Lintang Langit pada Senja, Ketika Takdir Membuatmu Hampir Putus Asa

Wednesday, September 26, 2018

Lintang Langit pada Senja, Ketika Takdir Membuatmu Hampir Putus Asa
Dok pribadi


“Lintang, aku adalah Langit. Langit yang senantiasa menaungimu, mendekapmu, memayungimu hingga pagi tiba. Andaipun mentari memaksamu pergi, bukankah ada senja yang selamanya mempertemukan kita?”

 “Kita hadapi semua yang terjadi dengan hati lapang. Kebahagiaan sejati seperti sekuntum mawar. Ia tak bisa langsung kita petik. Namun, ia kita tanam, kita rawat, dan ia tumbuh. Kita tidak boleh putus asa, Lintang. Kita tak boleh lemah dengan rintangan-rintangan yang melemahkan semangat. Aku ingin kau menjadi muslimah yang serupa sebatang pohon kurma. Kamu tak mudah teraih oleh tangan-tangan jail, tak mudah tergapai oleh keburukan, kelemahan, dan godaan. Mereka yang melemparimu, kau balas dengan guguran buah yang manis dan menyehatkan. Kamu bisa, Lin?Ini pun janji untuk diriku sendiri, pelajaran untuk diriku sendiri.” (Hlm. 201)


Itulah sepenggal kalimat yang diucapkan oleh Langit kepada Lintang yang menjadi cinta pertama dan terakhirnya. Kisah penuh perjuangan menggapai kebahagiaan hakiki yang tertuang dalam sebuah novel berjudul ‘Lintang Langit pada Senja.’


Sinopsis

Langit adalah seorang mahasiswa yang harus berjuang membiayai kuliahnya sambil menjadi juru parkir sebuah diskotek. Tidak seperti Lintang yang serba kecukupan bahkan kaya raya, Langit harus melihat ibu kandungnya berjuang mati-matian membiayai hidup keluarga yang telah ditinggal pergi oleh ayah kandungnya hanya demi perempuan lain.


Kerasnya garis takdir yang harus dilalui oleh Langit membuat ia marah akan ketetapan Allah. Merasa senasib dengan Lintang yang kekurangan perhatian dan kasih sayang orang tua, mereka pun sepakat melangkah bersama. Merasa dibenci oleh Sang Pencipta karena nasib baik yang tak pernah berpihak membuat keduanya mudah saja jatuh cinta.


Sayangnya, di saat jalinan kasih di antara keduanya begitu erat terpaut, takdir justru memisahkan mereka. Hancur, rapuh, dan merasa sendiri membuat Lintang enggan melanjutkan hidup. Sedangkan di sisi lain, Langit harus menghadapi banyak masalah, termasuk ibunya yang sakit-sakitan dan adiknya, Nawang yang diperkosa dan mengalami tekanan batin teramat dalam.


Lintang yang malang, sepi merenggut bahagia yang sebelumnya sempat memikatnya, kehilangan Langit membuat semuanya jadi serba sulit. Ia mencari ke mana Langit pergi. Dalam pencarian panjang yang tak kunjung menemui ujungnya, Lintang justru dihadapkan pada situasi yang jauh lebih sulit. Ya, dia hamil di luar nikah. Bagaimana Lintang harus menghadapi takdir itu sendirian tanpa Langit? Sedangkan di sisi lain Langit pun sedang berjuang menikam rindu pada Lintang yang entah ada di mana.


Bagaimana keduanya menggapai hidayah dalam gelimang masa lalu penuh nista? Akankah keduanya bisa kembali bersama?


Ririn Astutiningrum begitu pandai menuliskan kisah Lintang dan Langit dengan penuh emosi. Membuat saya terbawa akan kesedihan yang melindap kebahagiaan keduanya. Satu konflik demi konflik yang diceritakan membuat novel ini nggak hambar, bahkan bikin deg-degan. Gemes pengen cepat sampai ending.

Bagi saya, buku bagus tidak cukup hanya membawa emosi pembaca, membawa pembaca ikut larut dalam cerita, tapi juga berisi pelajaran hidup dan penuh makna. Dan itulah yang saya temukan dalam novel ‘Lintang Langit pada Senja’ ini.
 

Kehidupan Lintang dan Langit tak berbeda dengan kehidupan kita yang sebenarnya. Kisah seorang hamba yang diuji dengan bertubi masalah yang bahkan sempat membuat mereka membenci Tuhan. Tapi, hidayah Allah siapa yang tahu? Kita pun sering mendapati banyak gambaran manusia penuh dosa di masa lalu, tetapi kemudian mereka bahkan menjadi lebih baik daripada kita berkat hidayah dari Allah. Maka seperti itulah kisah Lintang dan Langit digambarkan.


Ujian itu ada sejatinya bukan untuk membuat seorang hamba semakin menjauh dari Allah, justru itu menjadi alarm supaya kita semakin dekat, menjadi lebih kuat, belajar berdamai dengan takdir, dan menerima ketetapan Allah. Dan itulah yang pada akhirnya didapatkan oleh Lintang dan Langit.


Novel ini cocok buat kamu yang ingin atau sedang hijrah. Banyak sekali pelajaran hidup di dalamnya, bahkan penulis dengan begitu apik mengangkat kisah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pelajaran nyata yang seharusnya kita teladani.


Buat kamu yang cengeng dan mudah terbawa emosi, sebaiknya sedia tisu sebelum memutuskan membacanya. Benar-benar kisah cinta penuh drama, tetapi digambarkan dengan begitu natural. Layak banget kamu baca!
 

Dan ini adalah sepenggal isi dari surat Senja yang dituliskan untuk Lintang. Salah satu bagian yang saya suka. Kamu pun layak membacanya.
 

“Mba, meski semua ruangan dalam hati Mas Langit diberikan kepada saya, ruangan itu tak terjamah. Ia menutupi kesunyiannya dengan selembar tirai senyuman agar saya tak turut merasakannya. Hari-harinya ia habiskan untuk membuat saya senantiasa tersenyum, sementara satu sisi batinnya meteskan air mata….”

Comments