Pengalaman Saat Anak Terbentur Hingga Memar dan Lebam

Friday, June 12, 2020

Pengalaman saat anak terbentur hingga memar



Tepatnya Selasa malam usai makan malam, kami masih belum beranjak dari meja makan dan masih ngobrol santai. Dari awal sudah gemas melihat tingkah laku si bungsu yang melangkah santuy di atas kursi, pindah ke kursi satunya. Sampai ditegur juga sama ayahnya. Akhirnya dia turun dari kursi, tapi sambil melompat.

Sayangnya, pendaratannya kurang bagus. Bukannya melompat dan landing dengan posisi jongkok atau berdiri, dia malah sujud...Hiks. habislah itu kening sampai saya lihat melengkung ke dalam. Saking sakitnya, dia sampai menggenggam jari-jari tangannya dan mengerang kesakitan.

Gimana reaksi saya? Kaget, panik, dan kebayang macam-macam, nih. Sebab ada pengalaman kurang mengenakkan dari keluarga dekat, kejadian terbentur kursi pada kepala bagian belakangnya, reaksinya sampai muntah-muntah dan harus operasi. Jangan sampai itu terjadi pada anak-anak kita, ya. Naudzubillah :(

Hal Pertama yang Saya Lakukan Saat Anak Terbentur


Setelah beberapa lama, bagian keningnya yang melengkung ke dalam mulai bengkak dan membiru. Saya langsung ambil es batu kemudian saya bungkus dengan kain. Es batu itu saya gunakan untuk kompres supaya bekas benturan nggak semakin membengkak dan supaya berkurang rasa sakitnya.

Si bungsu ini termasuk tahan sakit, ngelopekin luka sampai berdarah aja dia santuy, jadi ketika dia mengerang kesakitan sampai merem-merem dan menggenggam jemari, saya yakin itu sakit banget. Sampai-sampai saya tanyakan, apa masih bisa lihat Bunda? Apa mau muntah? Ya Allah, takut banget kenapa-napa :(

Bagian kepala ini sangat rawan dan memang mesti kita jaga saat mereka beraktivitas. Sayangnya, meski udah dijagain di dekat kita, ada saja kejadian nggak mengenakkan seperti ini. Dan buat saya, ini horor banget.

Panik Boleh, Gegabah Jangan



Hampir semua ibu panik ketika melihat anaknya sakit atau terluka. Dan buat saya itu sangat wajar, kok. Saya juga begitu. Ketika suami saya santai dan tenang, saya sudah mewek duluan.

Sejak menjadi seorang ibu, banyak pelajaran saya dapatkan. Menjadi ibu dari anak yang langganan kejang demam sejak usia 2 tahun sampai 6 tahun, pernah si bungsu matanya kena pasir hingga tidak bisa melihat selama hampir 2 minggu dengan perjuangan pengobatan ke sana sini yang luar biasa menguras air mata, belum lagi dia demam tanpa sebab jelas selama hampir sebulan. Jadi ibu serumit ini ternyata.

Dan nggak mungkin saya katakan bahwa saya tegar melaluinya. Saya mewek hampir di setiap kejadian. Saya gemetar setiap anak kejang apalagi sering dalam kondisi sendirian tanpa suami. Tapi yang paling saya syukuri, setidaknya saya mengerti apa yang mesti dilakukan sebagai pertolongan pertama.

Saya sangat berharap supaya banyak ibu di luar sana yang peduli masalah kesehatan anak. Saya tahu, kondisi anak-anak lain di luar sana bisa jadi jauh lebih buruk, tapi bukan berarti kita boleh menyerahkan sepenuhnya urusan semacam ini kepada tenaga medis. Bukan sok pintar, tapi setidaknya kita tahu apa yang mesti dilakukan untuk pertolongan pertama dan tahu kapan mesti ke dokter. Jangan terlalu cepat sehingga tak berguna, jangan pula terlambat sehingga meninggalkan penyesalan.

Nggak mudah tetap di rumah saat anak kesakitan, tapi tidak setiap anak sakit butuh pergi ke dokter. Benar, kan? Ada saat mereka masih bisa kita rawat di rumah. Dan jangan pikir rumah sakit sebagai tempat aman, ya. Justru di sanalah risiko penularan penyakit lebih tinggi terjadi. Makannya, kalau nggak perlu banget, saya jarang ke dokter.

Ah, Mbak sombong banget, nih! Sok pinter! Kan dokter udah sekolah, udah punya tugas sendiri. Masa kita mesti belajar juga soal kesehatan kayak gini?

Banyak orang yang merasa saya begitu. Bahkan dulu suami saya sendiri...kwkwk. Karena sering ngeyel nggak mau anak dirawat saat kejang demam (kondisinya sudah sadar dan tidak demam lagi), nggak mau minumin antibiotik seperti yang disarankan dokter (padahal hanya batpil), dan banyak penolakan lain yang saya lakukan, padahal saya bukan tenaga kesehatan. Sok pinter banget, Bun?

Dan tahu nggak? Ngajakin suami buat belajar RUM (Rational use of medicine) itu nggak gampang. Butuh waktu bertahun-tahun untuk mengedukasinya sampai akhirnya sekarang dialah yang lebih santai daripada saya. Ah, ngapain ke dokter, kan nggak kenapa-napa cuma pilek :D

Sayanya butuh konsultasi karena anak muntah terus misal, tapi memang masih minum banyak dan akhirnya memang semua baik-baik saja.

Hal-hal kayak gini sudah saya lalui ketika awal-awal menjadi seorang ibu. Entah gimana pengalaman ibu-ibu lain di luar sana, apakah seheboh yang saya alami atau nggak? Hihi. Setidaknya saya belajar bahwa jadi orang tua juga perlu belajar soal kesehatan terutama menyangkut kondisi anak-anak. Alasannya karena tidak setiap mereka sakit butuh ke dokter dan minum obat. Alasan lainnya karena tidak semua dokter bisa RUM sama pasiennya. Cukup sederhana, ya?

Tanda Gawat Darurat Saat Anak Terbentur


Saya ingat betul, hal yang mesti kita observasi setelah anak terbentur adalah melihat kondisinya apakah sadar dan baik-baik saja? Muntahkah setelah terbentur? Paling ingat soal muntah ini. Makanya di awal saya katakan, jangan sampai dia muntah karena artinya ada sesuatu yang nggak beres :(

Alhamdulillah, nggak lama setelah menangis dia mulai tenang. Sempat saya minumkan Sanmol sirup dan mengajaknya tidur. Sayangnya, dia masih main lego di kamar kemudian tidur pulas sampai pagi.

Di sini saya coba jelaskan tanda gawat darurat setelah kepala terbentur dirangkum dari website milis sehat,

Segera ke dokter bila,


  • Benturan terjadi cukup keras misal kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari tempat tinggi.

  • Anak mulai kehilangan kesadaran.

  • Anak terlihat lemas, kurang beraktivitas seperti biasanya.

  • Muntah terjadi hingga beberapa kali.


Ciri-ciri cedera kepala berat,



  • Anak mulai kehilangan kesadaran lebih dari 30 menit.

  • Anak tidak merespon panggilan atau mengantuk.

  • Pupil matanya nggak simetris.

  • Lemah pada tangan atau tungkai.

  • Terdapat benda asing mengenai kepala atau menancap di kepala.

  • Anak mengalami kejang (terutama di beberapa bagian saja).


Jika terjadi tanda-tanda gawat darurat seperti disebutkan di atas, kita harus segera pergi ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Ciri-ciri cedera kepala ringan,


  • Muntah terjadi minimal satu kali.

  • Masih sadar penuh dan dapat berikteraksi seperti biasa.

  • Terdapat memar.

  • Semua masih dalam batas normal.


Jika terjadi cedera kepala ringan, cukup kompres memarnya dengan es dan bersihkan luka jika ada luka. Berikan paracetamol untuk meringankan sakit kepala. Kita harus melakukan observasi di rumah dan perhatikan tanda gawat darurat lain yang bisa jadi muncul setelahnya, misalnya terjadi penurunan kesadaran, anak mengantuk secara terus menerus, muntah beberapa kali bahkan mungkin tidak berhenti, sakit kepala terus menerus, kejang, terjadi perdarahan pada hidung dan telinga, dan perilaku yang muncul tidak seperti biasanya.

Jika terjadi hal-hal seperti saya sebutkan di atas, segeralah ke dokter untuk meminta pertolongan.

Di website milis sehat disebutkan efek jangka panjang dari cedera kepala berat yakni mengalami gangguan ingatan. Saya teringat dengan kecelakaan yang terjadi kepada Bapak beberapa tahun yang lalu. Saat beliau mengendarai motor dan ditabrak oleh bocah ugal-ugalan dan menyebabkan Bapak terbentur batu dan pingsan seketika itu :(

Saat dibawa ke rumah sakit, Bapak sadar dan langsung muntah-muntah. Sakit kepala terus menerus dalam jangka waktu lumayan lama. Ini menunjukkan cedera kepala berat dan sampai sekarang, Bapak mudah sekali lupa orangnya. Semoga nggak terjadi hal serupa ya, Rabb. Naudzubillah.

Punya anak kecil memang rentan mengalami hal semacam ini. Sebab mereka masih suka mencoba hal-hal baru, buat mereka seru, bagi emaknya horor maksimal. Saat si bungsu terbentur, saya nggak bisa nahan nangis. Niatnya pengen nenangin, malah mewek.

Sebenarnya, ketimbang kakaknya, dia jauh lebih tenang orangnya. Nggak grasak grusuk gitu. Jarang terjadi hal aneh pada keseharian. Tapi, saat seperti ini terjadi, tetap saja panik banget lihatnya. Belum lagi ingat rumah sakit nggak senyaman dulu saat sebelum ada wabah corona.

Esoknya tahu nggak apa yang terjadi? Pagi-pagi bangun tidur tiba-tiba dia udah nangkring dong di atas motor trail ayahnya yang tingginya nggak ketulungan, tanpa suara, tanpa bisik-bisik...kwkwk. Emaknya auto teriak. Soalnya saya yang udah dewasa aja naik motor itu hampir encok karena terlalu tinggi, eh, tiba-tiba anak 5 tahun udah di atasnya aja :D

Semoga kita bisa mempelajari tanda-tanda gawat darurat di atas, ya. Karena observasi di rumah itu penting, nggak perlu buru-buru ke dokter. Meski awalnya menakutkan dan bikin panik, tapi kalau kondisinya masih baik-baik aja, insya Allah nggak masalah tetap di rumah sambil terus observasi.

Semoga ulasan di atas bermanfaat. Sampai sekarang saya masih bergabung di milis sehat dan bersyukur banget bisa ikut belajar pada dokter-dokter yang baik hati. Alhamdulillah.

Salam hangat,

Featured image: Photo by Pixabay on Pexels

 

Comments

  1. aku langsung jatuh kasihan sama boneka pertama, mbak. hahaha ...
    terima kasih ya, udah ngingetin soal ilmu ini.

    ReplyDelete
  2. Nggak kebayang kl q jd mbak Muyas. Panik luar biasa pasti lah. Soalnya q pernah gegar otak juga akibat cidera kepala kecelakaan. Dlu pas dibawa ke RS smpe muntah2 nggak sadar, alhmdulillah setahun pemulihan udh bisa aktivitas normal. Tp ya trumanya blm ilang, wkwk
    Semoga sibungsu sehat2 ya mbak

    ReplyDelete
  3. Klo aku mungkin lebih tenang ya daripd mbak Muyas saat anak sakit.
    Tapi 1 hal yg bikin aku gak pernah bisa tenang sampai sekarang klo anak demam tinggi. Aku pasti rela begadang demi menjaga demamnya gak sampai ke angka 40, karena anak punya riwayat kejang 2x. Jangan sampai terjadi lagi.

    ReplyDelete
  4. Temen SMA ada yang main basket kmd jatuh n muntah. Suh memang harus waspada ya. Tidak bisa dianggep sepele

    ReplyDelete
  5. terima kasih untuk artikel yang sangat bermanfaatnya mba, beberapa tipsnya sangat bermanfaat bisa jadi bahan rekomendasi dan referensi buat saya kalau kelak lihat anak2 mengalami kejadian begini, dan keponakan-keponakan aku yang masih kecil-kecil sering banget niy pada main dan kebentur tapi alhamdulillah sih masih kebentur biasa naudzubillah jangan saya kebentur parah, mereka main sepedaan, petak umpet, mobil-mobilan sering mengalami kejadian begini, bisa ampe benjol-benjol kepalanya

    ReplyDelete
  6. Ya Allah Mbak...alhamdulillah nggak kenapa-napa ya? memang anak2 gitu itu, auto naik-naik yaa. Syukron sudah berbagi ilmu dan informasi penting ini ya Mbak. Semoga ananda dan Mbak sekeluarga sehat selalu.

    ReplyDelete
  7. Ya Allah Mbak, aku jadi inget waktu Ghazy pertama kali jatuh dari kasur yang tingginya 70cm. Mukanya langsung pucet. Saya peluk dan coba susuin dia. Kok ya kelihatan lemes. Asli panik waktu lihat reaksinya begitu. Pingin bawa dia ke IGD aja. Tapi kata suami nggak usah.

    Nggak lama dia kebangun, trus ya kayak lagi ngantuk aja. Besoknya beneran kayak nggak ada apa-apa.

    Abis itu, langsung beli pager kasur. Tapi ternyata, setelah dia duduk dan belajar jalan, kebentur gini sering juga. Pernah yang sampai pucat gitu juga. Meski abis itu dia main-main lagi kayak nggak ada apa-apa.

    Huwoooh... Jadi ibu nih nano-nano banget. Asli. Apalagi kalau ngadepin yang ginian.

    ReplyDelete
  8. Berarti bukan revanol ya mbak yg dikasih awal ketika cidera. Soalnya yg aku tahu, bukan es batu. Melainkan revanol itu tadi ke luka yang berdarah. Alhamdulillah si kecil gak kenapa-kenapa mbak. Termasuk strong ya. Hihihi. Gak mengeluh kesakitan.

    ReplyDelete
  9. Nah, aku sebagai mamak ini kadang panik mbak kalo lihat anak mimisan. Padahal harusnya gak panik, tapi dilihat gejalanya ringan atau berat. Aku sama suami juga gak begitu suka dengan konsumsi obat. makanya sebisa mungkin menghindari ke dokter kalo gak parah-parah banget. Semoga kita sekeluarga diberikan kesehatan selalu ya mbak. Aamiin.

    ReplyDelete
  10. Oh gitu, ya, Mbak. Anakku kalau kebentur malah tak kasih air hangat. Kayak kompress gt tapi dg air hangat, alhamdulillah sih jadi enggak bengkak... Anakku emg aktif bgt bocahnya jd sering kebentur Sana sini, dan anehnya enggak pernah kapok. Paling suka kalau loncatan, sehingga alhamdulillah jd udah biasa ngalamin kejadian kayak gt, akhirnya enggak terlalu panik... Hehehe

    ReplyDelete
  11. Ngilu sendiri Mb bacany. Apa anak laki2 emang gitu, ya. Xixixi. Jadi inget nak Lanang yg masih 3 th.
    Btw sepakat mba, jd ibu bener2 g mudah y, baru ngerasain sendiri pas ngalamin. Paling nyesek ketika anak kenapa2 bapakny lg g ada, serasa jd single fighter. Semoga anak2 kita selalu dalam lindungan Allah y, Mba. Aamiin.

    ReplyDelete
  12. Kalau patokan aku sih mbak, anak sudah ngga sadar dan sebelumnya ada muntah pasti langsung aku bawa ke rumah sakit.

    ReplyDelete
  13. Biasanya panik memang berujung gegabah ya mbak? Tapi wajar sih kita cemas kalau org yg kita sayang kenapa-napa. Perasaan itu datang dg sendirinya. Eh, tunggu, panik dan cemas itu sama apa beda ya? Hmmm OTW KBBI

    ReplyDelete
  14. Whoa ... serem. Anakku juga suka naik-naik meja, kursi terus dia bakal turun dari situ. Saya udah pasti bawelin dia, paling ayahnya yang kalem. Selalu begitu. Saat bayi anak saya jatuh paa lagi di Semarang saya malah nangis, suami saya telp dan langsung datang pas.lagi kerja. Duh, habis itu enggak berani ninggalin anak pas tidur, meki cuman ke air aja. Lah, ini malah saya curhat. Hehe .... Moga ade sekarang udah baikan ya.

    ReplyDelete
  15. www.derisafriani.xyzJune 22, 2020 at 2:10 PM

    Saya termasuk yang nanti dulu ke dokter. Jarang banget ke dr kecuali darurat yang emang darurat. Pas malam2 anak kesakitan kuping, akhirnya ke dr. Pas dagunya robek sampe ke dalam mulut yang darahnya gak berhenti2. Pas anak demam lebih dari 3 hari tidak membaik. Kadang ke dr. Cuma konsultasi dan pengen tahu hasil lab aja biar bisa diobati sendiri di rumah. Lebih memilih herbal juga dari pada antibiotik.

    Nah kalau terbentur ini, ada yang ngajarin kompres pake air hangat atau nasi hangat dibungkus gitu mbak. Biar darahnya gak beku. Dalam waktu singkat, benjolannya ngecil juga dikompres angat begitu. Tapi gak tahu mana yang lebih pas.

    ReplyDelete
  16. Kalau saya sebaliknya mbak, saya yang heboh duluan. Suami yang tenang malahan, obatin sebisanya. Terus suka gemes kalau dia bilang, "gak apa-apa, anak laki kok."

    ReplyDelete