Common Cold Setelah Masuk Sekolah Offline

Tuesday, November 2, 2021

Common Cold Setelah Masuk Sekolah Offline
Photo by Atikah Akhtar on Unsplash


Setelah sekian lama hanya di rumah saja, belajar pun di rumah, main juga di rumah, bertemu teman-teman juga hanya via online, akhirnya kita sampai juga pada waktu di mana pandemi pelan-pelan akan pergi. Iya, kita sudah bisa berkativitas di luar secara bertahap. Sekolah-sekolah mulai dibuka untuk pembelajaran tatap muka. Dan inilah hal yang nggak saya suka, common cold lagi!


Jumat lalu, si bungsu yang mesti sekolah setiap hari mengeluh sakit tenggorokan. Hari itu juga saya tidak mengizinkannya sekolah offline. Langsung minta izin. Benar saja, siangnya sudah meler dan demam. Mulai batuk-batuk juga. Kemarin, suaranya malah sempat hilang.


Setelah dua tahun hidup di masa pandemi, benar-benar jarang sakit, baru kali ini dia kena common cold lagi. Dan seperti biasa, sulit dihindarkan supaya nggak menular ke emaknya ataupun kakaknya. Jadi, kami bertiga kompak meriang…kwkwk.


Drama Commond Cold di Masa Lalu

Common Cold Setelah Masuk Sekolah Offline
Photo by Vitolda Klein on Unsplash


Common cold ini pernah menjadi drama berkepanjangan dalam hidup saya. Awal-awal si sulung masuk TK sampai SD rasanya adalah waktu terberat karena mereka mesti bolak balik ke rumah sakit. Mereka hanya kena common cold, tapi risiko lainnya pun nggak bisa dihindari.


Adanya riwayat kejang demam dari saya membuat kedua anak saya harus merasakan sering-sering kena kejang demam juga setiap kali demam, terutama si sulung. Saya orangnya nggak suka yang buru-buru ke dokter kecuali memang diperlukan. Ketika anak-anak kejang demam, saya bisa menangani sendiri di rumah selama gejalanya memang bisa di-treatment di rumah. Saya selalu menyediakan obat kejang di kulkas. Nggak pernah telat stok.


Namun, ada kalanya saya mesti bolak balik periksa untuk memastikan diagnosa, benar nggak, nih anak saya baik-baik saja meskipun kejang demam terus sampai usia lima tahun lebih? Atau si adik yang kena otitis media akut atau OMA yang berkepanjangan. Dokter bilang dia nggak bisa sembuh atau kemungkinannya kecil banget saking seringnya dia kena OMA akibat common cold yang berkepanjangan. Bahkan sempat ada rencana bakalan operasi telinga. Kalau ingat, dulu, kok kuat-kuat saja, ya ngejalaninnya? Kalau ngebayangin di waktu sekarang, rasanya berat banget :D


Kenapa anak-anak bolak balik common cold terutama di waktu sekolah? Karena ketularan dari teman-temannya. Ini hal yang sulit banget dihindarkan ketika anak sudah masuk sekolah. Dan sangat wajar sekali terjadi. Di rumah, anak-anak nggak main di luar. Kemungkinan kenanya paling dari kami, orang tuanya. Namun, ketika sekolah, dengan kelas yang selalu memakai AC, sudah bisa dipastikan akan mudah banget menular.


Setelah beberapa bulan ini mulai masuk offline lagi, akhirnya kejadian dan ngerasain juga kena common cold lagi, tapi Alhamdulillahnya anak-anak sudah lebih strong. Kemarin, ada wali murid yang bilang anaknya batuk juga. Hasil konsultasi juga dengan dokter Apin di RS, ya itu risiko yang nggak bisa dihindari. Lagi pula, anak-anak sakit pun buat menaikkan imunitasnya, kok. Cuma emaknya mulai oleng saja kalau lihat anak-anak sering sakit. Semoga tahun-tahun ini nggak separah dulu.


Nggak Semua Penyakit Butuh Obat

Common Cold Setelah Masuk Sekolah Offline
Photo by Laurynas Mereckas on Unsplash


Nggak dibawa ke dokter? Ke dokter mau ngapain? Curhat? Seperti saya waktu dulu berkonsultasi ke dokter Apin, cuma pengin curhat dan mencari dukungan kalau hal yang saya lakukan sudah benar. Bahkan dokter Apin pun tahu saya ke sana hanya pengin nunjukin ke suami saya yang dulunya belum RUM, biar dia tahu istrinya ini sudah benar menangani anaknya selama sakit…kwkwk. 


Pulang pun kami nggak bawa obat atau antibiotik. Padahal, waktu itu, doker lain sudah minta bolak balik cek darah sampai suruh rawat inap. Namun, dokter Apin hanya membolak balik badan anak saya…kwkwk. 


Nggak setiap sakit butuh obat. Nggak setiap sakit mesti ke dokter terutama di masa pandemi seperti sekarang. Menghindari banget pergi ke dokter kecuali dalam kondisi darurat dan mengharuskan saja.


Nggak ke dokter bukan berarti nggak sayang sama anak-anak. Justru karena sayang sama mereka, kita mesti hati-hati ngasih treatment terutama soal obat-obatan yang meski aman dikonsumsi, tapi tetap punya efek samping dan harus sesuai kebutuhan. Anak common cold nggak butuh antibiotik, tapi berapa banyak dokter yang ngasih oleh-oleh antibiotik setiap saya konsultasi? Obat sekantong buat satu anak dengan diagnosa common cold? Sedangkan kita hanya butuh satu tablet saja? Kira-kira masuk akal nggak, sih? Kecuali ada diagnosa lainnya.


Sampai capek kadang debat sama dokter. 'Anak saya sakit apa, Dok? Common cold. Sebabnya common cold apa, ya, Dok? Virus. Kalau sebab virus, kenapa anak saya diberikan antibiotik? Antibiotik, kan hanya dibutuhkan untuk penyakit yang disebabkan bakteri. Apa nggak berlebihan treatment-nya? 


Hari-hari berikutnya saya nggak mau debat lagi. Cukup nggak tebus obatnya dan pulang membawa obat demam atau obat lain yang jelas memang dibutuhkan.


Perjalanan common cold dalam hidup saya nggak sederhana. Ada anak yang sering kejang demam setiap kali kena common cold, ada anak yang bolak balik ke dokter THT hampir setiap minggu karena kena OMA. Itulah kenapa saya merasa berat kalau di sekolah nggak disiplin terutama soal anak yang sakit atau belum benar-benar sehat, tapi tetap masuk sekolah. Peraturan di zaman pandemi, anak-anak yang masuk hanya yang benar-benar sehat saja. Jangan sampai dia masuk, tapi malah membahayakan teman-temannya.


Saya sadar betul, itulah risiko yang bakalan terjadi dan nggak masalah karena mereka akan tumbuh semakin besar dengan imunitas yang lebih bagus. Namun, kadang jenuh juga kalau keseringan sakit…hiks


Anak-anak saya terbiasa pakai masker setiap mereka kena common cold jauh sebelum masa pandemi, sampai terkenal di sekolah rajin pakai masker. Zaman dulu, kalau hanya flu batuk, kan masih boleh sekolah, ya. Anak-anak saya memakai masker semata-mata demi menjaga teman-temannya yang lain supaya nggak ketularan juga. Semoga teman-temannya juga sama-sama menjaga. Itu saja yang saya harapkan. Kalau sudah diusahakan dan masih kena juga, qadarallah.


Sekian curhatan di pagi yang cerah dengan kondisi badan yang mulai enakan…kwkwk. Semoga anak-anak kita tetap sehat ya, selama pembelajaran tatap muka. 


Salam hangat,


Comments