Tentang Rendi dan Pengantin Wanita yang Terluka pada Malam Pertama

Friday, February 23, 2018

Tentang Rendi dan Pengantin Wanita yang Terluka pada Malam Pertama


Rupanya menunggu itu sunyi, menunggu itu sepi, dan menunggu kamu serupa mimpi yang tak pernah ada ujungnya…


Sinta belajar dari masa lalu, bahwa hidup tak selamanya memihak meski telah dikejar dan diperjuangkan setengah mati. Seharusnya hari ini dia duduk di pelaminan, bersama lelaki bernama Rendi yang sempat menyematkan sebuah cincin emas berukuran sedang di jari manisnya.

Tetapi, apa yang dia harapkan pada akhirnya tak pernah berujung nyata. Sinta duduk di bibir ranjang yang mulai berderit karena dimakan usia. Menatap jendela yang menganga serta menampakkan senja di ujung peraduannya. Kedua matanya terbuka tanpa embun. Kosong.


Begitukah hidup? Selalu membuat hari-harinya suram. Undangan yang disebar hingga kampung sebelah, rupanya tak juga membuat impiannya terwujud. Sudah sejak lama dia ingin menikah. Tepat pada usia ketiga puluh, ketika semua orang mulai panik menyebutnya perawan tua, dan ibu serta bapak mulai kalang kabut mencarikan jodoh, lelaki bertubuh tegap itu datang tanpa diminta.


Seolah malaikat penyelamat, dia bersedia menikahi Sinta tanpa syarat apapun. Katanya dia sudah jatuh hati sejak pertemuan tanpa sengaja di madrasah, tepat saat Sinta mengantar kue basah untuk para guru yang sedang mengadakan rapat. Dan seorang guru matematika pengganti berwajah teduh itu menyapanya tanpa alasan. Tiba-tiba dan tentu tanpa diminta.


Sinta sempat tergagap dan tidak bisa berkata. Lelaki tampan itu sopan dan berkenalan dengan santun. Menyebutkan nama tanpa mengulurkan tangan. Tidak bertanya alamat apalagi status. Segera berlalu meninggalkan debar tak keruan di hati Sinta.


Begitukah cinta?


Datang dan pergi serupa angin. Meninggalkan duka atau suka siapa yang peduli? Sinta menarik selimut yang sempat menutupi kedua kakinya, beranjak demi menutup jendela, sebab malam mulai menjemput, dan masa lalu yang kelam itu tak kunjung hilang dari ingatannya.


Rendi adalah cinta pertama. Lelaki baik hati yang bersedia mencintai tanpa pernah meminta apapun padanya, termasuk menerima keinginan Sinta untuk tetap tinggal di rumah orang tua. Ibu dan bapak sudah tua, sendiri mereka pastinya tak akan sanggup. Maka Sinta meminta Rendi untuk ikut tinggal setelah pernikahan mereka resmi digelar.


Tetapi, sehari sebelumnya, lelaki itu datang dan berpamitan akan pergi sebentar ke kampung sebelah. Membeli sesuatu yang katanya bisa membuat permaisurinya gembira. Tetapi hingga keesokan harinya, lelaki yang disebut sebagai pemuda pemalu itu tak kunjung kembali. Keluarga kalang kabut menanti, mencari ke sana dan ke sini. Bukan lagi soal hati Sinta yang ngilu, tetapi ini tentang pernikahan dan resepi yang akan kehilangan mempelai prianya.


Apa kata orang nanti? Kasak kusuk di belakang Sinta membuat luka semakin menganga. Katanya Rendi pergi bersama wanita lain, tetapi gadis tiga puluh tahun bermata indah itu tak bergitu saja memercayainya. Rendi adalah orang baik, tidak mungkin kabur setelah semua ikrar cintanya di depan bapak dan ibu. Mustahil! Pasti sedang terjadi sesuatu yang buruk padanya.


Maka firasat itu terus mengembang serupa semak belukar merusak dan mencabik hingga ulu hati. Tak ada yang benar-benar tiba, sama seperti tak pernah ada yang hilang sejak kepergiannya. Sinta menutup jendela kamar, jantungnya berdetak lebih cepat. Entah kenapa, senja begitu menyayat hati. Ada yang hilang, meski yakin lelaki itu akan kembali, tetapi pikiran buruk mengoyak tanpa ampun.


Saat Sinta berbalik, ibu sudah berdiri di depan pintu kamar dengan mata sembab. Mengucapkan dua patah kata. Dan pertanyaan selanjutnya sungguh menyayat.


“Bagaimana Rendi bisa mati?!”


Tak ada yang bisa menjawab. Lelaki itu memilih pergi, dan meninggalkan luka menganga yang tak tahu kapan bisa disembuhkan. Sinta tersungkur bersimbah tangis. Tak ada yang benar-benar memihak. Dia kehilangan semuanya, termasuk rencana bahagia untuk berumah tangga.


Seperti inilah hidup, datang dan pergi serupa mimpi. Luka dan suka seolah tak berarti. Meski telah kehilangan, selalu saja ada banyak hal yang bisa disyukuri. Termasuk kesempatan untuk bertemu lelaki yang telah mencintainya setulus hati...

 

Comments

  1. Fufufu, suka bgt dg kalimat "begitukah cinta? Datang dan pergi serupa angin" setujuuuuu.. Dan kau rendi, Jahad syekaliiii

    ReplyDelete
  2. Woooww!! Cerpen singkat yang mengharuhkan.. Tapi lebih dominan kecerita...hampir tak ada dialog..😄😄 tapi tetap bikin mewek yang baca...😭😭😭

    Yaa!! Akhirnya shinta harus pasrah dan kembali seperti dulu...sesuatu yang indah hanya persinggahan belaka..

    Bisa jadi tuhan punya rencana lain untuk shinta..meski harus menjanda dalam madu pengantin...😄😄

    ReplyDelete
  3. kasihan sekali mbak Sinta ini, ya Alloh...
    tega benar laki-laki itu menyakiti hatinya
    apa tidak mikir dia punya ibu, punya kakak atau adik cewek ya

    ReplyDelete
  4. Hihi, makasih ya, Mbak udah membaca.. :)

    ReplyDelete
  5. Iyaa, cerpen tanpa dialog sering banget keceplosan bikin begini..hihi..

    ReplyDelete
  6. iya, kasihan tapi ini cuma fiksi kok...bisa jadi memang ada..takdir siapa yang tahu..

    ReplyDelete
  7. HIKMAH YANG PASTI AKAN DIPEROLEH OLEH neng Sinta ketika pria tersebut menyakitinya adalah (mungkin) dia akan menjadi lebih kuat dan lebih sabar ketika suatu saat kelak mendapat ujian yang lebih dahsyat dari peristiwa tersebut diatas....pasti....karena Ahhalah Taalla tidak akan mencobakan umatnya dengan yang melebihi kekuatannya....gituh sih ceuk sayah mah

    ReplyDelete
  8. nyimak baca dari awal sampai akhir ga bisa komen kata nonton sinetron he..he..

    ReplyDelete
  9. Kehilangan di hari yang seharusnya adalah hari bahagia? Tak sanggup saya membayangkannya, mba. Jadi ikut sedih deh.

    ReplyDelete
  10. Fiksi yang kece mba..
    Biasanya saya kurang minat baca fiksi tanpa dialog, tapi yang ini, semacam kisah yang berdialog hehehe..

    ReplyDelete
  11. ahhhh greget banget. jadi pengen nulis cerpen lagi hehehe

    ReplyDelete
  12. ah sedihnya hidup wanta yang sudah kadung cinta ditinggal pergi, sedih

    ReplyDelete
  13. Kok rasanya pengen nampol manja si rendi pake parutan kelapa yak? 😅😅😅

    ReplyDelete
  14. Semak belukar yang meyayat uluh hati
    Kata2 nya top banget
    Kenapa rendy bisa mati kak ?

    ReplyDelete
  15. Selalu asyik baca cerpen nya mbak muyas
    bikin nusuk ke hati

    ReplyDelete
  16. datang , hilang dan pergi begitulah kehidupan dunia nyata..... :)

    ReplyDelete
  17. Astaga,, malunya itu loh.. H-1. 😂😂

    ReplyDelete
  18. Rendi sudah dimatikan dalam kehidupan keluarga sinta. Hilang sudah

    ReplyDelete
  19. Ya elah, cuma cerita fiksi saja kan mbak?? Kasian si shinta nya..
    Sayang nya saya sudah menikah, kalo gak pasti saya kenalkan sama temen saya kali aja jodoh🤣🤣

    ReplyDelete
  20. Sedih mba, aku sempat berpikir si rendi di begal di desa sebelah hiiyyy seraaaamm.. hehehe

    ReplyDelete
  21. ini? nyesel baca ini huhu
    tapi begitulah cinta adanya ...

    ReplyDelete
  22. INi kisah nyata atau fiksi mba. Aku suka bamget

    ReplyDelete
  23. mak jleb..
    mungkin si rendi kecantol sama janda sebelah..
    #tragis

    ReplyDelete
  24. Rendi sebenarnya disembunyiin dimana sih ma authornya?? Hmmm... :P

    ReplyDelete
  25. Bukuin mbak Muyass.. Cerpennya bagus2. Selalu berhasil membuat imajinasi saya kemana2

    ReplyDelete
  26. Rendi, kenapa engkau pergi di saat seperti ini, kembalilah.
    yah begitulah cinta dia bisa datang kapanpun dan pergi dengan cara apapun

    ReplyDelete