Curhatan di Masa Pandemi

Thursday, July 8, 2021

Curhatan di masa pandemi
Indonesia, lekas pulih, ya :)


Akhir-akhir ini, kondisi Jakarta dan daerah lain bisa dikatakan dalam keadaan ‘nggak baik-baik aja’. Kasus positif Covid-19 bukan lagi tentang orang di bumi belahan lain. Bukan tentang mereka yang ada di India apalagi Cina. Tapi, makin ke sini makin dekat dengan lingkungan kita. Entah teman-teman sesama wali murid di sekolah sulung, teman kajian, hingga keluarga.


Mulai parno banget dan panik, tapi berusaha menenangkan diri dengan banyak melakukan hal baru yang bikin sibuk. Contohnya beres-beres rumah yang biasanya nggak pernah dikerjain sampai berjam-jam. Namun, kali ini, dari pagi sampai sore baru kelar. Atau banyakin belanja buku dan baca-baca sebanyak mungkin. Semata-mata biar nggak kebanyakan pikiran.


Makin kaget waktu dengar keluarga mau ngadain acara rame-rame di kampung. Jujur kecewa banget, di saat saya yang merantau nggak bisa pulang sampai dua tahun, di sana malah mau ngadain acara dengan ngundang orang yang nggak sedikit? Please, semoga semua sehat-sehat.


Kalau edukasi dari saya sudah banyak banget, tiap telepon pasti mewanti-wanti supaya lebih banyak di rumah ketimbang keluar apalagi kalau nggak penting. Masalahnya, kondisi di sana berbeda. Pakai masker aja diketawain seolah aib. Akhirnya semua ikut-ikutan. Misal ada yang kena pun rame-rame nggak percaya. Padahal, kena Covid-19 itu bukan aib. Makin jujur kita, makin banyak yang bisa diselamatkan.


Urut kening dulu. Itulah salah satu alasan kenapa saya masih belum berani pulang, karena prokes di sana masih kurang banget. Dan alasan yang lebih penting, pengin jagain orang tua dan mertua jangan sampai kena virus. Meskipun naik kendaraan pribadi, bukan berarti kami aman seratus persen. Mencegah lebih baik daripada mengobati.


Untuk saat ini, di kampung pun nggak bisa dikatakan aman. Kalau dulu, kota-kota besar saja yang genting. Sekarang, di sana pun berbahaya dan rumah sakit mulai kewalahan. Apa yang terjadi dengan Indonesia? Kenapa bisa sampai seperti ini? Sini, yuk, cerita :(


Baca Berita di Sosial Media Bikin Parno Nggak Habis-habis

Saat ini, informasi tersebar begitu mudah. Untungnya, kita memang jadi tahu lebih cepat tentang kabar paling baru. Namun, jangan salah. Karena informasi seolah nggak bisa disaring mana hoax, mana bukan, mana yang mesti dibaca dan lihat, dan mana bukan, akhirnya penuh isi kepala gara-gara berita yang berseliweran.


Informasi tentang situasi saat ini benar-benar bikin mewek. Kalau lihat-lihat foto entah di UGD atau di pemakaman Covid-19, pasti meleleh air mata. Mulai cemas banget dengan kondisi sekarang yang satu per satu mulai kena dan nggak sedikit juga yang meninggal.


Mau kena Covid-19 atau nggak, kenapa rata-rata meninggalnya sekarang? Siaran berita kematian masa iya hampir tiap hari? Ya, Allah. Jujur ini makin bikin parno selain lihat berita di sosial media.


Saya mulai belajar buat banyakin skip lihat berita-berita, tapi tetap menjaga diri dan berhati-hati banget selama di rumah. Saya hanya keluar rumah seminggu sekali untuk belanja sayur dan kebutuhan pokok di dekat rumah. Biasanya sudah pesan sehari sebelumnya. Sekarang, saya juga sudah nggak berani belanja ke supermarket. Memilih belanja online kayaknya lebih bijak meskipun mesti keluar uang lebih untuk ojeknya. 


Penting banget menjaga kewarasan jangan sampai stres. Beberapa hari ini lumayan banget kepikiran dan stres juga. Sampai susah tidur, deg-degan mulu, mau bercanda kok susah dan kayak gimana, ya. Kamu mungkin tahu rasanya kayak apa.


Kematian Sudah Pasti Waktunya

Kemarin, nggak sengaja dengerin ceramah Ustadz Adiwarman Azwar Karim tentang kematian. Kenapa mesti takut dan khawatir? Kalau belum waktunya, nggak akan dijemput, kok. Dan lagi, hidup itu mesti rida. Mau enak atau nggak, ya harus rida karena semua adalah pemberian dari Allah.


Salah satu hal yang ditakutkan dalam kondisi seperti ini adalah kematian. Kayak kematian dimajuin gitu lho jadwalnya. Padahal, kematian sudah ditentukan, nggak akan lebih maju waktunya ataupun bisa dimundurkan.


Ketakutan berlebihan akan kematian ya memang nggak perlu. Disiapin aja dalam kondisi apa pun. Entah kita duluan atau mereka. Nyesek banget nggak, sih bahas kematian dalam keadaan pandemi yang makin memburuk gini? :(


Kesedihan Nggak Selalu Harus Diperlihatkan

Kamu pasti tahu, ada orang-orang yang sengaja menyimpan kesedihannya supaya tetap waras aja. Itu cara dia supaya tetap tenang. Jadi, bukan berarti yang statusnya 'haha hihi' nggak berduka atas keadaan saat ini. Ada kalanya mereka hanya ingin mengimbangi berita-berita duka yang makin banyak setiap hari.


Saya pun sedih kalau kebanyakan baca berita duka. Memang akan merasa lebih terhibur dan lupa kalau ada status receh di sosial media. Karena makin ke sini beritanya makin nggak karuan. Kematian makin banyak, kasus positif pun meningkat.


Kita harus apa? Semua orang punya cara masing-masing untuk melewati masa sulitnya sendiri. Setiap dari kita pasti akan merasakan susah senang secara bergiliran. Nggak mungkin ada orang yang hidupnya bahagia doang, sempurna sekali hidupnya kalau begitu.


Untuk mendapatkan kebahagiaan, kita mesti menyelesaikan suatu masalah atau ujian dulu. Kalau hidupnya datar tanpa ujian dan cobaan, justru bahagia itu susah didapat. Karena bakalan hambar aja. Kalau kamu mau bahagia, selesaikan dulu kesulitanmu. Begitu kata Mark Manson, ya :D


Sehat itu Sangat Berharga

Makin ke sini makin sadar diri, bahwa bukan liburan yang paling diinginkan apalagi uang banyak. Karena punya uang banyak sekalipun nggak akan berguna jika kitanya nggak sehat. Karena bisa liburan juga nggak ada bahagianya jika kitanya sakit.


Sehat itu mahal. Kita pun makin sadar, betapa berharganya kesehatan itu. Bernapas yang dulunya semudah menarik dan mengembuskan, sekarang mesti tergantung pada tabung-tabung oksigen. Betapa karunia Allah itu luar biasa banget, tapi sering luput kita sadari.


Berapa banyak orang yang akhirnya meregang nyawa akibat sesak dan kesulitan bernapas? Banyak sekali terutama di masa pandemi ini. Tabung oksigen makin dibutuhkan. Makin dicari di sana sini. Berat ya menghadapi pandemi? :(


Kapan pandemi berakhir? Sangat berharap kita bisa segera hidup normal seperti dulu. Nggak masalah tetap pakai masker dan lebih banyak di rumah asal kondisinya nggak semencekam sekarang. Hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran seperti ini sangat tidak nyaman. Belum lagi anak nggak bisa sekolah dan kehilangan waktu emas bersama teman-temannya. 


Mungkin kita bisa berjuang bareng-bareng untuk lebih taat prokes sehingga kasus positif segera menurun dan ICU segera lengang. Harapan akan selalu ada karena kita punya Allah. Sedih, cemas, takut, dan panik itu wajar. Namun, jangan sampai kita melakukan hal-hal aneh seperti menimbun susu beruang, padahal masih ada susu cap singa…kwkwk. Stay safe, teman-teman. Kita berdoa semoga pandemi lekas berakhir dan Indonesia bisa segera pulih. Kita bisa melewati semua ini, insyaallah kita bisa!


Salam hangat,


Comments