Anak Tidak Suka Membaca? Sudah Saatnya Penulis Membuat Buku Ramah Cerna!

Monday, February 14, 2022

Anak Tidak Suka Membaca? Sudah Saatnya Penulis Membuat Buku Ramah Cerna!
Photo by Mael Balland on Unsplash


Semalam, saya mengikuti zoom terakhir untuk program magang bersama pak Bambang Trim. Materi telah diberikan selama beberapa minggu. Dan sejujurnya, ini kelas materinya terbaik, sih. Beliau sudah sangat senior dalam bidang kepenulisan. Bukan hanya soal usia, tapi memang benar-benar ahli di bidangnya.


Waktu beliau mulai menulis buku, saya baru lahir. Kebayang banyak sekali hal yang tidak saya tahu. Ibaratnya, saya ini masih bayi yang baru lahir kemarin sore. Saya sedang ada di dunia kepenulisan, sedang belajar, dan qadarallah ketemu sama beliau. Penjelasan mengenai materi terutama tentang buku ramah cerna sangat mudah dipahami. Tentu saja, baru kali ini saya belajar membuat buku semacam ini.


Untuk mencari contoh buku ramah cerna memang cukup sulit ditemukan di Indonesia. Kebanyakan pak Bambang memberikan contoh buku-buku luar negeri. Itulah alasan kenapa saya sempat membeli buku satu set dari Roald Dahl. Beliau sempat merekomendasikan buku-buku ini sebagai contoh bacaan sastra anak yang bagus untuk dipelajari oleh penulis buku anak. 


Buku ramah cerna
Minus satu buku karena sedang dibaca anak-anak (Dok pribadi)


Bagi yang tertarik, coba cari di marketplace gitu. Buku bisa dibeli satuan atau satu paket. Satu paket berisi 18 buku seharga 500an ribu. Untuk jumlah buku sebanyak itu, lumayan terjangkau, sih. Ini bukan promosi, ya. kwkwk. Daripada ada yang tanya, kan? Sekalian saya bantu jawab sesuai pengalaman saja…hehe.


Namun, di Ipusnas saya sempat menemukan buku ramah cerna, tapi memang kalimatnya masih pakai ketentuan yang lama. Seperti untuk pembaca jenjang A belum menggunakan titik dan koma. Sedangkan untuk ketentuan yang baru, penggunaan titik, koma, bahkan huruf kapital sudah diperbolehkan.


Benar-benar hal yang baru sih buat saya. Setelah sekian lama menulis, ikut banyak kelas menulis buku anak, tapi mungkin baru kali ini dapat materi yang berbeda dan benar-benar daging sekali. 


Apa Itu Buku Ramah Cerna?

Anak Tidak Suka Membaca? Sudah Saatnya Penulis Membuat Buku Ramah Cerna!
Photo by Annie Spratt on Unsplash


Teman-teman tahu nggak, sih? Ternyata, buku-buku anak yang saat ini banyak beredar di Indonesia benar-benar nggak sesuai sama kemampuan baca anak-anak. Saya merasa beruntung karena anak-anak saya senang membaca sejak dini. Bahkan yang sekarang TK B sudah nyandu banget membaca buku, masya Allah. Namun, anak-anak lain belum tentu seperti dia. Ada yang masih kesulitan membaca, kemudian mendapatkan buku yang menurut orang dewasa menarik dan cantik, tapi sulit dimengerti oleh anak-anak. 


Buku-buku jenis picture book yang sekarang banyak kita beli, ternyata konsepnya nggak sesuai dengan buku ramah cerna. Contoh kecilnya saja tentang ilustrasi dan penempatan teks. Untuk buku ramah cerna, gambar akan diletakkan di samping kanan atau kiri saja. Teks akan dibuat terpisah dari gambar. Jadi, jika di kanan ada gambar, di sebelah kiri ada teks. Teksnya juga nggak banyak. Hanya beberapa baris dan belum berbentuk paragraf.


Sedangkan jika buku dibuat dengan ilustrasi spread atau menyebar, teks akan ditempatkan statis. Kalau teks ada di sebelah kanan, seterusnya harus ditaruh di sisi yang sama. Gimana, udah kebayang belum, sih?


Sedangkan buku-buku yang kebanyakan beredar nggak demikian konsepnya. Rata-rata buku yang saya beli, ilustrasi berupa spread dan teks diletakkan di mana saja asal muat. Sebagai ilustrator kemarin sore, jadi ikutan ketampar…kwkwk. 


Tingkat Literasi di Indonesia Sangat Rendah

Anak Tidak Suka Membaca? Sudah Saatnya Penulis Membuat Buku Ramah Cerna!
Photo by Kelli McClintock on Unsplash


Tahu nggak, sih kenapa tingkat literasi di Indonesia ini sangat rendah? Karena anak-anak tidak menemukan bacaan yang tepat. Buku-buku ramah cerna bagi kita orang dewasa nggak menarik, tapi bagi anak-anak sangat membantu untuk belajar membaca. Gambarnya hanya sedikit dan sederhana, tapi sudah diteliti, kalau konsep buku ramah cerna adalah yang terbaik bagi usia mereka.


Buku-buku anak di Indonesia terbitnya sangat banyak, lho. Berbeda dengan di luar negeri yang cukup terbatas, tapi sangat ketat seleksinya. Saya pernah mendengar tentang ini sebelumnya, tapi lupa sumbernya. Bantu koreksi jika saya salah, ya :)


Setelah belajar di kelas pak Bambang Trim, saya jadi melihat-lihat buku-buku yang sudah pernah saya beli. Sebagian besar memang nggak sesuai dengan konsep buku ramah cerna. Nah, pak Bambang pengin mengubah yang salah ini menjadi benar dengan menghadirkan buku-buku ramah cerna. Bayangkan, kesalahan seperti ini telah dilakukan selama bertahun-tahun bahkan puluhan tahun, ngubahnya gimana? Pelan-pelan pastinya. Dan harus disosialisasikan supaya ada lebih banyak penulis membuat buku yang sesuai dengan kemampuan baca anak.


Buku Anak-anak Lebih Sulit Dibuat Daripada Skripsi

Anak Tidak Suka Membaca? Sudah Saatnya Penulis Membuat Buku Ramah Cerna!
Photo by Thought Catalog on Unsplash


Gimana, gimana? Para ahli sastra menyebutkan bahwa buku anak-anak jauh lebih sulit dibuat ketimbang skripsi. Dan faktanya, memang betul…kwkwk.


Bayangkan, dalam buku ramah cerna, kita dibatasi oleh jumlah kalimat, diksi, dan paragraf. Kita nggak bisa bikin paragraf untuk buku jenjang A misalnya. Kita nggak boleh menulis lebih dari empat kalimat dalam satu halaman. Dalam satu kalimat hanya ada beberapa kata. Sedangkan ada banyak hal yang mau kita ceritakan. Kita nggak leluasa, tapi kita harus ikuti aturan.


Bikin bukunya hanya sebentar, tapi mikirnya bakalan lama. Penelitiannya pun nggak bisa sembarangan asal jadi. Nggak bisa. Harus benar-benar diteliti, sumbernya nggak boleh seluruhnya dari internet. Nah, lho. Rumit, kan?


Meskipun saya belum bisa membuat buku ramah cerna yang sesuai, tapi saya benar-benar terbantu dengan materi yang diberikan oleh pak Bambang dalam kelas beliau kemarin. Belajar juga untuk jadi penulis yang rendah hati meski sudah di atas awan. Jangan sampai masih di bawah, tapi tingkahnya udah di atas awan, ya? kwkwk. Beliau benar-benar mencontohkan bagaimana menjadi penulis yang seharusnya :)


Kelas menulis buku anak sekaligus program magang yang sudah berjalan sebulan benar-benar memberikan kesan yang sangat baik. Bagaimana sebagai penulis kita nggak boleh berhenti belajar. Karena ketika kita sudah merasa pintar, maka saat itu kita nggak mau belajar lagi. Dan tentu saja, kita bukan jadi orang pintar melainkan bodoh :(


Program magang ini sekaligus memberikan kesempatan kepada para peserta untuk menulis buku anak ramah cerna. Kami belajar membuat outline dan membuat naskah yang baik dan benar. Buku-buku ini nantinya juga akan diterbitkan oleh penerbit mayor, insya Allah.


Semoga ke depannya saya bisa lebih banyak belajar lagi. Belajar lagi dan lagi. Nggak masalah nggak punya kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang tinggi, asal belajarnya juga nggak berhenti. Semangat untuk diri saya sendiri...huhu.


*Artikel ini dipilih untuk dimasukkan dalam kampanye "Read A Book Day 2024dari penerbit bahan ajar pendidikan Twinkl.



Comments

  1. Wah setelah baca penjelasan diatas, aku jadi berpikir kalau buku d lemari blm ramah cerna buat anak. Ada sih buku yg kalimatnya sedikit tapi masih menyatu dengan gambar heheu tfs mba jadi penasaran magang bersama pa bt nih

    ReplyDelete
  2. Pengetahuan baru nih. Selama ini saya pikir buku anak itu yang penting ceritanya sederhana, terus ada gambar yang menarik. Ternyata ada ketentuan-ketentuan lain, yang sebaiknya dilakukan agar buku anak menjadi ramah cerna, dan anak pun mudah memaami bacaan. Harapannya, agar jadi suka membaca.

    ReplyDelete
  3. Minimnya minat baca pada anak memang cukup memprihatinkan mbak,, tapi bacaan yg ramah buat anak juga perlu untuk di perhatikan ya?

    ReplyDelete
  4. Mbak, keren banget dikau. Setiap orang pasti punya passion yaa? Tapi bener Mbak, nulis skripsi itu mudah dan bikin cernak dengan struktur kata dan beberapa syarat lain, swear ngalah-ngalahin skripsi lho.

    ReplyDelete
  5. Pengalaman baru buat sy, dulu waktu esdeh sy jg buku yg banyak gambar.y pas SMA baru suka baca novel ✌️

    ReplyDelete
  6. Iya mba, minat baca anak semakin mininm ya diantara arus tehnologi visual di ponsel. Toko buku dan perpustakaan jadi sepi ahkirnya

    ReplyDelete
  7. benar kak, anak sekarang sulit sekali diminta membaca. padahal dengan membaca wawasan jadi lebih bertambah.

    ReplyDelete
  8. iya harus dibanyakin buku ramah cerna. karena internet jadi kurang buku seperti ini

    ReplyDelete