Alasan Mau Aktif di Media Sosial

Friday, June 16, 2023

Alasan Mau Aktif di Media Sosial
Photo by dole777 on Unsplash


Hai, hai, semua! Kali ini kita ngobrol santai, ya soal media sosial, termasuk TikTok. Sedikit cerita, beberapa bulan lalu, tepatnya di bulan Februari 2023, saya akhirnya memutuskan membuat akun TikTok setelah sebelumnya pernah bikin, tapi akhirnya dihapus.


Banyak orang, termasuk penulis yang males bikin akun di TikTok. Mereka mempertanyakan, memangnya buat apa, sih punya TikTok? Joget-joget? Hehe.


Meski punya akun di TikTok, saya tidak pernah joget-joget, lho, ya…kwkwk. Seperti halnya media sosial lainnya, saya berpikir bahwa semua itu ada positif dan negatifnya juga. Kalau digunakan berlebihan, nggak sebagaimana mestinya, pastinya akan menimbulkan banyak mudharat seperti membuang waktu dengan sia-sia, membuat kita lalai, bahkan bisa menjadi jalan bermaksiat. Naudzubillah.


Namun, jika kita menggunakannya dengan bijak, insya Allah ada manfaat yang bisa didapatkan, kok. Salah satunya misalnya untuk branding.


Sebagai seorang penulis, kebanyakan dari kami pasti diminta aktif di sosial media oleh penerbit. Penerbit lebih suka penulis yang aktif. Memang capek jadinya, mesti bikin konten setiap hari, belum lagi mikir idenya apa, belum lagi mau nulis naskah. Nah, lho, makin banyak aja, ya kerjaannya? 


Dengan aktifnya kita di media sosial, harapannya kita jadi lebih mudah dikenal pembaca, bukunya makin mudah dicari dan ditemukan, kontenannya sekaligus jadi branding dan membuat kita dikenal positif di masyarakat.


Sudah sejak pandemi 2020 lalu saya mulai aktif membuat konten-konten motivasi di Instagram. Sampai dengan saat ini, saya masih melakukan hal yang sama. Mungkin, bedanya sekarang saya lebih senang membuat video-video reels, ya. Ini juga yang jadi alasan kenapa saya mulai membuat akun TikTok. Postingnya bisa sekali bikin untuk dua media sosial berbeda. 


Pastinya butuh waktu, mau lebih capek, dan mesti melawan rasa malas akibat pengin lekas rebahan setelah banyak aktivitas di rumah. Namun, setelah sering mendapatkan DM dari followers saya, rasanya malu ya, kalau mau menyerah. Sebab, banyak yang merasa dikuatkan, disemangati, dan merasa jauh lebih baik setelah melihat konten yang saya buat. Masya Allah ^^


Hanya saja, meski saya punya akun TikTok, saya tidak seaktif ketika menggunakan Instagram. Di TikTok, saya hanya sekadar posting konten kemudian menutupnya. 


Apakah Mungkin Melakukan Perubahan Hanya dengan Konten?

Alasan Mau Aktif di Media Sosial
Photo by Vika Strawberrika on Unsplash


Awalnya, saya kira ini hanya cara untuk branding, supaya bisa dikenal sebagai penulis. Saya nggak pernah menyangka jika semua ini justru bisa mendatangkan banyak hal positif dalam hidup seseorang.


Beberapa pernah DM dan berterima kasih karena merasa bahagia, semangat, dan dikuatkan setelah melihat konten-konten saya di media sosial. Bahkan, pernah ada seorang ibu yang sedang menjalani kemo menghubungi saya juga. 


Tak dipungkiri, hampir sebagian besar waktu kita habiskan di dunia maya. Mau tidak mau, apa yang kita dengar dan lihat akan turut berpengaruh dalam kehidupan di dunia nyata, termasuk pada mood, sampai dengan kesehatan mental.


Hidup sudah melelahkan, jangan suka nonton berita yang bikin stres. Hidup sudah capek banget, jangan ditambah dengan melihat berita-berita yang bikin overthinking. Konten-konten yang saya buat kebanyakan ringan, hanya sekadar pesan dan nasihat sederhana. Gambar-gambarnya dibuat happy, jadi diharapkan bisa membuat orang bahagia, tak melulu sedih, meski pesannya kadang berisi tentang hal-hal yang super mellow.


Apakah semua yang saya usahakan dapat membuat perubahan dalam hidup seseorang? Saya tidak bisa menjawab iya atau tidak, tapi semoga cerita-cerita dari teman-teman yang masuk ke akun Instagram saya benar-benar dapat menggambarkan itu semua.


Saya juga senang ketika teman-teman merasakan hal yang sama. Terima kasih, ya sudah membersamai perjalanan saya. Apresiasi dari teman-teman sangat membantu saya untuk lupa apa itu capek ketika bikin konten terutama saat sudah tengah malam :D


Kapan Waktu yang Tepat untuk Bikin Konten?

Alasan Mau Aktif di Media Sosial
Photo by Bruno Cervera on Unsplash


Jangan lupa, saya ini ibu-ibu, ya…kwkwk. Banyak yang mengeluh tidak punya waktu, tapi saya juga merasakan hal yang sama, kok. Tenang, kamu nggak sendirian :)


Saya yakin, banyak orang di luar sana yang pengin juga melakukan hal yang sama seperti yang kita lakukan, semisal menulis, membuat konten, dll. Namun, kebanyakan masih kesulitan membagi waktu karena sudah punya anak, apalagi yang masih balita.


Tenang, sini kita pelukan dulu. Kamu nggak sendirian. Waktu anak saya masih kecil, saya memutuskan berhenti menulis. Baru beberapa tahun ini saya kembali lagi dari nol setelah merasa benar-benar siap.


Memang tidak mudah, tapi jika kamu ingin, saya akan berbagi tipnya,

1. Waktu tidak bisa diulang, tapi impian kita masih bisa dikejar. Benar nggak, sih? Anak-anak kita yang sedang tumbuh tidak akan bisa diulang kembali masanya. Setelah dia besar, dia akan terus tumbuh, bukan sebaliknya jadi kecil lagi, kan? :D


Jadi, jika kita punya hobi atau apa pun itu, jangan pernah menomorduakan kewajiban pada anak-anak di rumah. Ada yang mesti kerja di luar, ada yang kerja di rumah, ada yang jadi IRT, semuanya akan menomorsatukan keluarga. Begitu juga dengan kita.


Kerjakan semua kewajiban untuk kemudian melanjutkan yang akan kita kejar, termasuk impian kita!


2. Lakukan dari yang kamu mampu. Jangan selalu melihat dan ingin mengejar orang lain. Iya, kamu adalah kamu. Kamu bukan orang lain yang dapat melakukan semua hal. Kita harus bisa mengukur kemampuan diri, jangan sampai kita terlalu tinggi berekspektasi yang kemudian membuat diri kecewa amat besar.


3. Sabar, semua butuh waktu dan proses. Benar, semua orang berlatih dan melakukan repetisi selama bertahun-tahun untuk menjadi versinya sekarang. Begitu juga dengan kita, butuh waktu yang tidak sebentar dan kegagalan yang mungkin tidak bisa hanya satu dua kali sebelum akhirnya sampai di titik yang kita harapkan. Sabar, semua akan sampai pada waktunya nanti.


4. Jangan berhenti belajar. Meskipun kita seorang IRT, tidak ada alasan untuk berhenti belajar dari siapa pun dan kapan pun. Belajar tidak terbatas hanya sampai di bangku sekolah atau kuliah saja, kan? Apakagi di zaman digital seperti sekarang, hampir semua hal dapat kita lakukan dari rumah.


5. Mulailah dari hal kecil. Jangan membuat target terlalu tinggi. Cobalah pelan-pelan saja asal sampai. 


Saya menikah di usia muda. Saya tahu, banyak impian yang belum saya capai waktu itu, tapi ternyata saya tidak gagal. Allah hanya menundanya sebentar sebelum akhirnya satu per satu Dia wujudkan. Tidak ada yang mustahil di dunia ini. Tidak ada yang tidak mungkin bahkan meski awalnya terlihat sangat sulit. 


Saya tidak menyesali takdir saya, kenapa mesti bertemu jodoh di waktu yang rasanya terlalu cepat? Nyatanya suami saya adalah teman berbagi saya, dia menemani perjalanan saya, meski cerita kami tidak sempurna, tapi saya bersyukur dan bahagia, masya Allah.


Semoga teman-teman juga selau mensyukuri semua pemberian Allah yang tidak pernah salah waktu ataupun tempat. Allah paling tahu apa yang kita butuhkan. Yuk, semangat melangkah meski rasanya terlalu pelan. Nanti juga sampai tujuan, insya Allah ^^


Salam hangat,


Comments

  1. Setuju bunda, kerjain tugas utama baru ngedit video sambil rebahan eaaa

    ReplyDelete