![]() |
Photo by Justin Case on Unsplash |
Alhamdulillah, tahun ini ada buku kedua yang sudah terbit berjudul ‘Becoming High value Muslimah’ dan terbit di Wahyu Qolbu. Buku ini ditulis dalam waktu sekitar sebulanan, ya. Mulai dikerjakan sekitar November 2024 tahun lalu, tapi memang baru diproses dan diterbitkan sekarang.
Lama juga, ya? Yes! Memang, menerbitkan buku itu butuh waktu yang lama. Kata salah seorang teman, menjadi penulis itu butuh kesabaran seluas sawah di kampung. Sawahnya luas banget saking banyak banget tantangan yang mesti dihadapi. Ditolak penerbit hingga puluhan kali itu bukan hal terburuk, kok. Masih banyak cerita suram lain yang lebih mengerikan...kwkwk.
Kalau teman-teman mau tahu pahit-pahitnya jadi penulis, Mari dengarkan cerita-cerita ini,
Dighosting Editor Elex Kidz
Sejak 2018an, ada sekitar 2-3 naskah saya di-acc Elex Kidz. Saya tahu, nggak semua naskah yang sudah di-acc bakalan terbit. Belum tentu buku kita akan terbit, tapi editor senior yang menerima naskah saya berkali-kali memastikan bahwa buku ini akan diterbitkan. So, dia meminta saya melengkapi buku-buku ini dengan ilustrasi dan segera diterbitkan dalam waktu dekat.
Jadi ada 2 naskah yang saya ilustrasikan sampai selesai dan ada satu naskah yang sudah saya lengkapi ilustrasinya menggunakan jasa ilustrator lain di tahun 2018an. Ketiga naskah ini sudah siap terbit, tapi editornya bilang masih antre dan waktu itu ada naskah yang bertema mirip.
Saya nggak pernah membayangkan kalau penerbit sebesar Elex Kidz yang jadi bagian dari Gramedia grup akan ngeghosting penulisnya padahal Elex Media merupakan penerbit mayor pertama yang menerima naskah saya di lini nonfiksi islami (Quanta). Saya sangat percaya sama Elex Media, tapi ternyata di lini penerbit anaknya malah bikin patah hati.
Sangat disayangkan, editor senior dan editor lainnya tidak pernah memberikan klarifikasi soal ini, tidak meminta maaf sampai detik ini, bahkan saya hanya diminta menunggu setiap tahunnya setiap kali saya menanyakan kejelasan naskah ini.
Andai memang tidak sanggup menerbitkan, sudah seharusnya mereka menyampaikan dengan jujur dan meminta maaf bahkan mengganti rugi biaya ilustrasi yang saya keluarkan untuk ketiga buku ini.
Ini bukan kali pertama naskah saya gagal diterbitkan, beberapa penulis lain juga mengalami hal yang sama, tapi sejak awal penerbit lain akan menyampaikan supaya penulis menarik naskahnya, tidak meminta ilustrasi karena ini membutuhkan biaya, bahkan ada yang memberikan DP secara cuma-cuma meskipun gagal terbit sebagai permintaan maaf.
Sekadar menjelaskan dan meminta maaf pun mereka nggak pernah, lho.
Perjanjian kami memang tidak tertulis di atas kertas, sebab mereka baru akan memberikan SPP setelah buku terbit. Di posisi ini, jelas penulis sangat dirugikan dengan alasan apa pun.
Dighosting Editor Wahyu Media
Beberapa tahun lalu, ada editor dari Wahyu Media menawarkan kerja sama untuk membuat buku percobaan bersama penulis lain. Katanya, mereka butuh penulis yang brandingnya sudah oke untuk menerbitkan buku ini. Jadi, posisi saya di buku ini bukan sebagai penulis, melainkan ilustrator.
Dari awal, semua berjalan normal, ya. Hingga akhirnya sempat tertunda proses pengerjaan bukunya karena materi dari mereka belum cukup. Kemudian, setelah cukup lama menghilang, dengan alasan mereka mau fokus menerbitkan buku-buku lain yang sedang tren, mereka muncul lagi dan sempat ngide supaya buku ini diubah seluruhnya yang artinya saya harus mengerjakan semuanya dari nol lagi.
What? Serius? Apakah menggambar semudah itu bagi kalian? Kwkwk. Saya memutuskan mundur dari proyek kerja sama ini dibanding harus kerja lebih capek dan nggak yakin bakalan terbit. Akhirnya, dengan tidak enak hati, mereka meminta saya melanjutkan proses buku ini dan merekalah yang akan menambahkan kekurangannya menyesuaikan tren buku di tahun itu.
Kenapa mesti diubah? Saking kelamaannya tertunda sehingga banyak hal mesti diubah yang jelas itu bukan kesalahan dari saya.
Dan sampai detik ini, tidak pernah ada kabar lagi dari mereka. Tidak meminta maaf karena ngeghosting, tidak menjelaskan nasib buku ini, bagaimana kerja sama kami selanjutnya? Apakah pekerjaan saya dianggap angin lalu?
Saya tidak mengerti kenapa banyak penerbit besar tidak mempertimbangkan dengan matang apa yang akan mereka terbitkan sebelum memutuskan menerima naskah dari penulis dan bekerja sama dengan ilustrator? Kalau hanya sekadar acc naskah kemudian batal terbit, saya pikir nggak terlalu masalah, ya karena penulis bisa mengajukan naskahnya ke penerbitan lain, tapi jika penulis sudah effort sampai melengkapi naskahnya dengan ilustrasi yang kalau di penerbit lain diurus sendiri sama penerbitnya, rasanya ini zalim banget, lho.
Sama halnya dengan editor dari Wahyu Media ini. Nggak banget, lho ngeghosting begitu apa pun alasannya!
Kadang, ngerasa sampai eneg sama mereka, terlebih ketika tahu penerbit lain begitu santun meminta maaf dan memberikan ganti rugi kepada penulisnya. Kalau kalian jadi saya, kira-kira kesel juga nggak, sih? Apa yang mau kalian lakukan kalau ada di posisi yang sama?
Lakukan Ini Sebelum Menerima Kerja Sama dengan Penerbit

Photo by Avery Evans on Unsplash

Buat teman-teman yang mau mengajukan naskah cerita anak atau menjadi ilustrator buku, mending lakukan ini,
1. Jika naskah cerita anakmu diterima penerbit, biarkan penerbit yang mengurus ilustrasinya sampai beres. Sebab, kita tidak punya surat perjanjian penerbitan sebelum buku terbit. Jadi, nggak ada jaminan buku kita bakalan terbit meski sudah di-acc.
Salah satu naskah saya baru di-acc penerbit BIP dan mereka mengurus ilustrasinya sendiri. Jadi, penulis hanya diinfokan sketsa dan hasilnya, diminta memberikan masukan dan revisi jika ada. Andai buku ini nggak terbit, saya sebagai penulis tidak akan terlalu dirugikan. Saya tinggal menarik naskah dan mengajukannya ke penerbit lain. Urusan dengan ilutrator tidak menjadi tanggung jawab penulis.
2. Jika mau menerima kerja sama dengan penerbit untuk mengilustrasikan buku cerita anak, sebaiknya ambil perjanjian jual putus. Ini jauh lebih minim risiko di kemudian hari misal ketika penerbitnya ngeghosting. Kamu bayangkan, berapa banyak ilustrasi yang kita buat dan tidak dibayar karena penerbitnya tiba-tiba batal menerbitkan buku? Tanpa permintaan maaf? Ngilang begitu saja? Ini juga bagian dari pekerjaan, lho. Pliss, penerbit jangan main-main soal ini. Ngerjain orang itu dosa...huhu.
3. Jika tidak percaya dengan klien, sebaiknya minta DP. Beberapa kali saya melakukan kerja sama baik dengan penulis di luar negeri ataupun penulis senior di Indonesia seperti Bunda Helvy, tidak sekalipun saya mau menerima DP karena saya percaya kepada mereka. Bersyukurnya mereka memang amanah. Begitu pekerjaan saya selesai, mereka akan membayar lunas seluruhnya, tapiii kalau kamu bekerja sama dengan penulis yang belum jelas kamu kenal, nggak masalah banget minta DP supaya kamu nggak dirugikan di akhir. Nggak sedikit orang yang ngilang begitu saja dan tidak membayar ilustrasi yang sudah mereka pesan.
Mengilustrasikan buku juga bagian dari pekerjaan dan kita main profesional saja. Buku cerita anak tidak akan jadi buku utuh jika tidak ada gambarnya. Jadi, peran kamu juga penting dalam hal ini.
Ditolak sama penerbit itu nggak masalah banget, tapi kalau dighosting itu nggak banget, sih. Benar-benar jadi pengalaman pahit yang sampai sekarang masih saya ingat sebagai hal yang cukup menyakitkan karena merasa nggak dihargai. Bagaimana mereka bisa bernapas dan tidur dengan nyenyak sedangkan penulisnya digantung sampai bertahun-tahun? Kwkwk
Sudah lama banget pengin nulis ini, tapi kadang berpikir apakah ini boleh diceritakan? Rasanya saya akan merasa bersalah jika menceritakan ini, tapi beberapa editor shock banget mendengar cerita saya dan bilang ini keterlaluan! Hahaha.
Di sini, saya hanya menceritakan pengalaman nggak menyenangkan sebagai penulis dan ilustrator. Saya tidak kapok sih jadi penulis, tapi memang sekarang lebih bijak saja untuk menerima tawaran kerja sama dan nggak mau sungkan menolak jika mereka meminta saya melakukan hal yang berlebihan semisal meminta merombak seluruh ilustrasi buku setelah sebelumnya kami sepakat.
Pengalaman semacam ini pasti juga dialami oleh penulis lain. Dunia penerbitan itu tak seindah seperti yang kalian bayangkan, tapi saya yakin, dari banyak hal kurang mengenakkan, Allah pasti ganti dengan hal baik lainnya.
Tidak jarang saya juga bertemu dengan orang-orang baik hati yang benar-benar support. Thank you banget sudah bikin penulis satu ini tumbuh menjadi seperti sekarang.
Sebenarnya, nggak ada penerbit yang paling baik ataupun buruk, semua punya kurang lebihnya masing-masing, tapi beberapa orang atau oknumnya saja yang bikin kezeeel...kwkwk. Saya pribadi memang butuh kepada penerbit, tapi rasanya nggak etis kalau penerbit melakukan hal yang menzalimi hak penulisnya. Bukankah kita sebenarnya sama-sama saling membutuhkan, ya?
Andai mau membatalkan kerja sama, segera sampaikan supaya kami mendapatkan kejelasan. Saya yakin, penulis bakalan legowo banget menerima keputusan dari penerbit meski sudah rugi waktu, tenaga, dan juga uang. Rasanya, kalian nggak dewasa banget dalam hal ini karena tidak mau meminta maaf dan memilih menghilang. Hantu banget, sih kalian...kwkwkwk.
Salam hangat,
Comments