Cerita di Balik Proses Menulis Buku Belajar Jadi Lebih Baik

Saturday, June 12, 2021

Cerita di Balik Proses Menulis Buku Belajar Jadi Lebih Baik


Sudah baca buku terbaru saya yang terbit di Genta Hidayah? Judulnya Belajar Jadi Lebih Baik. Buku ini seperti jawaban atas doa-doa saya. Juga atas impian yang malu-malu saya sampaikan. Karena merasa minder dan hampir nggak percaya bisa melakukannya. Sampai detik ini, rasanya kayak mimpi bisa ngerjain ilustrasi sendiri. Pernah ada di posisi seperti saya? :D


Tahun lalu, saya pernah menulis caption di Instagram, berharap tahun 2021 ada buku terbit dan saya ilustrasikan sendiri. Dan buku Belajar Jadi Lebih Baik seolah menjadi jawaban atas keinginan yang malu-malu saya ungkapkan pada tahun sebelumnya.


Gambar-gambar yang saya buat dalam buku ini memang terbilang terlalu cepat pengerjaannya, kayak di-uber-uber waktu cetak. Gambarnya sudah pasti masih jauh sekali dari sempurna. Namun, saya bersyukur bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu.


Dalam usia saya yang sudah nggak lagi muda, rupanya saya masih senang mengejar impian. Kadang, suka lupa sama umur kalau sudah ngerjain banyak hal yang saya suka. Apalagi kerjaan saya memang bukan pegawai kantoran. Saya bekerja di rumah, waktunya fleksibel, dikerjakan saat saya longgar dari kewajiban mengurus rumah dan anak-anak, pokoknya senyamannya aja dikerjain. Dan ya, sepertinya inilah hidup yang saya inginkan, masyaallah.


Saya bersyukur sekali karena punya pasangan yang sangat mendukung. Mas tahu saya nggak suka keluar rumah, pekerjaan saya sebagai penulis dan ilustrator sudah yang paling nyaman. Nggak harus interaksi dengan banyak orang secara langsung sebab itu bukan 'saya' banget. Saya pun bersyukur karena Mas ngasih izin dan juga membantu ketika saya membutuhkan.


Usia Bukan Alasan Untuk Berhenti Bermimpi

Cerita di Balik Proses Menulis Buku Belajar Jadi Lebih Baik


Saya menikah di usia 19 tahun. Kemudian ikut suami ke Jakarta dan menetap hingga sekarang. Waktu awal menikah, saya nggak kepikiran mau ngapain aja di rumah. Demi mengusir rasa bosan, saya melakukan banyak hal, misalnya bikin kerajinan dari kertas krep, bikin bunga koran, merajut, menyulam, ya ampun banyak banget hal yang saya kerjakan selain menulis waktu itu :D


Sambil nunggu Mas pulang kerja, saya ngerjain semua itu bergantian. Sesukanya aja. Sampai rumah penuh dengan bunga-bunga kertas buatan saya…kwkwk. Belum kebayang bakalan nulis lagi dan nggak tahu juga mau di kemanain tulisannya. Nggak kenal penerbit, nggak tahu apa-apa pokoknya. Intinya, tahun-tahun awal menikah, saya nggak kepikiran bakalan nulis cerita lagi seperti saat di pesantren.


Waktu berlalu begitu lambat. Iya, kalau sekarang ngebayangin kayaknya lambat karena itu bukan tahun-tahun yang mudah terutama untuk ibu muda seperti saya. Setelah anak-anak cukup besar, saya mulai menulis lagi dan mulai belajar lagi hingga sekarang.


Pencarian atas sesuatu yang saya inginkan rupanya nggak semudah yang orang bayangkan. Saya sempat rehat sekian tahun dan berhenti menulis, saya pernah gagal menerbitkan buku meski telah menunggu hingga sekian tahun. Banyak hal telah saya lalui dan saya beryukur bisa tetap menulis hingga sekarang. Rasanya, bahagia.


Ternyata, makin bertambah usia, makin senang saya mengejar impian yang telah lama terlupakan. Salah satunya menjadi penulis. Perjalanan menjadi penulis buku nggak serta merta terjadi begitu saja. Saya pernah fokus menulis artikel selama beberapa bulan, saya pernah hanya fokus ngeblog sampai puas, saya pernah hanya fokus menulis buku dan mengabaikan blog, hingga akhirnya saya tahu, saya senang melakukan semuanya. Nah, lho. Repot, kan kalau semua dikerjain? Kwkwk.


Akhirnya, harus pandai-pandai bagi waktu. Nggak semua bisa kita kerjakan sesuka hati karena waktu kita amat terbatas. Terutama karena saya sudah menjadi seornag ibu dan punya dua anak laki-laki yang sedang tumbuh. Di rumah nggak ada yang bantuin, kalau nulis mulu, bisa-bisa rumah berantakan dan anak-anak nggak makan…kwkwk. 


Solusinya gimana? Kalau saya sedang sibuk mengurus blog, saya nggak akan memaksa diri menyelesaikan naskah dalam waktu yang sama. Ketika saya sibuk menulis artikel, saya nggak mungkin ngeblog sering-sering. Dan itulah yang saya kerjakan sampai sekarang. 


Lakukan sesuai porsi kemampuan kita. Setiap orang punya kemampuan berbeda, jadi jangan melihat orang lain, lihatlah diri kita sendiri, mampu nggak ngerjain semuanya? Kira-kira ada kewajiban yang diabaikan nggak kalau maksa ambil semua pekerjaan?


Impian memang menjadi salah satu alasan bagi kita untuk tetap bersemangat menjalani hidup. Namun, kita tidak boleh egois juga dengan kehidupan nyata. Apa gunanya kita berhasil, tapi di sisi lain ada bagian yang ‘gagal’? 


Pintar-pintar saja membagi waktu, jadi ibu-ibu bukan alasan untuk berhenti bermimpi *eaa. 


Menulis Buku Sekaligus Bikin Ilustrasi

Cerita di Balik Proses Menulis Buku Belajar Jadi Lebih Baik


Buku terbaru saya ini disertai ilustrasi pada setiap babnya. Jadi, teman-teman bakalan menemukan banyak ilustrasi khas saya. Iya, saya tahu belum bagus, tapi saya sudah berani menyelesaikan semua, lho. Saya juga telah memulainya, gimana dengan kamu? :D


Saya itu sangat percaya, semua hal bisa dikerjakan bukan hanya tergantung pada bakat seseorang, melainkan juga dari usaha dan latihan yang gigih. Dan semua dimulai dari bawah alias nol.


Penulis hebat, nggak mungkin tiba-tiba jadi hebat. Dia mulai belajar dari nol, dia membuang rasa takut serta ragu, belajar setiap hari tanpa kenal lelah, hingga akhirnya kita bisa lihat penulis-penulis hebat seperti Tere Liye atau Asma Nadia. 


Buat saya, segala sesuatu itu nggak harus sempurna. Ketika saya membuat buku ini, saya tahu gambar saya nggak sebaik milik orang lain, bahkan saya baru belajar banget. Tapi, kesempatan saya datang di saat itu, kalau saya menyerah, sudah pasti saya akan gagal dan siapa yang menjamin saya bakalan bisa dapat kesempatan yang sama di lain waktu?


Saya abaikan perasaan insecure dan meletakkan pada tempatnya. Karena yang saya butuhkan saat itu bukan rasa minder, melainkan keberanian dan komitmen untuk menyelesaikan semuanya tepat waktu. Soal bagus atau nggak, itu urusan belakangan. Karena mau bagus itu butuh proses dan jangan harap bisa sebentar. Dan saya menikmati prosesnya. Dijalanin aja apa susahnya, sih?


Tentang Buku Belajar Jadi Lebih Baik

Cerita di Balik Proses Menulis Buku Belajar Jadi Lebih Baik


Apa istimewanya buku ini? Selain berisi motivasi terutama bagi para remaja milenial, buku ini juga dilengkapi dengan quote serta ilustrasi pada setiap babnya. Buku ini ditulis dengan sangat ringkas, mudah dibawa karena ukurannya yang mungil, dan begitu spesial buat saya karena untuk pertama kalinya saya bisa membuat ilustrasi untuk buku saya sendiri. Eits, masih ada lagi, kita juga bisa share ilustrasi serta quote dalam buku ini lewat aplikasi yang telah disediakan. 


Gimana ceritanya bisa terbit? Ada banyak calon penulis yang pengin tahu dan tentunya pengin juga menerbitkan buku di penerbit mayor. Saya mau ceritakan sedikit prosesnya. 


  • Pertama, kita harus menyelesaikan satu naskah hingga rampung. Jangan lupa lakukan editing sebelum mengirimkannya pada penerbit. Kebanyakan, penulis baru masih acak-acakan tulisannya. Jujur, ini bikin mumet juga. Jadi, banyak belajar editing naskah sendiri supaya lebih rapi ketika diajukan pada penerbit.
  • Kedua, lengkapi naskah kamu dengan outline-nya juga. Dalam outline disertakan target pembaca, alternatif judul, dll. Outline biasanya kita buat sebelum mengerjakan naskah. Nanti, kirimkan juga outline ini saat melakukan pengajuan naskah, ya.
  • Ketiga, ajukan pada penerbit yang kamu inginkan. Kalau kamu pengin bikin buku disertai ilustrasi, kirimkan sampel gambarmu dan jelaskan konsep buku yang kamu inginkan. Supaya penerbit ada bayangan. Nggak usah takut apalagi malu, toh kita nggak kenal sama editonya, kok. Kecuali kalau kita mesti bertatap muka. Mungkin bisa pingsan duluan saking takutnya…kwkwk. Santai dan berdoalah :)
  • Keempat, sabar menunggu jawaban yang memang tidak sebentar. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, tanyakan kembali bagaimana hasilnya. Rata-rata penerbit butuh waktu sekitar 3 bulan untuk me-review naskahmu.


Lama, ya prosesnya? Nggak ada keberhasilan yang dicapai dalam waktu sekejap. Semua butuh proses yang nggak sebentar dan butuh kesabaran yang sangat besar. Kalau memang ingin, saya yakin kamu akan menunggu dengan sabar sambil menulis lagi dan terus belajar. Kalau memang cinta menulis, nggak akan kebanyakan alasan. Yuk, tetap semangat mengejar impian!


Salam hangat,


Comments

  1. Masya Allah tabarakallah ❤️ Alhamdulillah ya mba ikut seneng bacanya, pas aku buka bukunya full colour kayak rainbow hihi lucu dan bagus kok ilustrasi nya, semoga nanti aku bisa Review ya... Semangat terus mba aku tunggu karya-karya selanjutnya, semoga aku juga bisa sukses kayak dirimu aamiin 🙏

    ReplyDelete
  2. Mba Muyasss... Love you banget pokoknya. Aku paling seneng sama desain-sedain mbak kalau muncul di beranda FB. Ingin bisa kreatif menggambar seperti mbak Muyass. Ohya mbak sebenernya aku juga lagi punya naskah nih cuma masih mentah banget. Ingin merampung kan secepatnya.

    ReplyDelete
  3. Aku belum baca bukunya mba, jadi penasaran dan ga sabar mau baca kayany baguss banget isinya .,

    Kerenn bangett mba, betul sekali semuanya ga ada yg instan semua ada prosesnya, sukses terus mba

    ReplyDelete
  4. Menjadi motifasi tersendiri Mbak bagi kita² yg masih belajar nulis hehe. Kok jadi penasaran kepingin punya buku itu sepertinya menarik.

    Saya menulisnya belum bisa konsisten suka "dok dok ser" kalau pas rajin rasanya ngalir klo nulis, tapi klo pas ketemu malesnya bisa berbulan² nggak bikin apa² hahaha

    ReplyDelete
  5. Wah, baca ini sudah termotivasi Mba untuk lebih giat lagi membagi waktu. Karena samaan kita. Suka semuanya... hehehe

    ReplyDelete
  6. Gambar ilustrasi Mbak Muyass tuh cantik dan cakep jadi bukan hasil yang biasa. Setuju banget Mbak, kita nggak boleh menyerah sebelum berusaha karena orang sukses tidak langsung terlahir demikian, tapi sudah menjalani banyak proses. Terima kasih untuk aliran energi positifnya Mbak.

    ReplyDelete
  7. Mau bukunya, Mba. Aku selalu salut dan bangga sama Mba Muyas yang rajin banget nerbitin buku. Memang ya, ngatur waktu itu penting banget dan seringnya aku malah keteteran. Harus atur jadwal lagi dan tidak memaksakan diri.

    ReplyDelete
  8. cita cita pengen kirim naskah ke penerbit, tapi belum terlaksana
    mau ngedraft tulisan rasanya beraat banget sekarang, padahal di kepala udah ada plan ini itu

    ReplyDelete