Pengalaman Sunat Anak dengan Metode Smart Klamp di Rumah Sunat dr. Mahdian (Rumah Sunatan Cipinang)

Monday, March 18, 2019

Pengalaman Sunat Anak dengan Metode Smart Klamp di Rumah Sunat dr.Mahdian (Rumah Sunatan Cipinang)



Punya anak cowok memang ada ujiannya sendiri, ya. Salah satunya harus menjalankan kewajiban khitan. Kalau ditanya kapan seorang ibu siap lihat anaknya dikhitan atau disunat, jawaban saya sampai kapan pun nggak akan pernah siap. Gimana mau siap, lihat anak sendiri teriak-teriak kesakitan…hiks. Masih untung ibunya nggak pingsan di dalam…haha.


Anak sulung saya dikhitan saat usianya satu tahun. Tepat di hari lahirnya, saya memutuskan untuk mengkhitan sulung tanpa banyak rencana sebelumnya. Alasan utamanya karena saya takut dia terkena ISK (Infeksi Saluran Kemih). Kenapa sampai kepikiran ke sana? Karena sejak awal dokter anak langganan sudah mengatakan bahwa dia kena fimosis.


Membaca banyak kisah mengerikan tentang ISK, saya jadi ngeri sendiri. Daripada harus dua kali kesakitan, karena ISK dan khitan, mending langsung saja dikhitan. Toh mau sampai kapan, anak lanang tetap harus khitan, kan?


Dulu pertama kali saya kenal metode Smart klamp pada tahun 2012. Metode ini bekerja seperti tali pusar pada bayi. Saya browsing-browsing sendiri dan terdamparlah di website Rumah Sunatan. Kayaknya metode ini benar-benar memudahkan ketimbang harus sunat dengan metode konvensional. Saya pun membaca banyak artikel terkait, hingga akhirnya saya yakin mengkhitan si sulung dengan metode satu ini di Rumah Sunatan.


Apa keuntungan dari metode Smart Klamp ini?

1. Prosesnya lumayan cepat dan mudah. Hanya butuh waktu sekitar 15 menit sampai semua selesai. Proses khitannya sendiri hanya berlangsung kurang lebih 5 menit saja.


2. Selesai dikhitan, anak sudah bisa pakai popok dan celana seperti biasa. Kebayang memudahkan banget, kan? Mereka bisa langsung jalan, main, dan beraktivitas seperti biasa.


3. Meminimalisir risiko perdarahan. Setelah dikhitan, nggak ada darah keluar. Kencing pun seperti biasa. Dengan begitu, sunat metode smart klamp ini dinilai lebih aman terutama buat anak-anak yang nggak bisa diam.


4. Tidak menggunakan jahitan. Karena tanpa jahitan, kita nggak perlu bolak balik ganti perban. Cukup bersihkan tabung dengan NaCl supaya steril terutama setelah mandi dan BAK. Setelah itu, teteskan obat yang sudah diberikan oleh dokter.

Pengalaman Sunat Anak dengan Metode Smart Klamp di Rumah Sunat dr.Mahdian (Rumah Sunatan Cipinang)
Dok Pribadi



Kenapa harus di Rumah Sunat dr. Mahdian?

 
1. Klinik ini merupakan klinik pertama yang mengembangkan konsep layanan khusus sunat dengan fasilitas bermain dan ruang tindakan. Saat menunggu atau antre, anak-anak bisa main-main dengan nyaman di lantai bawah. Ruangannya cukup luas dan nyaman. Ada kamar mandi serta tempat berfoto.


2. Berdiri sejak 2006 dan konsisten mengembangkan tindakan sunat terbaik.


3. Menggunakan metode Smart Klamp yang direkomendasikan di dunia bahkan oleh WHO.


4. Bekerjasama dengan negara Turki dan Malaysia untuk meningkatkan mutu pelayanan.


5. Dokter sunat di klinik ini memiliki sertifikasi dan jam terbang tertinggi dalam penggunaan metode Smart Klamp di Indonesia.


6. Ada pelayanan Emergency  Call 24 jam selama 7 hari.


7. Klinik sunat pertama yang memakai “Circumcision Kit” sekali pakai.


Saat si sulung dikhitan, saya tidak berani masuk. Usia satu tahun belum banyak memahami apa-apa. Bilang sakit pun belum bisa. Saat itu, dia lumayan rewel dan sering menangis. Obat pereda nyeri hanya diberikan berupa sirup paracetamol. Dulu juga dibekali antibiotik yang menurut saya itu nggak tepat dan sempat saya protes *dasar emak cerewet…kwkwk.


Seminggu berlalu, tabung sudah bisa dilepas. Sempat bermasalah karena ada sedikit luka yang masih basah dan agak lama meski nggak parah. Akhirnya malah kering setelah sering dioles gamat. Sejauh ini, walaupun dia rewel selama 2-3 hari pertama, tapi selebihnya dia baik-baik saja. Saya yakin, nggak akan mudah menghilangkan trauma saat dikhitan, apalagi ketika melihat tabung menempel di tubuhnya, dia bisa teriak nangis seketika…hehe. Kalau sudah begitu, emaknya pengen pingsan…haha.


Tapi, kemarin, saat saya memutuskan mengkhitan si bungsu yang sudah 3,5 tahun, saya beranikan diri masuk ke ruangan dan menemaninya saat dikhitan. Kok bisa tiba-tiba diajakin sunat?


Awalnya dia mau dan setuju kalau akan segera sunat. Bahkan di hari H, dia malah buru-buru dan nggak mau menunggu. Memangnya sunat harus daftar? Kalau langsung datang nggak boleh, ya? Tanyanya. Sampai segitunya. Akhirnya saya pun yakin, ini saat yang tepat untuk khitan.


Sempat agak bingung, Rumah Sunatan sekarang sudah berubah nama menjadi Rumah Sunat dr. Mahdian. Saya pikir itu rumah sunat berbeda, ternyata sama seperti yang lama, hanya saja namanya diubah.


Sebelumnya, saat masih berusia 4 bulan, saya sempat membawanya ke sana. Tapi, dokter bilang masalahnya tidak serius, artinya masih wajar. Sehingga kami pun disuruh pulang lagi dan berpikir ulang. Ya sudah, saya pun memutuskan menundanya karena yakin, anak bungsu saya baik-baik saja.


Tapi, tahun ini kayaknya sudah takdirnya dia disunat. Semua berjalan cepat banget. Nggak direncanakan jauh-jauh hari. Sabtu saya sampaikan pada suami kalau bungsu mau sunat, Ahadnya kita berangkat ke Rumah Sunatan. Sampai sekarang pun rasanya seperti mimpi, terlebih saya masuk ke dalam ruangan saat proses khitan berlangsung. Nggak banyak drama, nangis iya karena tiba-tiba dia nyesel sudah ngajakin sunat…haha. Tapi, mau gimana, kita sudah sampai, sudah daftar juga, ya sudah, kita jalankan saja.


Awalnya dia menangis, akhirnya harus dipegang erat karena nggak mungkin nungguin terlalu lama. Cukup dipegang sama suami bagian tangan, kaki sama perawatnya, dan dokter mengekskusi. Teriak-teriak terutama saat dibius kayaknya wajar, ya. Dia sempat bilang pusing, sumuk (berkeringat), dan sakit. Sunat pada anak hanya butuh bius lokal, ya. Dan prosesnya nggak lama, kok. Yang bikin lama itu dramanya, Sodarah.


Sejak awal saya katakan bahwa sunat itu sakit, Nanti dia bakalan disuntik. Saya tidak menutupi apa pun darinya, berkali-kali saya tanyakan apakah dia serius ingin sunat? Hingga akhirnya dia sadar, keputusannya mungkin salah…kwkwk.


Selesai sunat, bungsu langsung pakai popok dan celana. Dia ngambek, marah banget dan bilang hanya sayang Bunda…kwkwk. Lucunya, pas keluar ruangan, saya menemukan si sulung sedang sujud sambil menangis sedih mendengar adiknya nangis-nangis. Ini pemandangan yang jarang banget terjadi. Waktu tahu adiknya mau sunat, dialah yang merasa lebih khawatir dan takut daripada yang lain. Syukurlah, dia sendiri sudah sunat. Kalau belum, apa kabar dunia?


Ketika mau pulang dan masuk mobil, bungsu masih nangis sambil marah. Akhirnya diajakin nonton di tablet (fasilitas yang ada hanya ketika sunat...kwkwk) dan nggak lama dia tertidur. Sampai rumah dia masih tidur dan bangun untuk makan. Apakah nangis dan rewel terus? Justru kalau si bungsu lebih anteng dan langsung beraktivitas seperti biasa. Senyum, jalan, duduk, dan tiduran tanpa banyak mengeluh. Sampai hari kedua ini pun, dia masih seperti biasa kecuali saat akan BAK serta dini hari.


Waktu hari pertama kemarin, dia nggak mau BAK karena ketakutan, itu wajar banget. Saya biarkan sampai akhirnya dia kebelet sendiri, barulah mau ke kamar mandi. Alhamdulillah BAK lancar. Waktu mau dibersihkan dengan NaCl dan diberi obat, dia nangis lagi karena takut. Dan sudah pasti 1-2 hari ini masih ngilu dong.


Mau seaman apa pun, yang namanya sunat itu pastilah sakit. Walau nggak berdarah sekarang, walau boleh main, berenang, mandi, sampai ke mal…kwkw. Yang namanya sunat sudah pasti sakit. Udah jangan berharap terlalu besar, nanti malah kaget…haha.


Bekal obat kali ini berbeda dengan si sulung dulu. Harga obat-obatan nggak masuk dalam harga paket. Harga paket sunat anak metode Smart Klamp adalah Rp. 1.650.000. Itu hanya dibekali sirup pereda nyeri atau paracetamol saja.


Kemudian kita ditawari satu kantong obat-obatan KPPK (Kit Perawatan Pasca Khitan) seharga Rp. 150.000. Isinya ada obat merah, kasa steril, tisu basah steril, kotak obat kecil, obat sunat, cotton bud, masker, NaCl, irrigation syringe, sabun mandi antiseptik, dan hand sanitizer.


Nah, selain itu, kita juga dibekali 2 tablet ibuprofen rektal seharga Rp. 90.000. Jadi, total harga sunat di Rumah Sunat dr. Mahdian tahun ini Rp. 1.890.000. Lumayan jauh daripada dulu yang masih sekitar satu jutaan. Terang saja, jaraknya juga sudah beberapa tahun.


Ibuprofen rektal itu diberikan jam 10 malam sebanyak ¼ tablet saja dan nanti sebelum datang saat kontrol untuk lepas tabung. Dan, karena semalam bungsu nggak mau pakai, akhirnya obat ini dipakai dini hari tadi ketika dia teriak kesakitan dan pasrah…hiks.


Saya pribadi lebih memilih ke Rumah Sunatan ketimbang ke rumah sakit yang justru lebih ribet. Harus ada dokter anak, harus ada dokter bedah juga, dan yang pasti nggak bisa minta pakai Smart Klamp. Karena itu, saya sudah langganan sejak anak pertama di Rumah Sunatan. Alhamdulillah, sejauh ini mereka baik dan ramah. Konsultasi gratis dan yang pasti nggak terlalu jauh dari rumah.


Insya Allah, Ahad depan tabung akan dilepas. Semoga nggak ada masalah, lekas sehat dan bisa beraktivitas seperti semula. Jujur saja, sebagai ibu saya merasa sangat lega karena tuntas sudah kewajiban mengkhitan si kecil.


Tahun ini saya selangkah lebih berani…kwkwk. Kalau dulu, masuk ruangan sunat nggak berani, saya juga meminta suami cuti beberapa hari supaya bisa menemani saya mengurus anak mengingat saya hanya sendirian di rumah. Tiap memeriksa tabung Smart Klamp, air mata mengalir..hiks. Tapi, sekarang, saya lebih kuat, di ruang sunat juga nggak nangis, saya pasrah saja pada Allah. Berusaha tidak membedakan masalah menjadi kecil atau besar, saya yakin semua baik-baik saja. Dan yang pasti proses penyembuhan itu butuh waktu. Jadi, sabar saja, Insya Allah akan tiba saatnya untuk sembuh.


Salam,

 

Comments

  1. Kerumah sunat gini lebih praktis ya mbak daripada ke RS

    ReplyDelete
  2. Iya, Betul. Kalau sy sih memang lebih memilih begini, terutama memang karena pakai klamp..

    ReplyDelete
  3. insyaAllah anakku jg mw sunat pakai metode ini di RS, tp cm sm dokter umum, bukan dokter anak dan bedah, jd lbh murah, kebayang klo pake dokter bedah mihil kyknya.

    Aku jd deg2an, gmn ya anakku nanti, hihi

    ReplyDelete
  4. Halo mbak mau tanya, itu pas dilepas klampnya masih ada luka yg belum kering karena apa ya?
    Kebetulan anakku habis di sunat di sana juga.

    ReplyDelete
  5. Hihi..pengalaman paling mendebarkan selama punya anak cowok ya pas sunat. Antara lega udah sunat, sama sedih lihat mereka sakit gt..semoga lancar prosesnya ya, Mbak :)

    ReplyDelete
  6. Iya, Mbak. Itu sangat wajar karena itu kan memang bekas potongan. Nanti lukanya akan mengering dan cincin hitamnya lepas. Sabar ya, Mbak...semoga lekas sehat...

    ReplyDelete
  7. Saya baru hari ini khitan anak saya usia 2,5bln.. sendiri tanpa ditemani suami, bedanya saya menggunakan metode alisklamp, sebenarnya saya mau anak dikhitan pas baru lahir mengingat pertimbangan klo dikhitan waktu bayi akan minim trauma dan cepat sembuh tapi suami saya tdk mengijinkan dgn alasan tidak tega.. lalu melihat setiap saya mandikan seperti ada gumpalan putih yg keluar dari kemaluannya jdi saya khawatir terjadi penyumbatan yg bisa menyebabkan isk,lalu saya bicarakan lagi mengenai khitan Pd suami saya.. akhirnya suami mengijinkan tapi pada hari Sabtu saja karna dia jg lagi libur kerja, karna saya sdh tidak sabar menunggu, setelah suami saya berangkat kerja,saya berangkat sendiri ke rumah khitan tanpa ditemani siapapun..dan Alhamdulillah khitannya berlangsung cepat.

    ReplyDelete
  8. satu hal yang harus dilalui laki-laki muslim adalah disunat. untung masa-masa itu sudah lewat. enak ya skrg sudah ada metode sunat spt ini... kalau ingat dulu sakitnya minta ampun deh.. sembuhnya lama pula.. hihiks..

    ReplyDelete
  9. Hihi, sy yang mendampingi anak-anak saja ngeri. Apalagi yang mengalami. Memang metode ini katanya meminimalisir rasa sakit, tapi bagi sebagian anak tetap ada yang horor dan drama juga. Mungkin tergantung pada banyak faktor. Alhamdulillah untuk anak-anak sy semua lebih mudah dan cepat. Intinya yang namany sunat sudah pasti sakit. Itu aja yang nggak boleh dihapus dari mereka yang mau sunat :D

    ReplyDelete
  10. Beberapa hari lalu saya antar ponakan 5 tahun untuk disunat dengan metode smartklam waktu diinjeksi obat bius, atau apalah namanya, dia ngejerit kesakitan , duh rasanya langsung lemes ngeliat dia kesakitan, saya cuma bisa pegang tangan nya sambil usap usap kepalanya, padahal saya sendiri lemes, sesudah selesai dia masih rewel dan terlihat trauma, nggak mau pipis karena kebelet akhirnya mau, nggak sakit hanya linu, 3 hari LG akan pelepasan klamp saya berharap dia bisa tenang

    ReplyDelete
  11. Kayaknya hampir semua anak bakalan histeris pas dibius, Mbak :D Kalau kata suami, ya sakitnya pas dibius itu, setelah itu nggak terasa sakit pas proses khitan. Hanya saja udah kadung horor, yaa..hihi. Semoga ponakannya lekas pulih, yaa. Biasanya pas lepas itu juga lumayan sakit. Dokter sudah menjelaskan sebelum melepas klamp.

    ReplyDelete
  12. Assalamualaikum

    Hello mba,
    Saya baru baca blog ini. Mau tanya, saat buka klamp apa anak ada meringis kesakitan atau gimana ya? Dan berapa lama proses bukanya?
    Karena kebetulan anak saya baru sunat disana, di infokan setelah 5 hari baru dibuka klampnya. Karena kalo saya baca blog lain, ada yang bilang buka klamp itu lebih sakit dibanding saat disunat

    ReplyDelete
  13. Buka klamp itu nggak lama, Mbak. Hanya sebentar, tapi ya memang sakit. Tapi, nggak sesakit pas sunat. Anak sy menangis tapi nggak lama dan sudah bisa jalan biasa. Setelah itu masih mampir ke mall di sebelahnya :D
    Teman-teman yang lain juga bilang, pakai klamp ini penuh drama sunatnya. Apalagi pas lepas klamp. Tapi, pengalaman sy dua kali sunat anak pakai metode ini melihatnya masih wajar dan lebih mudah merawatnya. Kalau soal sakit, saya juga nggak tega. Tapi, balik lagi, yang namanya sunat ya pastilah sakit. Makanya sy bilang ke anak-anak, sakitnya bukan seperti digigit semut :D Tapi, mau sampai kapan juga mesti sunat. Jadi, tinggal milih waktunya :)

    ReplyDelete