Pentingnya Blogger Memahami Apa Itu Plagiat dan Rewrite

Monday, February 18, 2019

Pentingnya Blogger Memahami Apa Itu Plagiat dan Rewrite
Photo by Chris Spiegl on Unsplash


Apakah semua blogger paham apa itu plagiat dan rewrite? Dalam kelas menulis artikel yang tim Estrilook adakan, baik berupa kelas free ataupun berbayar, kami selalu katakan, jangan plagiat! Sebab itu ngeselin banget. Walaupun kamu nggak plagiat artikel saya, tetapi melihat tulisan yang copas seratus persen itu asli bikin gemas. Kamu penulis atau bukan, sih?


Selama memegang Estrilook, beberapa kali saya menemukan artikel kontributor yang terdeteksi plagiat lebih dari 50%. Bagi yang nggak biasa melihat hal ini, pasti santai saja menanggapi. Dianggap enteng. Tapi, bagi kami yang terbiasa menulis pake keringat *plus otot…kwkwk, melihat naskah hasil copas itu bikin geram. Nggak hanya saya, teman-teman satu tim di Estrilook juga merasakan hal yang sama.


Nah, kebetulan kemarin sempat membaca komentar salah satu blogger yang ikut mengomentari sebuah status di sebuah grup, intinya dia bilang, kamu juga plagiat. Nggak ada ide asli di dunia ini. Kamu pakai ide orang, kamu pakai gambar orang.


Eist, ngegas banget komentarnya sambil nahan pengen komentar juga…kwkwk. Di salah satu media pun tulisan saya sempat dikomentari begitu, nggak sekali dua kali, mereka bilang, paling juga artikel copas punya orang, nih, Min. Padahal media itu bakal mendeteksi kalau misal memang ada artikel terbit dan plagiat. Pasti kena sentil dan offline. Saya suka kesel dikatain begitu, tapi orang awam yang tidak pernah menulis, masih lebih mudah dimaafkan. Berbeda dengan mereka yang memang sudah ada di dunia literasi sejak lama dan bahkan berkomitmen fokus di dalamnya. Aneh kalau masih nggak paham apa itu plagiat dan rewrite.

Salah satu mentor menulis saya pernah mengatakan, di dunia ini memang tidak ada ide yang benar-benar orisinil. Semua ide yang ada merupakan modifikasi, dikembangkan kembali dari ide yang sudah ada. Yang begini ini tidak dilarang.



Apa itu rewrite?

Kamu bisa menulis artikel tentang kuliner di kota Malang. Kamu bisa cari ada berapa artikel yang membahas tema serupa, tapi sebagian besar nggak bakalan sama. Susunan kalimat, paragraf pembukanya pun beda. Rewrite merupakan cara kita menulis artikel dengan tema yang sama, tetapi dengan gaya bahasa kita sendiri. Itu boleh dan nggak dianggap plagiat.


Gimana caranya? Kamu bisa baca sumber referensi sebanyak mungkin, kemudian baca baik-baik sampai kamu benar-benar memahami. Tutup sumber dan tulis dengan gaya bahasa kamu sendiri.


Kalau artikel nggak mau dicopas, jangan menulis dan jangan diterbitkan di blog! Kalimat itu memang benar, tetapi nggak bisa jadi solusi. Saya yakin, semua orang yang benar-benar menulis dengan hati, pasti nggak bakalan rela tulisannya dicopas begitu saja. Kita mungkin saja pada akhirnya bakalan memaafkan, tetapi masih ada rasa nggak nyaman dan kesal pastinya.



Plagiat nggak hanya berupa tulisan

Dan plagiat itu nggak hanya berupa tulisan, lho. Beberapa minggu lalu, tanpa sengaja saya melihat blog salah satu blogger yang memakai header dengan gambar kartun muslimah persis seperti yang saya pakai di blog ini. Ya, itu memang ambil langsung dari blog saya, kemudian disambung dengan text dan dikasih pemanis seperti hiasan bintang gemintang.


Saya lumayan kaget, karena blogger itu sering menanyakan tutorial bikin header pakai Ibis Paint X juga pada saya, dan sering minta saran. Tiba-tiba tanpa ada basa basi langsung memakai gambar saya. Kenapa saya agak kesel? Karena saya bikin gambar itu sendiri dan nggak ambil di Google. Kalau saya ambil di Pexels atau Pixabay, okelah dia ikutan pakai.


Mungkin itu salah satu dari ketidaktahuannya sebagai seorang blogger yang katanya masih pemula. Tapi, kalau keterusan bikin gemas juga dong. Sedangkan selama ini saya sudah biasa diminta membuat gambar khusus buat teman-teman sesama penulis, dan itu saya kasih free! Kenapa dia nggak minta saja?


Lalu apa yang terjadi setelah saya tegur? Dia minta maaf itu sudah pasti. Dan saya tawarkan akan membuatkannya juga. Akhirnya? Saya cek kemarin, header buatan saya sudah dipakai, tapi entah hari ini. Saya tahu, semua orang berawal dari ketidaktahuan kemudian menjadi tahu, tetapi jika tidak paham, ada baiknya bertanya dulu sebelum bertindak. Saya tidak mempermasalahkan itu lagi, ya sudahlah. Tapi, mungkin bisa jadi pelajaran bagi teman-teman yang lain.


Header dengan animasi seperti milik saya mungkin ada beberapa yang punya, tetapi biasanya gambarnya beda. Ketika saya menggambar untuk teman-teman, selalu saya tanyakan, mau warna apa? Mau model seperti apa? Selain biar sesuai sama yang punya, saya juga nggak mungkin bikin gambar yang sama. Masa iya, ada 10 blogger pakai gambar kartun sama semua? Eneg, nggak? Haha.


Memakai gambar dari media atau dari situs penyedia gambar gratisan bukan termasuk yang dilarang. Kalau kamu pakai gambar dari blog orang, tulis sumbernya. Kalau kamu ambil di Google, jangan hanya menulis ‘Sumber: Google.com’ saja, tetapi tulis media yang sudah menerbitkannya. Kalau kamu pernah menulis di Idn Times, di sana sangat detail ngasih informasi soal gambar. Hati-hati banget. Kalau kita ambil di Pexels.com, kita juga harus cantumkan siapa yang punya gambar itu. Nggak boleh hanya asal menulis ‘Sumber: Pexels.com’ saja.



Bagaimana supaya artikel atau gambar kita nggak dicopas?

Lalu gimana caranya supaya artikel kita di blog terhindar dari hal begitu? Gimana biar tulisan kita nggak dicopas sama penulis lain? Kamu bisa cari caranya di Google, banyak banget tutorialnya. Tapi, kalau yang copas ahli pake banget, cara seperti apa pun nggak akan berguna. Tapi, setidaknya hati kita bisa tenang karena sudah berusaha.


Sedangkan untuk gambar pribadi milik kita, tinggal kamu kasih watermark saja. Ya, pada akhirnya kita memang harus ikhlas kalau memang nantinya masih saja ada orang yang iseng dan nggak mau usaha, tetapi mau disebut berkarya. Kita memang ada di dunia yang susah banget menghindari itu. Tapi, setidaknya kita tetap berusaha dong jangan sampai ada orang dengan mudahnya copas atau ambil gambar di blog kita.


Jadi penulis itu memang nggak mudah, tetapi juga nggak susah. Seperti keahlian lain yang sebenarnya nggak tergantung sama bakat, menulis juga bisa dipelajari dan diulang-ulang supaya kamu bisa mahir. Yup! Pekerjaan yang diulang-ulang itu bisa dengan sendirinya membuat kamu pintar, lho. Nggak percaya? Seperti resep dari Tere Liye, kita yang pemula dianjurkan menulis selama 180 hari tanpa berhenti sehari pun. Maka kamu akan sebaik Tere Liye saat menulis.


Pertanyaannya, apakah semua penulis sanggup melakukan itu?


Salam,

Comments

  1. saya selalu senang membaca tulisan kak muyas. mengalir seperti air di sungai amazon. oh, baru sadar ternyata selama ini saya juga beberapa kali melakukan teknik rewrite seperti yang disebutkan di atas. baca, tutup, tulis sendiri. nice share kak. :)

    ReplyDelete
  2. kartunmu menggemaskan, sih. Jadi, bikin orang pengin punya juga. Padahal, minta juga dikasih kok. Percuma, pulak. *yess, bu founder baik hati.....

    ReplyDelete
  3. Wah, Masya Allah..terima kasih. Iya, mungkin nggak banyak yang ngeh sama namanya, tetapi sering dilakukan ya...


    ReplyDelete
  4. Haha...Bun hae komeeen...kwkwk. Lebih menggemaskan dirimukan bun.. :D


    ReplyDelete
  5. Dulu tahun 2008-2009, saya sering melakukan plagiat2 gini mbak T.T atas ketidaktahuan saya kalau itu ga boleh.. Dulu sering menyalin ulang dari majalah-majalah sih.. Sekarang udah saya un-publish semua..

    Salut sama orang yang otaknya bilang semua orang plagiat wahahahahaha. Semoga dapat hidayah..

    Tapi selama ini, saya belum pernah dapat tulisan saya diplagiatin mbak.. Mungkin karena emang, tulisan saya yang kurang berfaedah untuk diplagiatin wkwkwkkw..

    ReplyDelete
  6. ini sensitif sih aku jadi inget tulisanku dicopas sama dosen hiks
    tapi aku sepakat
    kalau kita terbiasa nulis dan baca, keliatan kok kalo artikel itu copasan

    ReplyDelete
  7. Nice sharing mbaaak, menulis dengan hati dan gaya bahasa sendiri emang lebih terasa enak kalau dibaca. . Teknik rewrite juga bsa diadaptasi namun ttp harus menjamin keunikan dr artikel yg ditulis dgn style sendiri 😁😁

    ReplyDelete
  8. Dita Arina AstriandaFebruary 18, 2019 at 2:17 PM

    Keinget dulu pernah di plagiat tulisan fiksi saya plek persis sama hanya tidak menyebutkan siapa penulisnya (iyalah hihihi) sampai saya ngamuk lewat email dan akhirnya di hapus juga. kalau dulu dengan alasan dikiranya blog saya udah gak aktif lagi padahal memang jarang posting karena dulu masih sekolah.

    ReplyDelete
  9. hmmm bener juga sih mbak..
    Yang paling keselnya tuh, cerita perjalanan sendiri yang notabene diary juga gak luput dari copas. wahahaha

    ReplyDelete
  10. Kaget juga baca komen kayak gitu dari narablog. Pemikirannya dangkal banget. Kalau dia bukan narablog atau penulis, masih bisa dimaafkan karena orang awam yang tak menulis mana paham. Namun itu? Duh, jengkel.
    Menulis juga butuh banyak usaha, makanya wajar jika ada yang tak terima jika dicopas sembarangan apalagi demi kepentingan pribadinya.
    Teknik menulis ulang itu bagus juga, memakai bahasa dan pemikiran kita.

    ReplyDelete
  11. saya pernah melakukan rewrite sekali mbak, itu pun saya izin dulu ke penulis asalnya lalu melapirkan sumbernya pada tulisan saya. begitu selesai saya tulis, saya berikan link artikel tsb, jika ada yang tidak berkenan saya akan edit lagi...

    rewrite haruslah beretika pula... kalau plagiat sih biasanya ga pake izin langsung copas mentah2...

    ReplyDelete
  12. Semua yang pro berasal dari amatiran ya mba, makasih resep tere liye nya!

    ReplyDelete
  13. Keponakan saya bilang mbak, kata dosennya plagiat ada kata yg sama sekitar 8 atau 9 (saya lupa) secara berurutan,....kalau ide mirip kayaknya banyak sih yg begitu.

    ReplyDelete
  14. Haha, nggak berarti juga yang nggak kena plagiat yang bagus, mungkin Anda beruntung, Mas :D

    ReplyDelete
  15. Betul, Mas. Semoga nggak makin banyak yang suka copas seenaknya...

    ReplyDelete
  16. Walau nggak aktif bukan berarti boleh dicontek ya mbak...haha


    ReplyDelete
  17. Ngeselin banget, ya...dan pasti akan sangat kelihatan...

    ReplyDelete
  18. Iya, Mbak...hehe..Egois banget yang suka plagiat :D


    ReplyDelete
  19. Mba muyas biasanya kan aku ambil gambar dari pixabay biasanya cuma aku tulis pixabay.com gitu aja, benernya gimana mba ? Dibagikan mana sih yang nunjukin itu punya siapa mba ? Aku bingung soalnya

    ReplyDelete
  20. Ini keresahan semua penulis sih. Dulu sempet ada temen kuliah yg ada project nulis esai atau pengalaman organsisasi buat dia apply ke beasiswa/magang (aku lupa persisnya buat apa), tp dia nggk tau nulis gmn, dan dia hubungin aku buat minta tulisin esai dia: aku yg nulis, tp pake nama dia. Asli, gemes banget. Habis itu aku ceramahin habis2an -_-

    ReplyDelete
  21. Wah, sangat hati-hati sekali, patut dicontoh ya...

    ReplyDelete
  22. Iya, Mas..kalau kita mau cek plagiat itu yang kedetek memang yang seperti itu..


    ReplyDelete
  23. Saya pun hanya begitu, Mbak. Ada mbak, kalau di pexels itu terdapat di bagian sebelah kanan kalau kita pilih gambarnya...

    ReplyDelete
  24. Hihi, ngeselin banget yaa...Kadang bingung jg dengan orang yang begitu..


    ReplyDelete