Plagiat, Jadi Kebiasaan atau Belum Paham?

Saturday, September 5, 2020

plagiat jadi kebiasaan



Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, plagiat diartikan sebagai pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya dengan menerbitkan karya tulis orang lain, tapi atas nama sendiri, atau menjiplak, dsb.

Saya tergelitik mengangkat tema plagiat karena sepertinya masih banyak yang belum paham soal ini. Seorang teman editor kemarin juga bercerita tentang pengalamannya, banyak penulis terutama pemula yang melakukan plagiat. Entah mereka nggak paham atau memang maunya serba instan.

Begitu juga waktu saya memeriksa artikel dari para kontributor di Estrilook. Banyak yang melakukan plagiat. Mengambil artikel di website A, kemudian diubah hanya sedikit bagian saja. Ketika dicek, masih terlihat sama plek dengan aslinya.

Lebih kaget lagi, ternyata di Instagram lebih banyak lagi yang main comot karya orang lain. Ada gambar yang sengaja diedit, kemudian ditambah line art baru tanpa mengubah warna dan bentuknya. Kemudian di-upload di Instagram. Atau sengaja mengambil caption, hingga quote yang saya tulis tanpa izin.

Lucunya, ada yang awalnya nyomot caption, dia sertakan nama saya di bagian tagar, kemudian dia hapus tagar-tagar serta nama saya. Seolah itu caption buatannya sendiri. Meski tak berteman, qadarallah postingannya muncul saat saya membuka Instagram. Ada lagi yang bikin gambar dengan quote milik saya. Saat ini, semuanya sudah dihapus tanpa saya minta :D

Dari sekian banyak kejadian itu, lumayan kaget ternyata di Instagram lebih gemesin nge-jiplaknya. Jika mau lebih santun, silakan di-repost tanpa mengubah apa pun, jangan juga menghilangkan nama ilustratornya. Jangan mengedit gambar tanpa izin, apalagi sampai mengakui karya orang lain sebagai karya kita.

Awalnya saya enggan menulis tentang ini. Namun, tanpa saya duga, beberapa orang kemarin sempat mengirimkan pesan kepada saya dan melaporkan akun Instagram yang menjiplak gambar saya. Saya nggak kaget, soalnya sudah tahu lumayan lama, hanya saya memilih diam. Perasaan nggak nyaman negur orang itu merepotkan. Dia yang salah, dia yang marah, saya yang sakit perut. Bisa begitu di kepala saya isinya...kwkwk.

“Tapi, kalau dibiarin nanti malah seenaknya. Padahal kita bikin gambar itu capek. Mata sampai sepet. Belajar biar hasilnya bagus. Tiba-tiba diambil sama orang lain.” katanya.

Saya pun awalnya gemas, tapi sepertinya mereka memang belum paham soal ini. Semoga setelah menuliskan postingan ini, jadi banyak yang mengerti dan memahami bahwa setiap karya ada pemiliknya. Bahkan sependek quote di Instagram juga.

Dan nggak keren sama sekali mengakui karya orang lain sebagai karya kita. Lebih memalukan ketika ada yang mengenalinya. Jika tidak paham bagaimana? Semoga setelah membaca ini kamu bisa memahami apa itu plagiat.

Rewrite Dibolehkan, Plagiat Jangan!



Waktu menjadi penulis artikel beberapa tahun silam, tak jarang saya dan teman-teman butuh referensi untuk menulis artikel. Sehari kami bisa menulis lebih dari 5 artikel pendek. Kebayang apa aja yang mau ditulis? Pastinya kami butuh referensi. Tapi, bukan berarti artikel orang lain saya copas seenaknya. Ada caranya. Yups! Namanya rewrite.

Berapa banyak orang yang menulis artikel tentang demam? Sangat banyak. Yakin seluruhannya berbeda? Pasti ada poin-poin yang hampir sama. Tapi, biasanya disampaikan dengan bahasa berbeda, kadang sesuai pengalaman pribadi. Saat menulis, kita juga butuh referensi dari sumber yang bisa dipercaya. Dan itu sah-sah saja asal kita tetap menuliskannya dengan gaya bahasa kita sendiri. Atau kita bisa mengutip beberapa kalimat penting dengan menyertakan sumbernya.

Ide-ide baru, kadang datang karena terinspirasi dari karya orang lain. Tapi, bukan berarti kita bisa mengambil karya orang dan mengakuinya sebagai milik kita. Meskipun masih pemula dan baru belajar menulis, tetap saja tidak dihalalkan mengambil karya orang lain dengan alasan apa pun. Mepet deadline-lah, repot ngurus anak jadi nggak sempet, akhirnya ambil tulisan orang aja. Itu bukan alasan :(

Sedih kalau banyak kejadian kayak gini. Hampir semua orang repot dengan urusannya masing-masing. Bukan berarti kita boleh seenaknya juga dengan karya orang. Jika tidak siap dan merasa nggak mampu, jangan diambil deh job-nya. Itu lebih baik.

Jika kamu masih baru belajar menulis, yuk pahami beberapa poin berikut,


  • Rewrite dilakukan dengan memahami isi, bukan menghapal dan menyalinnya. Kalau kita hapalkan, ujung-ujungnya yang kita tulis nggak akan jauh berbeda dari aslinya. Mengubah sedikit bagian dari tulisan orang bisa jadi membuat karya kita lolos dari cek plagiat, tapi apakah itu menjamin nggak akan ada orang yang tahu soal itu? Ujug-ujungnya ketahuan juga, kok. So, rewrite yang benar atau tulis saja pengalamanmu sendiri daripada menulis tema berat, tapi malah hasil copas dari tulisan orang :)

  • Cari dari banyak sumber. Jangan hanya membaca satu artikel, kemudian menuliskannya. Coba banyak baca-baca dulu sebelum memutuskan menulis tema tertentu.

  • Berlatihlah menulis. Kemampuan menulis cepat dengan hasil yang baik didapat dari latihan dalam waktu tidak singkat. Jadi, jam terbang itu memang perlu banget. Makanya, jangan pengen yang instan-instan doang, karena mi instan kalau kebanyakan ujung-ujungnya jadi nggak sehat, kan? Kwkwk.


Setiap Karya Ada Pemiliknya



Karena saya jarang banget belajar menggambar, kecuali beberapa bulan terakhir, saya jadi bertanya-tanya sebenarnya apa yang dibolehkan dan apa yang nggak dibolehkan saat kita menggambar sambil terinspirasi dari karya orang lain?

Salah satu teman yang berprofesi sebagai ilustrator mengatakan nggak masalah kita menggambar mengikuti gambar orang lain asal hasilnya nggak sama. Bisa dicontohkan seperti adanya DTIYS (Draw This in Your Style). Hal semacam ini tentu dibolehkan.

Jadi, janganlah gambar orang diedit kemudian hanya diganti lien art seperti yang terjadi pada beberapa gambar saya. Bahkan warnanya masih sama plek. Meskipun awalnya saya nggak tahu, ternyata ada aja orang yang mengenalinya.

Seorang ilustrator dalam sebuah postingannya pernah menjawab sebuah komentar dari para followers-nya. Beliau mengatakan bahwa hampir semua ilustrator pasti terinspirasi dari karya ilustrator yang lain. Dan itu sah-sah aja. Hanya saja, terinspirasi ini bukan berarti kita ambil gambar orang, kemudian kita pakai dan akui sebagai milik kita.

Setiap orang berproses untuk mengasah kemampuannya. Sedikit cerita tentang perjalanan saya selama belajar menggambar. Dulu, saya ikut kelas menggambar bersama pak Maman Mantox. Latihannya bikin jari kriting...kwkwk.

Saya juga membeli buku-buku tutorial menggambar untuk latihan di rumah. Sayagnya, saya memutuskan rehat dan nggak menggambar lagi setelah itu. Beberapa bulan yang lalu, saya pengen latihan menggambar lagi setelah beberapa lama berhenti. Tujuan saya bukan pengen jadi ilustrator buku anak-anak seperti teman-teman yang lain (meski entah suatu saat akan Allah antarkan langkah saya ke mana). Awalnya sekadar pengen bisa menggambar, hiburan, latihan, kalau ada rezeki, pengen bikin buku dengan gambar sendiri.

Kamu tahu nggak? Saya menggambar hampir setiap hari selama 4 bulan terakhir. Kayaknya memang setiap hari, sih...kwkwk. Satu gambar butuh waktu minimal satu jam. Kalau saya sedang repot, kadang baru bisa mengerjakan setelah anak-anak tidur. BTW, saya sudah ibu-ibu, ya? Hehe. Soalnya banyak yang nanya dan saya merasa aneh dengan pertanyaan itu...kwkwk.

Pernah suatu hari saya pengen menggambar tanpa line art. Ini hal baru buat saya. Karena belum sepenuhnya paham dengan aplikasi yang saya pakai, saya buat ulang line art pertama diganti sesuai warna hijab, pakaian, dll. Jadi, nge-dobelin garis gitu, lho....kwkwk. Dan itu susaaah. Akhirnya sampai tengah malam baru kelar. Subhanallah.

Nggak mau diam di tempat alias puas dengan hasil yang sudah ada, saya belajar lagi di Youtube sampai akhirnya menemukan cara yang tepat dan memang mestinya kayak gitu. Banyak teknik saya temukan tanpa sengaja selama proses belajar. Saya pikir, kalau kita mau usaha, Allah bakalan kasih jalan, kok.

Makanya nggak heran kalau ada teman-teman di Instagram yang sama-sama lagi belajar menggambar bilang bahwa semua karya mereka dibuat dengan susah payah dan nggak instan. Wajar kalau mereka kesel ketika karyanya diambil orang, wajar jika ada yang selalu mengingatkan supaya berhati-hati dengan karya orang, jangan dicomot buat dijual, diedit, dll. Sebab membuatnya nggak mudah.

Ketika belajar menggambar, saya mengorbankan banyak waktu istirahat. Saya juga mengalah untuk mengurangi waktu menulis entah untuk naskah ataupun ngisi blog. Jadi, rasanya keterlaluan ketika ada yang ambil caption di postingan saya tanpa izin. Rasanya lucu saat ada yang pamer gambar dengan quote yang saya buat, padahal sebelumnya ia banyak bertanya-tanya lewat dm soal proses menggambar yang saya kerjakan.

Pernah saya menegur seseorang, sebab dia memang minta izin dulu sebelum posting gambarnya. Tapi, selain yang meminta izin, saya memang banyak diam karena capek dan nggak mau lelah hati. Urusan mereka saja dengan Allah *eh :D

Belajarlah Berproses dan Jangan Berpuas Diri



Sebelum saya menerbitkan buku solo pertama pada tahun 2019, sudah sejak lama saya belajar menulis. Dan bisa saya katakan ini bukan proses singkat. Saya mengikuti banyak kelas online hingga seminar kepenulisan, saya banyak berlatih menulis meski sampai sekarang buku saya belum ada yang best seller....*doain ya, Gaes....kwkwk.

Sekitar 10 tahun lebih impian punya buku solo itu baru tercapai. Iya, SEPULUH TAHUN LEBIH! Pernah gagal terbit setelah beberapa tahun menunggu. Pahit? Capek? Lelah? Kalau ingat apa yang sudah Allah berikan sampai detik ini, saya nggak mau bilang capek, nggak mau bilang lelah, apalagi kesel dengan yang sudah terjadi. Sebab Allah sudah kasih semuanya. Bahkan lebih dari yang saya inginkan.

Saya menyukai semua proses yang telah saya lalui. Sebab dari sana saya banyak belajar untuk tumbuh dan tetap bertahan. So, buat kamu yang punya impian, jangan bilang capek, jangan bilang mau nyerah, terus ikhtiar aja sampai semua tercapai. Allah pasti memudahkan langkah kita asal niatnya baik dan lurus.

Jangan lantas berpuas diri juga jika impianmu sudah tercapai. Belajar lagi, belajar terus, jangan bosan. Sampai sekarang, saya masih berlatih menggambar di buku, lho. Kenapa nggak langsung di tab aja? Karena saya merasa belum luwes menggambar. Saya membuat sketsa ‘orang’-nya di buku. Selebihnya saya buat di tab.

Ketika teman-teman bertanya bagaimana mereka bisa memulai, saya jawab, latihan di buku dulu sebelum di aplikasi. Jangan buru-buru ke aplikasi. Bahkan si Kakak saja saya omelin kalau menggambar di tab...kwkwk. Soalnya dia kelihatan lebih leluasa menggambar di buku ketimbang di tab. Latihan dulu, bagusin gambarnya di buku, nanti ada waktunya kamu bisa pakai tab. Itu omelan sayaaaa :D

Saya memaklumi jika masih banyak yang belum paham plagiat itu apa, baik saat menggambar ataupun menulis. Tapi, setelah membaca ini, semoga teman-teman mendapatkan pencerahan dan mengubah kebiasaan ‘buruk’ itu menjadi lebih baik alias berhenti mengambil karya orang.

Salam hangat,

Featured image: Photo by Christin Hume on Unsplash

 

Comments

  1. Assalamualaikum Kak
    beberapa waktu lalu saya meniru gambar kakak di kertas, jujur saya baru belajar menggambar pemula, pertama sy liat postingan kakak di ig, MasyAllah sy tertarik sy suka, dan sampai sy ingin menirunya di kertas, lalu beberapa waktu lalu pula sy foto sy post di ig, namun warna sy ganti dengan ide sy sendiri, sy kasih caption..." 😁 Meniru gambar siapa yaaa " kira² begitu lah kak, tapi di gambar sy (di kertas) sy tulis ig sy...
    Pertanyaan sy apa itu juga termasuk plagiat?
    Dan mohon maaf kak kalau sy mencontek gambar kakak🙏

    ReplyDelete
  2. kadang mereka gak negrti tentang perjuangan seseorang dalam hal menulis. dia patah semangat dan cari jalan pintas

    ReplyDelete
  3. Saya baru sadar juga ternyata, selain tulisan, gambar juga bisa diplagiat. Wah jadi kudu hati-hati nih. Kalau yang punya nggak ridho, bisa bahaya juga ya

    ReplyDelete
  4. Iya, betul sekali, Bunda :)

    ReplyDelete
  5. Iya, hehe. Bukan hanya soal nggak ridho-nya aja. Tapi juga hak cipta.

    ReplyDelete
  6. Masya Allah, terima kasih, Mbak..Nggak masalah kok kayak gitu. Apalagi buat belajar.

    ReplyDelete