juga terakhir sampai berdarah lidahnya..biasanya kejang demam memang hilang sendiri klw udah besar..

    ReplyDelete
  15. Haha, jadi inget kai. Cucunya sunat bingung teriak2..jadi suami yang bantu pegangin.

    ReplyDelete
  16. Ngeri banget mbak tiap panas kejang? Apa hanya menggigil aja?

    ReplyDelete
  17. Betul, Mbak..butuh tetap tenang biar rasional..

    ReplyDelete
  18. Salam kenal. Iya, betul. yang saya bahas memang hanya kejang demam artinya memang kejang dengan demam, ya. Kalau kejang tanpa demam sudah beda lagi pembahasannya karena bisa jadi epilepsi. Semoga berkenan.

    ReplyDelete