Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku

Friday, March 25, 2022

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Clay Bank on Unsplash


Salah satu tema yang cukup sering dibahas di blog ini, tapi masih banyak banget yang suka dm dan nanyain di Instagram. Buat teman-teman yang baru menulis buku atau malah benar-benar baru mau menulis, mungkin postingan ini cukup berguna.


Saya mulai menulis sejak SMA. Bukan menulis buku kemudian dicetak, tapi benar-benar menulis di buku tulis dan buku harian. Apa saja yang ditulis saat itu? Mulai dari cerpen sampai curhatan. Entah kenapa sejak dulu suka aja nulis di buku harian. Ngerasa lega aja.


Hobi ini berlanjut sampai akhirnya saya bisa benar-benar menjadi penulis seperti sekarang. Kalau dibilang mudah, jawabannya nggak. Kalau dibilang cepat, sekali lagi nggak banget…kwkwk. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa seperti sekarang. Butuh mengambil jeda beberapa tahun sampai akhirnya yakin bahwa passion saya memang di bidang ini.


Gimana, yakin, masih mau jadi penulis? Kalau sudah mulai goyah, skip aja baca postingan ini, ya :D


Proses Menulis Naskah

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Andrew Neel on Unsplash


Menulis naskah ini nggak gampang. Karena sebagai penulis, baik pemula atau bukan, sering kita memikirkan banyak ide untuk dijadikan buku. Masalahnya, kita nggak akan pernah selesai jika semua ide dituangkan dalam tulisan secara bersamaan. Baru menulis outline untuk satu ide, kita tergoda ngerjain outline untuk ide lainnya. Baru separuh kelarin naskah, eh kita tergoda lagi buat ngerjain ide berikutnya. Kalau seperti ini, naskah kita nggak akan pernah kelar.


Sekadar saran, kalau belum terbiasa menulis beberapa buku sekaligus, sebaiknya pilih fokus menulis hanya untuk satu ide saja. Nggak usah dobel-dobel sampai lupa napas…kwkwk. 


Naskah yang bagus memangnya naskah yang seperti apa, sih? Jawabannya adalah naskah yang sudah selesai ditulis sampai halaman akhir. Bukan yang masih di angan-angan. Bukan yang berupa outline aja. Bukan juga yang akhirnya terbit juga. Namun, yang benar-benar telah kamu rampungkan sampai akhir.


Tulislah naskah sampai selesai. Mulai dari outline sampai profil penulis. Lengkapi naskahmu dengan blurb dan sinopsis. Juga target pembaca dan prakata. Saya pribadi lebih suka menulis selengkap mungkin supaya ketika diterima, kita nggak akan bolak balik mesti kirim kekurangannya. Seperti profil penulis, blurb juga. Jadikan saja dalam satu file sehingga editor akan jauh lebih mudah ketika me-review naskah kita dan memprosesnya.


Belajar Self Editing

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Cristine Hume on Unsplash


Jangan berharap editor akan memberi tahumu mana tulisan yang typo atau nggak sesuai sama KBBI. Mungkin ada yang berbaik hati menjelaskan kesalahanmu di mana, tapi sebagian besar nggak akan repot-repot menjelaskan tentang itu.


Jadi penulis bukan hanya tentang kita bisa menulis saja, tapi juga mesti tahu kaidah penulisan yang benar. Semua ini bisa kita pelajari sambil jalan. Kita bisa cari di Google bagaimana penulisan ‘di’ yang dipisah dan mana yang mesti disambung. Kita harus belajar self editing tanpa harus diminta oleh siapa pun. Karena editor nggak akan mau capek-capek benerin typo yang jumlahnya banyak, apalagi kalau nggak rapi, mending di-skip saja naskahnya.


Kalau sudah begini, nanti kitanya juga yang rugi, kan? Jadi, pelajari semua hal yang dirasa perlu. Jangan malas-malas mencari tahu. Buka aja di Google, pasti banyak banget informasi yang kamu butuhkan. 


Kebanyakan bertanya kadang bikin gemes, sih. Sejujurnya, saya nggak suka sama orang yang nanya kebanyakan, tapi nggak mau baca kalau dikasih link informasinya. Benar-benar sampai dianterin lho link-nya. Tinggal dibaca. Tapi, katanya pusinglah, bingunglah. Terus mau kamu apa? :(


Ajukan Naskah Lengkap

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Rafael Leao on Unsplash


Kebanyakan penerbit hanya menerima ajuan naskah lengkap. Jadi, pastikan naskah kamu benar-benar sudah rampung sampai akhir. Nggak apa capek di depan, nanti tinggal diajukan. Daripada banyak bikin outline, tapi nggak ada satu pun yang kelar?


Kita juga nggak boleh mengajukan satu naskah pada beberapa penerbit sekaligus dalam waktu yang sama. Ini merupakan salah satu hal yang perlu penulis ingat betul-betul. Jangan karena nggak sabar atau mau sekalian beres, kita jadi kena blacklist sama penerbit. Jadi penulis juga mesti tahu tata krama, ya.


Menunggu review dari editor itu memang nggak sebentar. Ada yang maksimal hanya tiga bulan, tapi ada juga yang sampai satu tahun belum dikasih kepastian. Benar-benar belajar sabar, kan?


Jika sampai tiga bulan naskahmu belum direspon, kamu bisa menanyakannya kembali atau menariknya. Menarik naskah harus disampaikan secara langsung kepada editor, jangan dalam hati, ya? kwkwk.


Setelah Naskah di-ACC, Kita Mesti Ngapain?

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Markus Spiske on Unsplash


Setelah naskah diterima, kita mesti menunggu antrean naskah terbit. Poin ini mesti benar-benar kamu cerna baik-baik. Menunggu naskah terbit apalagi di penerbit mayor, ternyata nggak bisa dikatakan cepat. Seperti nggak bisa dipastikan waktunya. Ada yang duluan, ada yang belakangan.


Beberapa naskah saya bahkan ada yang belum terbit setelah menunggu sekitar empat tahun. Padahal semuanya sudah lengkap. Kita nggak bisa maksa juga. Nggak bisa seenaknya menarik naskah juga apalagi kalau penerbit nggak bilang batalin terbit. Hanya menunggu antrean yang subhanallah :)


Nah, solusinya gimana biar nggak kepikiran terus? Lanjut menulis naskah baru daripada jadi tim galau…kwkwk.


Yeay! Akhirnya Naskahmu Terbit!

Perjalanan Sebuah Naskah Hingga Terbit Menjadi Buku
Photo by Alice Hampson on Unsplash


Ini adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh semua penulis. Seperti orang melahirkan, rasanya lega banget ketika tahu naskah kita sudah lahir di toko buku Gramedia…kwkwk. Hilang sudah capek lelahnya ngerjain naskah dan lamanya menunggu.


Proses seperti yang telah saya jelaskan dari awal sampai akhir di postingan ini berlaku jika teman-teman menerbitkan buku di penerbit mayor. Kalau mau menerbitkan buku sendiri di penerbit indie, tentu nggak akan serepot ini asal teman-teman mau membayar.


Sebagian orang belum mengerti, mengira terbit buku di penerbit mayor harus mengeluarkan uang. Jawabannya nggak, ya. Justru kitalah yang dibayar. Baik itu berupa royalti setiap enam bulan sekali atau jual putus.


Jadi, proses dari mulai menulis naskah sampai terbit kira-kira butuh berapa lama? Nggak bisa dipastikan karena setiap naskah punya ceritanya sendiri. Mereka punya perjalanannya masing-masing yang nggak bisa disamakan. Ada yang cepat, ada yang luama pake banget.


Salah satu saran yang bisa saya sampaikan, bersabarlah ketika menjadi penulis. Penulis yang konsisten bukan berarti selalu menulis setiap hari, tapi yang terus melakukannya meskipun nggak setiap hari mengetik naskah. Kadang, ada saatnya kita ambil jeda, istirahat bentar. Nggak masalah. Itu menurut saya, ya? Karena saya nggak setiap hari mengetik juga apalagi kalau mesti mengerjakan ilustrasi. Namun, keinginan buat menulis akan muncul terus menerus dan saya akan kembali menulis. Insya Allah.


Jadi, jangan merasa bersalah jika sehari nggak nulis. Setiap orang punya caranya masing-masing. Ada yang bisa setiap hari, ada yang nggak harus setiap hari. Bu Arleen A dalam bukunya juga mengatakan bahwa beliau bukan termasuk penulis yang disiplin, tapi semua orang tahu kalau beliau adalah penulis yang produktif.


Aku sendiri sebenarnya bukan tipe penulis yang disiplin. Namun, aku percaya bahwa jika sebuah cerita memang patut diceritakan, dia tidak akan pernah diam sampai dirinya dituliskan. Pada suatu titik, dorongan menulis itu akan begitu kuat dan menempatkan si cerita di atas segalanya dalam skala prioritas. Sepetri itu yang biasanya terjadi padaku.

(Buku Belajar Menulis Cerita Anak – Arleen A/ hal 29)


Semoga kamu bersabar dengan impianmu, ya. Doakan saya juga :)


Salam hangat,


Comments