![]() |
Photo by Aldin Nasrun on Unsplash |
Jauh sebelum anak lahir, seorang calon suami atau istri hendaknya mencarikan calon ayah atau ibu yang baik bagi anak-anaknya nanti. Di dalam Islam, ada poin-poin yang mesti diperhatikan sebelum memilih pasangan. Kriteria ini hendaknya dijadikan pegangan terutama bagi umat Islam yang hendak menikah.
1.Pilihlah pasangan yang baik agamanya
Dijelaskan bahwa orang yang baik agamanya berarti ia mampu memahami ajaran Islam yang lurus, menjalankan syariat agama dengan baik, serta memiliki adab, dan ilmu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta, dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”.
(HR. Bukhari dan Muslim)
Menikah dengan orang yang keliru bisa menyebabkan kerusakan dalam rumah tangga. Bagi kita, sulit mengubah orang yang sudah dewasa dan tumbuh dalam lingkungan yang buruk. Tidak mudah mengubah seorang lelaki atau perempuan yang terbiasa meninggalkan salat. Tidak mudah juga mengajari apa itu sabar kepada lelaki yang tempramen.
Jika kita keliru memilih pasangan, rumah tangga pun akan berantakan. Hal ini juga turut memberikan pengaruh buruk kepada anak-anak kita nanti. Itulah sebabnya, jauh sebelum mendidik anak, kita harus memilih calon pasangan yang sesuai dengan aturan syariat Islam. Jangan hanya termakan janji manis, tapi pastikan ia juga termasuk orang-orang yang mengamalkan agamanya dengan baik.
2. Pilihlah pasangan dari latar belakang keluarga yang baik
Riset genetika membuktikan bahwa anak mewarisi sifat-sifat moral, fisik, hingga intelektual orang tuanya. Karena itulah Islam menganjurkan kita supaya memilih pasangan dari nasab yang baik dengan harapan anak-anak yang lahir bisa tumbuh menjadi pribadi yang bertakwa serta bermoral.
3. Jangan memilih pasangan dari keluarga dekat
Islam menganjurkan supaya kita tidak memilih pasangan dari keluarga dekat seperti sepupu. Bukan tanpa alasan, hal ini menyimpan hikmah yang sangat baik di antaranya dapat melahirkan keturunan yang cerdas, menghindari penyakit menurun, serta memperluas hubungan keluarga.
4. Pilihlah perempuan yang masih gadis serta subur
Ada alasan kuat di balik anjuran memilih pasangan yang masih gadis, salah satunya demi menjaga keintiman dalam hubungan suami istri. Perempuan yang belum menikah diharapkan bisa mencintai pasangannya tanpa membandingkan dengan pasangan sebelumnya. Namun, bukan berarti seorang janda tidak dihormati di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menikahi sayyidah Khadijah disebabkan nasab serta kemuliaannya.
Selain itu, Islam juga memerintahkan supaya seorang calon suami menikahi perempuan subur yang diharapkan dapat memberikan keturunan. Hal ini juga sejalan dengan harapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang ingin melihat umatnya dalam jumlah banyak.
Hak-Hak Anak Dalam Islam
Ada beberapa hak anak yang mesti ditunaikan oleh orang tua. Beberapa di antaranya,
- Memilihkan calon ibu yang baik. Ibu merupakan sekolah pertama bagi anak-anak kita. Hampir seluruh waktu mereka habiskan bersama ibunya. Mereka belajar adab dan ilmu dari ibunya sebelum belajar di sekolah. Karena itulah, Islam menganjurkan supaya calon suami mencarikan ibu yang baik karena itu juga menjadi hak anak bahkan meski ia belum dilahirkan ke dunia.
- Mendoakan anak-anak kita supaya menjadi generasi saleh dan senantiasa dekat dengan Al-Qur'an. Tidak ada doa yang lebih mustajab selain doa orang tua kepada anaknya. Doa yang baik akan mengantarkan anak-anak ke jalan yang baik. Karena itu, hendaklah orang tua menjaga emosinya supaya tidak mudah berkata kasar ataupun mendoakan keburukan bagi anak-anaknya.
- Berikan nama anak-anak kita dengan nama yang baik. Nama yang baik akan menjadi panggilan serta doa yang akan ia bawa sampai mati. Kita boleh menamainya dengan Abdurrahman, Abdullah, atau Aisyah, serta Fatimah.
- Orang tua harus memberikan teladan serta contoh yang baik kepada anak-anaknya. Seorang anak berhak melihat kebaikan dalam keluarganya karena ia akan mencontoh dan meneladani orang-orang terdekatnya sebelum teman-temannya. Itulah kenapa ada kalimat yang menyebutkan bahwa mendidik anak sama dengan mendidik diri sendiri. Sebelum mendidik mereka, hendaklah kita memperbaiki amal serta adab diri karena semua itu akan dicontoh oleh mereka.
- Mendidik anak-anak kita dengan aqidah yang lurus sehingga mereka terjaga imannya serta dijauhkan dari perbuatan syirik. Pendidikan agama merupakan tanggung jawab orang tua karena fitrah seorang anak sejatinya beriman kepada Allah. Orang tuanyalah yang membawanya kepada agama lain selain Islam.
- Mengajarkan dan mencontohkan anak supaya mengerjakan salat fardhu. Berdasarkan pengalaman penulis, anak-anak tidak serta merta hanya diperintahkan untuk salat, tapi juga diajak salat bersama, dicontohkan sejak kecil dengan rajin membawanya ke masjid untuk salat berjamaah, dan memilihkan sekolah Islam yang mengajarkan mereka hal yang sama. Hal ini benar-benar memudahkan mereka supaya istikamah melaksanakan salat tanpa harus dipaksa setiap harinya.
- Memperlakukan anak-anaknya dengan adil. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melarang seseorang memberikan sesuatu hanya kepada salah seorang anaknya, sedangkan yang lainnya tidak. Maka, Rasul dengan tegas melarang hal itu. Selain tidak adil, hal ini juga dapat menimbulkan kecemburuan di antara mereka sehingga muncullah masalah yang bisa merenggangkan hubungan keluarga.
- Jangan membedakan antara anak perempuan dan anak lelaki sebagaimana kaum kafir Quraisy yang suka mengubur bayi perempuannya hidup-hidup. Saat ini, masih banyak orang tua yang mengagungkan anak lelakinya dan menganggap rendah anak perempuannya. Hal ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam yang telah dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Berikan pendidikan yang baik bukan hanya baik dari sisi akademik, tapi juga agamanya. Hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua dalam mendidik putra putrinya yang mesti ditunaikan supaya mereka memiliki adab serta ilmu sesuai dengan ajaran Islam yang lurus.
Orang tua punya kewajiban berbuat baik kepada anak-anaknya, sedangkan anak-anak tetap dibebankan kewajiban untuk berbakti kepada orang tuanya.
Seiring berjalannya waktu, masih banyak orang tua yang meminta imbalan balas jasa kepada anaknya dan sering mengungkit pemberiannya seolah anaklah yang meminta dilahirkan ke dunia.
Menurut saya, hal ini tidak seharusnya terjadi mengingat baik orang tua ataupun anak sama-sama memiliki tanggung jawab serta kewajiban yang mulia di sisi Allah. Menjalankan kewajiban kita masing-masing membuat hubungan antara orang tua dan anak menjadi harmonis dan tidak saling menzalimi satu sama lain. Itulah kenapa, sebagai seorang muslim kita harus belajar ilmunya sehingga bisa mengamalkan tanpa harus menyakiti siapa pun.
Salam hangat,
Comments