Pengalaman Membuat Ilustrasi Buku Anak dan Terbit di Luar Negeri

Sunday, April 25, 2021

Ilustrasi buku anak


Hai, hai! Gimana kabarnya, nih? Masih semangat mengejar impian atau malah sudah menyerah di tengah jalan? Jangan dulu menyerah, bisa jadi impian kamu hanya berjarak satu jengkal saja dari hadapanmu. Iya, hanya satu jengkal. Namun, karena kamu memutuskan menyerah dan berbalik arah, akhirnya impian itu nggak pernah bisa kamu raih. Jadi, please, tetap melangkah ke depan dan fokus dengan target yang ingin dicapai *ceramah mulu 


Sejak kecil, saya senang sekali menggambar. Impian masa kecil berputar-putar antara pengin jadi pelukis, komikus, dan sejenisnya. Meskipun nggak punya kesempatan untuk belajar lebih serius apalagi sampai kuliah, tapi kerjaan sehari-hari memang menggambar. Nggak ada hari tanpa menggambar. Meskipun gambarnya nggak pakai ilmu alias sesuka hati aja :D


Saat SMA, saya pengin jadi penulis. Impian yang berkutat dengan hobi menggambar pelan-pelan lenyap. Mungkin, karena dulu nggak kebayang ada profesi tukang gambar atau ilustrator. Sehari-hari lebih banyak baca buku seperti novel dan puisi. Jadi, impian akhirnya bergeser dan lebih lekat dengan dunia menulis.


Apakah setelah itu nggak suka menggambar? Nggak juga. Sampai saya menikah dan punya anak, saya tetap senang menggambar. Hingga waktu berjalan begitu cepat dan mengantarkan saya pada posisi sekarang ini di mana akhirnya saya berhasil menerbitkan buku serta bisa membuat ilustrasi untuk buku anak-anak. Rasanya gimana, ya? Nggak bisa digambarkan saking kagetnya :D


Mulai Serius Belajar Gambar Digital

Ilustrasi buku anak
Ilustrasi untuk buku 'Pelangi Cerita Bintang'


Saya masih ingat betul, karena alasan pandemi dan merasa banyak buku gagal terbit sesuai waktu yang ditentukan, akhirnya saya mencari pelarian dengan belajar menggambar digital, tepatnya pada bulan Mei 2020 lalu. Benar, baru kemarin rasanya nyoba buka lagi aplikasi menggambar dan tablet yang sudah lama disimpan di lemari.


Waktu itu, nggak kebayang kalau bisa sampai seperti sekarang. Dulu cuma pengin ngisi feed Instagram sekaligus buat branding sebagai penulis. Jadi, memang hampir nggak pernah share gambar anak-anak apalagi nulis 'DM for Commissions' di bio. Sebab sejak awal memang belum kepikiran bakalan ngerjain ilustrasi untuk buku orang lain. Ahhh, rasanya masih nggak percaya :D


Apa kendalanya waktu belajar menggambar digital? Mempelajari dan mengenal aplikasi itu butuh waktu banget. Saya hanya pakai satu aplikasi waktu itu yakni Ibis Paint X. Sebelumnya sudah pernah nyoba, tapi sekadarnya saja. Meski sudah pakai Ibis Paint X sekian bulan, saya belum sepenuhnya tahu apa saja fitur di aplikasi ini. 


Akhir tahun 2020, saya memutuskan ganti tablet serta aplikasi karena tablet saya jadi berat. Sampai sekarang, saya pakai aplikasi Procreate di Ipad 8.


Ganti aplikasi aja butuh waktu banget untuk menyesuaikan diri. Pegang pencil dari Samsung jadi Apple pencil aja bikin pegel karena ukurannya berbeda jauh. Diketawain ini sama senior…kwkwk. Tapi, serius memang ini yang saya keluhkan waktu pertama kali pakai Ipad. Ukuran Apple pencil mirip pensilnya tukang saking gedenya. Sedangkan punya Samsung mungil banget sampai bisa diselipin ke tabletnya. Receh banget bahasan ini...kwkwk.


Saya ingat betul, selama berbulan-bulan bahkan sampai sekarang, hampir nggak pernah saya absen menggambar. Bisa dilihat di feed Instagram saya, itu tiap hari posting gambar. Secara nggak langsung saya sedang berlatih. Memang sekadar buat ngisi feed, tapi saya juga pengin meningkatkan kemampuan dan nggak mau gampang berpuas diri.


Akhirnya selalu belajar dan belajar. Ikutan kelas online juga beberapa kali. Namun, hal yang paling penting adalah praktik. Mesti banyak latihan kalau mau bisa. Mesti latihan sesering mungkin kalau mau dapat hasil yang maksimal. 


Inget banget dulu sering begadang hanya demi menyelesaikan satu gambar. Nggak bosan memang karena sudah suka. Nggak ada capeknya karena lagi semangat-semangatnya. Untungnya saya nggak gampang insecure. Posting ya posting aja nggak pernah kepikiran mau minder karena gambarnya belum bagus. Kalau dilihat sekarang, kelihatan banget gambar lama benar-benar jauh dari sempurna. Namun, saya berusaha tetap disiplin berlatih. Gambar dan posting *eaaa...kwkwk.


Pertama Kali Dapat Tawaran Membuat Ilustrasi Buku Anak

Ilustrasi buku anak


Sebelum saya pakai procreate, saya sudah pernah menerima pesanan gambar dari orang luar negeri. Waktu itu ada penerbit dari UK dan orang Austria yang pesan gambar untuk buku aktivitas. Jadi, sebelum mengerjakan gambar untuk buku anak-anak, saya sudah memberanikan diri menerima pesanan orang. Itu pun setelah diomelin sama Ibu...kwkwk. Ibu gemes banget sama saya karena selalu nolakin orang yang mau pesan gambar. Waktu itu saya merasa belum berani. Ternyata, kalau nggak diambil kesempatan itu, kitanya jadi nggak bergerak alias belajarnya ya gitu-gitu aja.


Singkat cerita, waktu itu, ada DM dari orang Mesir. Dia bertanya apakah saya bisa membuat gambar untuk buku anak-anak? Sejujurnya saya kaget karena nggak ada gambar di feed yang menjelaskan bahwa saya ilustrator buku anak-anak. Bahkan di bio juga nggak ada kalimat seperti itu. Feed Instagram saya lebih terlihat seperti akun dakwah dan motivasi. Setuju? Kwkwk. Namun, orang Mesir ini justru bertanya hal yang berbeda.


Setelah dia meminta contoh dan saya berikan, dia setuju dan berjanji akan kembali setelah menyelesaikan ceritanya. Dan datanglah dia sekitar bulan Desember 2020 lalu. Dan untuk pertama kalinya saya memberanikan diri membuat ilustrasi untuk buku anak-anak.


Apakah ini kebetulan? Sejujurnya saya nggak percaya dengan yang namanya kebetulan. Saya percaya Allah sudah mengatur semuanya dengan sangat indah. Dulu, meskipun bukan hal yang sering saya ucapkan, tapi saya pernah berkata bahwa saya pengin suatu saat bisa menulis buku dan membuat ilustrasinya sendiri. Tahun ini, Allah mudahkan jalan itu dan saya akhirnya benar-benar bisa menulis buku dan membuat ilustrasinya sendiri. Rasanya terharu banget dan nggak jarang saya nangis sendiri. Allah baik banget....


Membuat Ilustrasi Buku Anak dan Terbit di Luar Negeri

Ilustrasi buku anak


Waktu itu, saya butuh waktu sekitar sebulanan untuk menyelesaikan ilustrasinya. Dan tentu saja ada banyak revisi di sana sini. Saya memang nggak banyak mengeluh, selain merasa itu akan menjadi beban, saya juga menganggap semua itu adalah proses pembelajaran untuk pengalaman pertama yang sangat berharga ini.


Kalau saya ngeluh mulu, ya, Allah, malu banget sama Allah yang sudah ngasih kesempatan ini. Nggak semua orang punya kesempatan yang sama, lho. Meskipun kadang revisi serta permintaannya sangat lumayan, tapi tetap dikerjakan. Dibikin happy aja gitu. Kekuatan berpikir positif itu luar biasa. Jangan salah....kwkwk. Dan akhirnya, dia pun mengirimkan buku terbitnya ke Indonesia.


Proses pengiriman buku ini juga lumayan unik. Jadi, dia memang dengan senang hati memberikan buku terbit, tapi masalahnya ongkos kirimnya mahal banget. Itu yang membuat dia nggak ngasih buku sejak awal.


Qadarallah, saya punya klien orang asli Indonesia yang menetap di Kairo. Kami kenal karena beliau memesan gambar untuk bukunya. Dari situ saya bertanya harga pengiriman barang dari Mesir ke Indonesia. Dan beliau bilang harganya akan mahal kalau pakai pengiriman resmi, tapi orang Indonesia biasanya pakai Jastip. Jadi, barang-barang akan dititipkan ke bagasi orang Indonesia yang mau mudik. Harganya sangat manusiawi.


Akhirnya, buku-buku dari klien saya dititipkan pada klien saya satunya ini. Dan bukan hanya saya, teman-teman ilustrator lainnya juga dikasih percuma. Bahagia yang menular, ya karena kebaikan banyak orang.


Terima kasih sekali untuk Mba Itta di Kairo yang mau repot-repot membantu mengirimkan buku saya dan teman-teman. Allah yang balas, Mbak. Kita sepakat, sih nggak ada yang kebetulan. Kenal Mbak Itta juga nggak lama, baru beberapa minggu saja. Namun, itulah rencana indah yang sudah Allah gariskan. Masyaallah.


Belajar yang Tidak Instan

Cover buku
Cover buku 'Parenting Experiences' 


Meskipun nggak kuliah, tapi kita juga punya kesempatan yang sama untuk belajar asalkan mau. Dulu, selalu minder karena nggak bisa jadi sarjana. Namun, ibu selalu menyemangati dan bilang, yang kuliah juga belum tentu bisa seperti kamu. Ini terdengar berlebihan, tapi jujur sangat membantu saya supaya nggak insecure. Kamu yang sudah sarjana sudah pasti lebih dan lebih banget. Namun, saya paham kenapa Ibu bilang begitu, beliau juga sebenarnya pengin dan tahu bahwa dulu saya sangat dan sangat ingin kuliah, tapi kondisi ekonomi dulu nggak memungkinkan. Kalau saya mengeluh malu belum sarjana, Ibu juga pasti ada rasa nyesel. Dan sekarang, saya nggak pernah memikirkan itu. Sudah jalan takdir dari-Nya. Saya memilih fokus dengan apa yang bisa saya perjuangkan.


Benar, siapa pun kita, dan apa pun latar belakang pendidikan kita, semua punya kesempatan yang sama untuk berhasil meraih apa yang diimpikannya. Asalkan mau, asalkan percaya dan yakin.


Belajarnya nggak bisa instan, ya. Butuh waktu untuk mencapai apa yang pengin kita raih. Kadang, sampai begadang hanya demi menyelesaikan satu gambar. Kukuh banget pengin bisa. Dan ingat, nggak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Semua punya cerita perjalanannya masing-masing. Tugas kita hanya usaha dan usaha. 


Saya belajar tidak menjadikan kekurangan sebagai alasan untuk menyerah. Beruntungnya saya termasuk orang yang hampir selalu percaya diri menunjukkan apa yang bisa saya kerjakan. Nggak gampang minder dengan hal yang kurang perlu karena saya paham betul, semua orang punya waktunya sendiri untuk berhasil. 


Pengalaman mengilustrasikan buku anak di Mesir ini seolah menjadi awalan yang sangat baik. Membuat saya jadi punya pengalaman dan lebih berani menerima tawaran berikutnya. Dari sini saya juga butuh tempat untuk bertanya. Saya butuh teman yang lebih berpengalaman, di mana saya bisa bertanya apa yang belum saya kuasai. Alhamdulillah, setelahnya, ada beberapa buku anak yang saya ilustrasikan lagi, belum cover, dll. Yaelah, sekarang dikerjain semua malah sambil ngerjain buku sendiri...kwkwk. Dan, makin ke sini makin menikmati dan bisa mengatur waktu. 


Pengalaman pertama selalu mendebarkan, tak jarang membuat kita takut. Namun, jika kita tidak pernah berani mengambil kesempatan itu, sampai kapan pun kita akan diam di tempat dan jadi penonton. Nggak pengin, kan? Makanya ambil langkah dan beranilah berubah dari kondisi 'nyamanmu'. Karena semua itu akan jadi pengalaman yang sangat berharga.


Salam hangat,


Comments

  1. Memang mbakku yg satu ini progres upgrade skill juara bangeeettt. Terharu aku bacanya mbak, semoga nularin ke aku biar bisa gambar yak.. Pernah nyoba coba2 gambar pakai ibis paint yg ada di artikel mbak tp hasilnya bikin ngakak sendiri karena bakat gambarku 0%, wqwqwq
    Sukses selalu yaaa mbak Muyasss

    ReplyDelete
  2. Masya Allah tabarakallah mba terharu bacanya bener banget kata Ibu, yang kuliah aja belum tentu bisa.. Aku juga dulu kuliah pas2an sih mba dikasih beasiswa jadi pengen cepetan lulus biar ga bebanin orang tua. Semoga tahun ini aku juga bisa bikin buku ilustrasi kayak bunda Muyass muahh

    ReplyDelete
  3. baguss mbakkk, aku kalau ke toko buku dan nemu ilustrasi buku yang menarik suka kagum, cakepp banget bikinnya

    ReplyDelete
  4. Ya Allah...tulisannya penyemangat banget, jujur sy masih belum berani jualan gambar digital mba. Ga tau caranya, dan masih ga pede. Padahal pengen banget bisa berhasil dengan hobby yg dipunya. Meskipun modal cuma hp biasa dan ibis paint. Pengen bisa membuat almarhumah ibu saya bangga...

    ReplyDelete
  5. MasyaAllah semangat terus buat berkarya kak!!Kerasa relate banget sama tulisan ini. Jadi tamparan buat aku nih buat tetep berusaha dan yakin setiap orang ada waktu nya πŸ₯ΊπŸ˜„

    ReplyDelete