Kembali Beraktivitas Saat ‘New Normal’, Perlukah Tunda Masuk Sekolah?

Friday, June 19, 2020

Perlukah tunda masuk sekolah saat pandemi?



Alhamdulillah, beberapa hari terakhir sepertinya kita mulai bisa beraktivitas seperti biasa meski tetap harus waspada dan hati-hati. Setelah tiga bulan lebih nggak pernah pergi jauh sambil berkendara, kemarin akhirnya memberanikan diri pergi sebentar baeng suami. Bukan ngemall, bukan ke pasar juga, apalagi traveling naik kapal pesiar...kwkwk, tapi beli sapu yang udah patah, tapi nggak bisa nyari gantinya karena tukang sapu keliling juga kena dampak corona sampai nggak bisa lewat depan rumah :(

Pas keluar rumah, rasanya biasa aja ternyata. Meskipun sudah berbulan-bulan hanya di rumah aja, keluar rumah pun nggak jadi hal istimewa. Apalagi di masa pandemi yang belum berakhir sepenuhnya. Malah serba ribet rasanya.

Di Jakarta, sudah mulai masa transisi PSBB. Orang-orang bahkan sudah biasa aja sejak Ramadhan kemarin, bisa jadi sebelumnya juga. Jadi, memang nggak semua orang tetap di rumah kecuali ada keperluan mendesak, sebagian memang tampak sangat santuy dengan covid-19 ini.

Sampai sekarang, masih ada juga, kok orang yang nggak pakai masker saat keluar rumah. Dan ya, memang susah ngatur orang yang nggak pengen diatur kali, ya? Hihi. Ya sudahlah, mending kita jaga diri sendiri, keluarga, dan orang terdekat aja. Orang lain mungkin punya pertimbangan sendiri kenapa bisa sesantai itu di masa pandemi seperti sekarang.

Pandemi Belum Berakhir, Bijakkah Anak-anak Masuk Sekolah Lebih Dini?


Tahun ini, rencananya si bungsu akan masuk TK A. Segala persiapan sudah dilakukan termasuk sudah mendaftarkan diri di salah satu TK Islam. Daftarnya sebelum pandemi, jadi belum kebayang kalau akan terjadi hal seperti sekarang. Di mana hampir semua orang tua akan memilih supaya anaknya ditunda jangan masuk sekolah dulu.

Tapi, gimana dengan anak-anak yang sudah mendaftarkan diri? Nggak sekadar daftar, sudah bayar juga. Atau anak-anak yang sudah waktunya masuk SD kelas 1? Pasti nggak mudah memutuskan.

Saya termasuk salah satu orang tua yang ikut serta menandatangai petisi tunda masuk sekolah bersama mba Watiek Ideo. Alasannya sederhana, karena keselamatan anak-anak jauh lebih penting daripada apa pun.

Mereka memang punya hak belajar, tapi belajar nggak mesti di sekolah. Peran orang tua selama di rumah sangat penting dalam hal ini. Rasanya potek hati saya ketika mendengar ada sekolah yang memutuskan tetap masuk meskipun berjanji bertanggung jawab atas keselamatan siswa sisiwinya, tapi soal nyawa, apa iya bisa dikembalikan dengan mudah?

Barang hilang bisa dicari dan diganti, nyawa hilang mau dicari ke mana?

Kebanyakan dari Kita Tidak Terbiasa Hidup Bersih


Iya, memang itulah faktanya. Negara kita, masyarakat kita itu nggak terlalu disiplin soal kebersihan. Masih menyepelekan saat anak sakit batuk dan pilek, dibiarkan masuk sekolah tanpa masker, bahkan beberapa orang tua nggak paham kalau anaknya bisa menularkan penyakit pada temannya dalam kasus sakit selain batuk dan pilek. Misalnya cacar air, flu singapura, dll.

Saya mengedukasi anak-anak untuk menjaga kebersihan, kalau sakit selalu mengusahakan pakai masker meski itu nggak nyaman buat mereka, tapi itu baik buat teman-temannya. Jangan sampai batuk pilek itu ping pong di kelas. Hingga mengganggu waktu belajar karena nggak nyaman banget ketika kena common cold.

Akan menjadi percuma saat yang peduli hanya sebagian orang saja. Sedangkan yang lain bebas bersin dan buang ingus sembarangan, apalagi kelasnya pakai AC. Sudah jadi kebiasaan saat anak masuk sekolah, dia selalu kena batuk pilek. Sudah jelas tertular dari teman-temannya secara bergantian.

Dulu, anak saya juga pernah tertular flu singapur dari teman bermainnya. Ternyata orang tuanya nggak paham kalau flu singapur menular dengan mudah. Eh, anak ini malah makan bareng dengan anak saya :(

Belum lagi ada anak yang memaksa masuk sekolah padahal baru terkena cacar air. Hal-hal kayak gini bikin saya sebagai orang tua selalu was-was, jangan sampai sekolah nggak bijak ambil keputusan saat pandemi. Sebab corona nggak sesederhana batuk pilek. Menular dengan mudah, sembuhnya nggak semudah yang dibayangkan.

Pihak Sekolah Tidak Boleh Memaksa Orang Tua


Sudah jelas kemarin, ya? Anak-anak usia TK hingga SD akan masuk sekitar bulan November. Itu pun kalau keadaan memang benar-benar aman. Tapi, ada sekolah yang berencana tetap masuk di bulan Agustus. Buat saya ini horor banget.

Pihak sekolah sejatinya tidak boleh memaksa orang tua menyekolahkan anak-anaknya apalagi jika dilakukan lebih awal dari anjuran semestinya. Pihak sekolah mesti mencari solusi terbaik, gimana kegiatan belajar buat anak usia dini tetap berjalan meski tidak bertatap muka. Gimana solusinya buat orang tua dan murid yang nggak mau masuk karena alasan keselamatan?

Saya sempat ingin cancel memasukkan si bungsu ke TK A. Tapi, entah bagaimana kebijakan dari sekolahnya untuk tahun ajaran baru nanti. Yang jelas, saya nggak mungkin megantar dia sekolah langsung dan lagi, saya lebih memilih mencegah daripada mengobati. Sekali lagi, ini corona bukan common cold, ya bu :)

Edukasi Soal Kebersihan Nggak Bisa Dilakukan dengan Instan


Ini soal kebiasaan. Ngajarin anak disiplin menjaga kebersihan nggak bisa semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi buat anak TK dan SD. Butuh waktu nggak sebentar, kalau semua serba dadakan, pastinya akan ambyar tanpa kendali. Itulah yang saya takutkan.

Jangankan mereka, kita saja yang sudah dewasa akan kesulitan jika tidak terbiasa sejak awal. Sejak ada corona, kita jadi rajin cuci tangan, sebelumnya? Cuma kita yang tahu :D

Jadi, kalau ngajarin disiplin cuci tangan, jangan pegang-pegang sembarangan, tetap pakai masker dan nggak boleh sembarangan pegang wajah hanya beberapa minggu sebelum masuk sekolah, kira-kira akan efektif atau nggak? Jawabannya, bisa iya pada sebagian anak, bisa juga nggak bagi sebagian yang lain.

So, memang mengajarkan hal seperti ini jangan nunggu pandemi. Jauh-jauh hari sebaiknya kita sudah belajar lebih disiplin. Sekolah ngajarinnya bagus, tapi belum tentu kita di rumah sebaik itu diajarkan, maka butuh waktu lumayan buat adaptasi. Dan saya pikir nggak bijak dilakukan saat pandemi. Karena nyawa bukan bahan coba-coba.

Saya berharap, pihak sekolah benar-benar bijak ambil keputusan soal ini. Jangan buru-buru masuk sekolah, sebab angka penularan corona di Indonesia masih terbilang cukup tinggi. Orang tua di rumah pun bisa diajak kerjasama supaya kegiatan belajar tetap berjalan meskipun nggak akan semaksimal saat masuk sekolah.

Saya yakin, tidak semua orang setuju dengan pendapat ini. Semua orang tua punya pertimbangan masing-masing, hanya saja saya lebih senang menunda masuk sekolah saat pandemi sebab new normal bukan berarti kita sudah aman tanpa corona, lho. Dan perlu diulangi, corona nggak sesederhana common cold.

Angka kematian pada anak-anak disebabkan corona juga cukup tinggi di Indonesia. Jadi, sangat lucu kalau pihak sekolah lebih mengkhawatirkan keselamatan guru-gurunya yang katanya sudah berusia di atas 40 tahun dan meremehkan keselamatan anak-anak. Keduanya sama-sama mesti dilindungi dan punya hak untuk tetap sehat. Jadi, alangkah lebih baiknya jika sekolah ditunda dulu. Di beberapa negara yang sudah sangat disiplin soal kebersihan masih saja terkena corona dan akhirnya menutup sekolah kembali, bagaimana dengan negara kita?

Salam hangat,

Featured image: Photo by August de Richelieu on Pexels

 

Comments